Perundungan Memang Menimbulkan Trauma, tapi Bukan Berarti Aku Tak Punya Kesempatan untuk Bahagia

perundungan menimbulkan luka

Beberapa hari yang lalu saya mendengar sebuah lagu dari seorang penyanyi asal Amerika Serikat bernama Britt Nicole berjudul Gold. Lagu ini bergenre pop dengan irama yang menyenangkan. Namun ketika melihat musik video dan menghayati liriknya tanpa saya sadari, saya merinding dan terharu. Lagu ini berkisah tentang bahwa setiap kita manusia berharga melebihi emas. Walaupun selama hidup kita ditempa dengan banyak cacian dan penolakan, perkataan negatif yang dilontarkan orang lain terhadap kita. Namun kita tetap bernilai, tidak ada satupun yang mampu mencuri sukacita kita karena kita tetap bersinar walaupun awan gelap berusaha meliputi diri kita. Ini terpancar dari liriknya yang berkata

Advertisement


You're one in a million, this, this is for all the girls, boys all over the world. Whatever you been told. You're worth more than gold. So hold your head up high. It's your time to shine. From the inside out it shows. You're worth more than gold.


Padahal lagu berjudul Gold ini dikemas dengan irama yang gembira dan nuansa yang bersukacita Kenapa saya bisa merasakan hal seperti diatas? Jauh dari dalam lubuk hati saya yang paling dalam, saya mulai merenunginya. Hal di atas berhubungan dengan kisah hidup saya. Ketika saya masih kecil, saya sering mendapatkan bully an atau perundungan, baik secara verbal maupun non verbal. Setelah saya dewasa saya mulai menelaah apa yang menyebabkan tindakan bully bisa terjadi pada diri saya, karena saya seorang yang pemalu, pendiam, teman-teman saya berpikir bahwa saya "BERBEDA". Masih terpatri di benak saya tentang apa yang mereka lakukan dan siapa saja yang melakukan.

Saya sangat menyadari betul bahwa perkataan itu memiliki kekuatan untuk mempengaruhi hidup seseorang. Perkataan seperti perumpamaan bibit yang ditanam, didalam diri sesesorang, sehingga dampak atau trauma akan terus tumbuh. Gambar diri atau citra diri seseorang dapat terbentuk melalui perkataan dari lingkungan sekitar. Lingkunganmu menentukanmu, apalagi bila kasus bully ini diterima oleh seorang anak semenjak dini. Alhasil sayapun tumbuh dewasa dalam ketakutan, depresi, kegelisahan dan merasa sangat tidak secure tentang citra diri saya. Ada masa dimana saya tidak percaya pada diri saya, kemampuan saya dan bakat saya.

Advertisement

Tetapi Tuhan selalu memiliki cara sendiri untuk menyelamatkan umat-Nya, mahkluk ciptaanNya. Dia membawa saya keluar dari lubang hitam ketakutan itu, mempertemukan saya dengan orang-orang yang memiliki pengalaman dan latar belakang yang sama dengan saya, sehingga kami dapat saling berbagi dan berdoa satu sama lain. Selain itu kami juga banyak berdiskusi tentang paparan psikologi yang berkaitan dengan trauma dan gambar diri.

Hingga pada akhirnya kami bisa menjadi individu yang bebas dan mampu menarik kesimpulan bahwa definisi diri bukan ditentukan oleh apa yang orang lain katakan tentang diri kita, serta menyadari bahwa para victim dari tindakan bully ini adalah bukanlah kaum yang lemah melainkan seorang pejuang, OVERCOMER. Karena meskipun hidup dan berjalan secara tertatih-tatih karena trauma yang menghantui namun kami dapat tetap terus maju dan bertahan.

Advertisement

Masa lalu bisa memberikan rekaman yang tidak baik, namun selalu ada pengharapan untuk masa depan. Oleh karena itu, bagi teman-teman yang mendapatkan perlakuan tidak baik, seperti tindakan bully tetaplah berpengharapan dan apabila membutuhkan pertolongan jangan takut untuk memberitahukannya kepada orang terdekat yang bisa kalian percaya, berkonsultasilah kepada orang yang tepat, carilah bantuan ke tenaga medis seperti psikolog atau psikiater apabila kalian membutuhkan.

Jangan biarkan siapa pun menganggapmu rendah dan tidak patut untuk dicintai. Jangan biarkan orang lain mendefinisikan citra dirimu. Ketika Anda menghadapi masa-masa sulit, percayalah bahwa kalian tidak sendirian. You are loved, you are worthy, you are more than gold.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Indonesian living in Tanzania

Editor

une femme libre