Mungkin, sebagian orang akan menganggap keberhasilan ini sebagai hal yang biasa. Tapi, tidak bagiku. Adalah tidak mudah menjadi bagian dari salah satu orang yang berhasil mendapatkan satu kursi setelah bersaing dengan ratusan bahkan ribuan orang yang mengikuti ujian masuk di salah satu universitas Islam terbaik di Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tepatnya pada kelas X aku memutuskan untuk berani bermimpi. Waktu itu aku begitu menghayati setiap kata dan cerita yang terdapat di dua novel yang aku baca, Negeri Lima Menara dan Sang Pemimpi. Aku ingin seperti Ikal dan Alif yang bisa meneruskan pendidikannya sampai ke bangku kuliah. Aku ingin bisa menggapai cita-citaku seperti mereka. Oh, bukan hanya itu saja. Aku ingin seperti mereka bisa kuliah di luar negeri dengan beasiswa. Seperti Ikal, aku juga ingin melanjutkan kuliah di Universitas Sorbonne Prancis. Aku suka bahasa Prancis dan aku ingin mendalami ilmu kesusastraan di sana.
Dalam cerita yang disajikan di dalam novel itu, aku ikut merasakan betapa berat perjuangan yang mereka tempuh. Aku terhanyut dan sampai meneteskan air mata. Aku masih teringat sekali kata-kata Alif yang ia dapatkan dari gurunya, “Man jadda wajada” (Barangsiapa yang berusaha dia akan berhasil).
Aku tertawa pada diriku sendiri. Aku kira hanya dalam novel saja cerita kesulitan itu ada. Aku mengalaminya sendiri. Aku sempat mengubur dalam-dalam mimpiku itu ketika menjelang lulus SMA bapakku menyuruhku untuk bekerja dulu. Keadaan tidak memungkinkan untukku langsung lanjut ke bangku kuliah. Keinginan lolos SNMPTN biarlah menjadi angin lalu.
Setelah lulus SMA aku pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Aku melamar dibeberapa tempat, di toko, minimarket, mal dan bank. Ada yang dipanggil tapi menemui kegagalan, ada juga yang sedikitpun tidak memberi harapan. Yang paling kukenang adalah kegagalan mengikuti tes di salah satu minimarket terkenal di Indonesia. Aku gagal di bagian tes fisik. Aku sempat putus asa, di minimarket saja aku gagal apalagi di tempat lain? Ah, tidak. Mungkin Allah menakdirkanku tidak bekerja di minimarket tetapi di tempat lain. Selain minimarket, mendapatkan panggilan wawancara dari Bank BNI menjadi kebahagiaan tersendiri. Tak kusangka, begitu banyak orang yang mendapatkan panggilan yang sama. Mungkin ada 1000-an orang. Hampir tujuh jam aku ikut mengantre tetapi tidak juga mendapatkan giliran wawancara sampai waktu perekrutan selesai.
Tahun 2017 aku belum bekerja. Itu artinya aku harus menahan diri untuk tidak berkuliah di tahun 2018. Pertengahan tahun 2018 aku berangkat lagi ke Jakarta setelah sebelumnya beberapa bulan berada di kampung. Kali ini aku lebih gigih dalam mencari kerja agar pada tahun 2019 aku bisa mengikuti ujian masuk perguruan tinggi. Ini kesempatan terakhirku bisa berkuliah di universitas negeri. Aku mengirim lamaran pekerjaan ke berbagai pabrik, di Jakarta maupun Cikarang.
Seperti pada tahun sebelumnya, aku masih mengalami banyak kegagalan. Gagal bekerja di PT Yamaha Music Indonesia karena mataku minus. Gagal saat wawancara di PT Samsung Electronics Indonesia. Gagal mendapatkan kerja di Secure Parking. Juga gagal menjadi kasir di Carrefour.
Akhir Oktober 2018, aku mendapatkan tawaran dari temanku untuk ikut kerja bersamanya di Bandung. Dia bilang aku akan bekerja di salah satu kantor pemasaran. Aku menerima tawaran itu dan menolak tawaran bekerja di Lembaga Spanyol Indonesia di Yogyakarta. Remuk hatiku saat tahu temanku membohongiku dengan janji-janji manisnya. Bukan kantor pemasaran melainkan bekerja dengan sistem MLM. Aku memutuskan untuk kembali lagi ke Jakarta.
