Bahasa pada media sosial adalah bahasa yang dipergunakan dalam interaksi sosial pada platform online seperti Twitter, Instagram, Tiktok, dan lain-lain. Biasanya menggunakan bahasa yang cenderung lebih santai dan informal daripada yang digunakan dalam keseharian seperti di tempat kerja atau dalam percakapan resmi. Perkembangan bahasa media sosial sangat cepat dan terus berubah seiring dengan perkembangan teknologi dan tren (Istiqomah, Istiqomah, & Nugraha, 2018). Penggunaan bahasa di media sosial telah mengalami perubahan signifikan selama beberapa tahun terakhir akibat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tujuan penggunaan media sosial, konteks sosial, dan budaya. Beberapa faktor lainnya yang berkontribusi pada perkembangan bahasa di media sosial ialah penggunaan singkatan dan akronim, emotikon, bahasa slang, hashtag, dan meme.
Kebiasaan dalam menggunakan bahasa di media sosial dapat mempengaruhi cara berkomunikasi seseorang pada kehidupan sehari-harinya dari segi pemahaman dan pemanfaatan bahasa dalam berbagai situasi karena media sosial adalah cara utama bagi banyak orang saat ini untuk berkomunikasi dengan orang lain yang terpaut oleh jarak. Maraknya tren di dunia maya menjadikan media sosial seakan-akan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan nyata. Hal tersebut menimbulkan adanya gejala bahasa yang dialami oleh para pengguna yang merujuk pada perubahan gaya, struktur, dan penggunaan bahasa yang berkembang di platform media sosial.
Gejala bahasa di media sosial mencerminkan cara manusia berkomunikasi dan berinteraksi dalam dunia digital yang dapat menjadi bagian dari budaya dan identitas yang unik. Namun, harus diingat bahwa penggunaan bahasa di media sosial harus dilakukan secara bijak dan bertanggung jawab karena selain dapat menimbulkan dampak yang positif, juga membawa dampak negatif yang akan ikut serta dalam perkembangan bahasa di dunia digital ini.
Dampak dari gejala bahasa ini dapat dilihat dari munculnya bahasa slang yang semakin mengakar tanpa mengukur rentang usia pengguna media sosial. Bahasa slang berasal dari bahasa kaum muda yang menginginkan istilah-istilah yang baru, segar, dan mudah untuk mereka gunakan saat berkomunikasi (Rosalina, Auzar, & Hermandra, 2020). Slang di media sosial seringkali bersifat kontekstual dan berkembang dengan cepat. Ungkapan dan kata-kata slang populer dapat bervariasi sesuai dengan tren dan kebudayaan internet. Pengguna media sosial seringkali menciptakan kata-kata baru atau memodifikasi yang ada untuk menjadi lebih kreatif atau unik. Dari hal tersebut dapat diambil dua sudut pandang pemaknaan bahasa slang. Pertama, sudut pandang positif dengan alasan bahasa slang mampu memperkuat identitas kelompok seperti remaja atau komunitas tertentu sehingga membuat anggota kelompok merasa lebih dekat dan terhubung satu sama lain. Selain itu bahasa slang juga mampu membantu komunikasi menjadi lebih efektif terutama dalam situasi santai serta membuat percakapan dalam media sosial lebih menarik dan hidup. Bahasa slang dapat menambah nuansa humor, kreativitas, dan keceriaan pada percakapan. Bahasa slang sering mencerminkan tren budaya, musik, media, dan lingkungan sekitar. Dengan menggunakan bahasa slang, individu dapat tetap terhubung dengan perkembangan terkini dan merasa terlibat dalam budaya populer.
Kedua, sudut pandang negatif dengan pertimbangan bahwa bahasa slang menimbulkan kesulitan dalam pemahaman pesan yang dituliskan di media sosial terutama bagi yang tidak terbiasa dengan istilah dan singkatan slang tertentu. Kemudian bahasa slang juga memperburuk kemampuan berbahasa seseorang dalam mengekspresikan diri secara formal serta menghambat kemampuan lisan dan tulis dengan bahasa yang benar dan efektif. Beberapa orang mungkin melihat penggunaan bahasa slang sebagai tanda ketidakprofesionalan atau ketidaksopanan karena dalam situasi formal, penggunaan bahasa slang yang berlebihan dapat merusak citra diri dan mengurangi kredibilitas. Selain itu, bahasa slang meningkatkan risiko kebingungan dan kesalahpahaman dalam konteks yang tidak terlalu santai. Penggunaan bahasa slang yang berlebihan dapat memperumit pesan dan memperburuk situasi.
Oleh karena itu, memahami dan menghargai perbedaan dalam penggunaan bahasa di media sosial sangatlah penting. Menggunakan bahasa slang dengan bijak dan sesuai konteks di media sosial serta mengerti tempat yang cocok untuk berbicara dengan santai sehingga mampu meminimalisir terjadinya kesalahpahaman yang berujung cyber bullying ataupun tindak kekerasan dalam media sosial lainnya. Selalu pertimbangkan konteks dan audiens yang sedang dihadapi sebelum menggunakan bahasa slang, gunakan bahasa slang dengan bijak dan dalam jumlah yang tepat, hindari penggunaan bahasa slang yang ofensif, vulgar, atau merendahkan, perhatikan pemahaman orang lain terhadap apa yang anda sampaikan melalui bahasa slang, dan bersikap fleksibel atau terbuka terhadap perkembangan bahasa slang di media sosial.
#nugasdihipwee
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”