Siapa sih yang suka belajar hal baru? Tapi kalau hal baru itu hal yang tidak kamu sukai, kamu bakal lanjut atau tidak?
Hal ini yang kualami pertama kalinya saat aku duduk di sekolah menengah pertama. Ayahku termasuk tipe yang keras untuk soal pendidikan bahasa. Aku mengikuti keinginannya dengan les privat bahasa dan berusaha hanya menikmati saja. Ada kadang kala aku merasa bosan dan letih dengan guru lesku yang cerewet dan tak pernah lelah mengajariku.Â
Suatu hari guru lesku memberikanku tantangan untuk menyelesaikan kuis yang topiknya sangat jauh di luar ekspektasiku. Aku berharap ini terakhir kalinya aku mengerjakan hal ini karena aku tak suka sama sekali dengan topiknya. Pikiranku saat itu hanyalah bagaimana caranya mengakhiri dua jam ini dengan tenang. Pikiranku bingung dan tak tahu jawaban apa yang harus aku tulis. Guruku hanya melihatku sesaat dan sesekali bertanya,Â
Mengapa wajahku murung hari ini? Adakah halangan untuk menyelesaikan kuis ini?
Aku hanya tersenyum sedikit lalu beralih menatap kuisku. Selama sejam lebih aku hanya menulis apa yang aku pahami saja. Aku pun juga menganggap hal itu sepeleh karena memang aku tahu hal ini tidak akan ada lagi di mata pelajaran sekolah manapun dan di kehidupanku tiap harinya. Guruku mengetahui tingkahku lalu mengatakan hal ini,
Terkadang kamu harus menyukai sesuatu yang kamu tidak sukai, untuk mendapatkan sesuatu yang kamu sukai.
Aku hanya menatap guruku dengan berdecak kagum. Tanyaku dalam hati, kok beliau tahu apa yang ada di pikiranku bahwa aku tak menyukai hal ini?
Aku hanya tersipu malu sambil menyerahkan hasil jawaban kuisku. Guruku pun menjelaskan mengapa beliau memberikan kuis yang susah dan topiknya jarang orang kenal. Beliau ingin memberiku nasihat bahwa terkadang hidup tidak selamanya mulus dan selalu sesuai dengan keinginan kita. Kita terkadang harus melewati hal yang kita tidak inginkan, untuk mendapatkan hal yang lebih dari kita inginkan. Aku hanya mengiyakan karena teori ini belum terbukti di hidupku sampai suatu hari hal itupun terjadi.
Tiga tahun kemudian, aku memutuskan untuk sekolah ke luar negeri. Aku tahu keputusan ini adalah keputusan berat untukku karena segala sesuatu aku harus lakukan sendiri, dari masak, mencuci atau menggosok baju hingga membersihkan rumah. Aku cukup mahir untuk semua ini. Tapi ada satu hal yang aku tak cukup mahir yaitu merakit komputerku sendiri. Aku merasa hal ini cukup berat untuk dilakukan sendiri dan aku berharap aku bisa mengandalkan untuk membantuku soal ini.Â
Tapi rasanya tidak mungkin. Di tempat baruku, semua terasa mahal bahkan untuk membantu merakit komputer. Untuk orang baru sepertiku, teman tidak mungkin banyak dan tidak semua pandai melakukan hal itu. Akhirnya kuputuskan meluangkan satu hari untuk mengerjakan itu sendiri. Malam sebelumnya aku sudah mencari tahu dari internet bagaimana cara melakukannya agar tidak salah langkah. Ada kalanya perasaanku semangat menggebu-gebu, dan ada kalanya aku kebingungan sendiri. Catatan adalah teman terbaikku. Yang ada di pikiranku saat itu bagaimana aku mencatat semua hal penting dari internet agar keesokannya aku mudah merakitnya. Tepat pada saat hari Minggu, ku tanamkan di hati ini,Â
Aku harus belajar menyukai hal ini supaya aku bisa bahagia…
Aku bahagia karena aku bisa bekerja dengan komputer dan menyelesaikan tugasku. Hal ini kutanamkan dalam pikiranku. Dalam lima jam dan tanpa gangguan, aku berhasil menyelesaikannya. Ada saat aku ragu dan tidak menemukan jawaban. Aku tidak putus asa karena aku sudah menetapkan dalam hati ini akan berlalu dan aku harus menyukai hal ini untuk mencapai apa yang kuinginkan. Berkat kegigihan dan tekad itu, aku berhasil! Dan tersadar seketika, apa yang dikatakan oleh guruku itu sangatlah berguna.
Untuk melewati hidup ini, terkadang kamu harus menemui hal yang kamu tidak sukai.
Nah, bagaimana dengan kalian? Apakah kalian memiliki pengalaman yang mirip denganku? Semangat, teman-teman!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”