Berbicara mengenai tradisi saat hari raya Lebaran di Indonesia memang tak akan ada habisnya, mulai dari mudik, kue kering di toples, baju lebaran yang baru, hingga hidangan khas di tiap daerah yang kerap dijumpai setiap momentum Lebaran saja.
Satu yang nampaknya tak hilang dimakan zaman yaitu tradisi mengirim parsel ke sanak saudara dan teman. Namun menilik ke 1-2 tahun ke belakang, agaknya posisi parsel sebagai hadiah utama di kala Lebaran pamornya sedikit menurun akibat kehadiran tren baru yaitu, hampers.
Sejatinya, hampers dan parsel tidak memiliki perbedaan yang berarti. Keduanya sama-sama merupakan hadiah yang biasanya berisi kue kering dan printilan-printilan unik lain yang dibungkus sedemikian rupa, tak lupa dengan kartu ucapan dari si pengirim ke penerima.
Harganya pun bervariasi, di berbagai e-commerce dan Instagram para penjual hampers mematok harga mulai dari puluhan hingga ratusan ribu, tergantung pada isi dan pengemasannya. Semakin mewah dan beragam isi dari hampers tersebut, harganya pun akan semakin melambung tinggi.
Menurut Eva (31), pemilik toko hampers online di Instagram sejak 2019 ini mengaku omset penjualannya meningkat saat menjelang Lebaran. Uniknya, mayoritas dari pelanggannya adalah kaum milenial yang belum memiliki keluarga.
“Banyak yang beli sih masih muda-muda kalau aku lihat, mesen hampersnya pun yang lumayan,”
Lumayan yang ia maksud ialah para pelanggan yang masuk kategori muda ini memesan hampers dengan harga yang cukup fantastis, dengan isi dan pengemasan yang bisa di bilang mewah.
Menurut Eva, kaum muda-mudi yang saling mengirim hampers ini sepertinya juga mengikuti gaya ala-ala para influencer di Instagram yang silih berganti saling mengirim hampers dan dipamerkan di insta story.
“Kirim-kirim hampers ini booming juga karena influencer atau selebgram yah, banyak banget kaya Rachel Vennya, Keanu, Awkarin yang pada bagiin hampers. Mungkin dari situ jadi banyak yang ngikutin.” Tutur Eva saat diwawancarai via pesan suara (25/5).
Tak bisa ditampik memang peran para selebgram ini berpengaruh banyak terhadap tren di media sosial. Dari kacamata yang berbeda, Rini (24) seorang pegawai startup di Jakarta Selatan ini mengaku bahwa tradisi baru kirim-kirim hampers ini agaknya sedikit membuatnya harus merogoh kocek untuk membayar rasa ‘tidak enak’.
“Jujur aku kirim hampers juga karena dapet hampers dari temen-temen, jadi kalau nggak ngirim balik nggak enak,” tutur Rini (25/5).
Saat ditanya mengenai apakah ada rasa gengsi kalau tidak mengirim balik hampers, Rini mengaku selain tidak enak, memang ada sedikit rasa tidak ingin ketinggalan tren, namun Rini pun menuturkan bahwa ia berbagi hampers pun atas rasa ingin berbagi di momen hari raya Lebaran.
“Sebenernya memposting dan repost hampers di insta story ini bukan buat ajang gengsi dan pamer. Tapi lebih ke saling terima kasih aja udah sama-sama berbagi hampers,”
Rini sebagai salah satu kaum milenial ini pun berpendapat bahwa memang harga-harga hampers ini memang tak semuanya terjangkau, namun ia memilih untuk menyesuaikan dengan budget saja daripada harus merogoh kocek lebih jika memberi hampers mewah yang tak sesuai kantongnya.
“Kan yang penting rasa saling berbagi bahagia di saat Lebaran, bukan soal mewah-mewahan hampers.” Tutup Rini, mengingatkan kepada kita semua bahwa kebahagiaan tidak diukur dari gengsi dan kemewahan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”