14 November 2018 aku mengikuti tes di PT Mayora Indah Cibitung melalui BKK SMK YPIA. Rangkaian tes aku ikuti hingga akhir. Alhamdulillah… untuk pertama kalinya aku diterima bekerja. Kebahagiaan ini tidak berlangsung lama karena sudah satu bulan menunggu tidak ada panggilan untuk bekerja. Aku mulai lagi mengirimkan lamaran ke berbagai pabrik. Nihil. Dua bulan aku menunggu masih juga belum ada panggilan dari Mayora. Tiga bulan berlalu barulah panggilan kerja itu datang. Tepatnya pada 1 Maret 2019 aku mulai bekerja di Mayora.
Bekerja di pabrik memberikan pengalaman tersendiri. Kadang siang menjadi malam dan malam menjadi siang. Memang terasa berat, tetapi aku harus kuat dan sehat. Aku menjaga pola makanku agar tidak mudah sakit. Minum vitamin C menjadi rutinitasku agar badan tidak kelelahan. Tentu saja, badan yang sehat akan memudahkanku bekerja, belajar dan meraih #MimpiMasaMuda. Aku pun tidak melupakan cita-citaku untuk mengikuti tes pada tahun ini. Ada perkataan dari seorang teman yang selalu kuingat, “Kita sudah enak bekerja di sini bisa membantu orang tua, kenapa malah memutuskan berkuliah? Bisa-bisa malah menyusahkan orang tua lagi.”
Pendaftaran tes SBMPTN sudah dibuka. Aku menggunakan uang gaji pertamaku untuk mendaftar tes tersebut. Tes akan dilaksanakan pada bulan Mei dan bertempat di Karawang. Aku memilih jurusan yang sangat aku inginkan yaitu Pendidikan Bahasa Prancis di UNJ. Aku juga mendaftar tes SPMB di UIN Jakarta dengan memilih jurusan Bahasa dan Sastra Arab di pilihan pertama dan jurusan HI di pilihan kedua.
Merupakan tantangan tersendiri belajar di sela-sela waktu bekerja. Karena jam tidur yang mengikuti shift kerja, maka belajar pun sama. Jika masuk shift malam, aku gunakan waktu sore untuk belajar. Jika shift pagi, aku gunakan waktu malam untuk belajar. Yang paling susah adalah ketika masuk shift siang, bekerja sampai tengah malam lalu paginya beres-beres kontrakan, belajar menjelang siang terasa berat di pikiran. Pun, ketika berada di pabrik aku memanfaatkan waktu untuk bisa belajar. Sebelum bekerja dan saat istirahat aku sempatkan untuk membaca materi atau mengerjakan latihan soal.
Aku mendapatkan kabar buruk dari hasil tes SBMPTN. Aku gagal. Ada rasa sedih juga terharu karena sudah berani mencoba. Masih ada satu kesempatan lagi, bukan?
Ah, ketika ujian SPMB dilaksanakan aku sendiri tidak yakin bisa lolos karena saat mengikutinya aku harus melawan rasa kantuk yang luar biasa karena hanya tidur beberapa jam saja. Sisa lelah bekerja hingga tengah malam ditambah perjalanan dari Bekasi ke Ciputat yang tidak dekat masih kurasakan. Satu-satunya penolong adalah tempat dudukku yang berada di bangku paling depan persis di depan pengawas sehingga tidak memungkinkanku untuk tertidur di atas lembar jawaban. Pelaksanaan ujian ini pada tanggal 22 Juni 2019.
Tepat tengah malam setelah pulang kerja aku membuka hasil tes itu persis di hari ulang tahunku yang jatuh pada tanggal 3 Agustus. Kebetulan pengumuman tes ini dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 2019. Hasil tes SPMB ini menjadi hadiah ulang tahun terindah bagiku. Aku tidak menyangka bisa lolos di jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Jakarta. Aku juga tidak menyangka keinginanku untuk berkuliah bisa terwujud. Alhamdulillah, Gusti… tidak ada ucapan selain rasa syukur pada-Mu. Aku bisa mewujudkan keinginanku berkuliah di jurusan bahasa.
#MimpiMasaMuda
#SehatSamaSama
#HipweexNI
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”