Perjuangan Freshgrad Mencari Kerja. Nggak Ada Salahnya Mulai dari Perusahaan Kecil

freshgrad mencari kerja

Cerita ini terjadi di awal-awal pasca kelulusan aku dan saat sedang seru-serunya mencari pekerjaan. Di saat itu aku punya mimpi besar bahkan target di mana aku harus (bahkan wajib) bekerja di perusahaan besar ternama, dengan benefit yang oke banget, gaji tinggi, dan posisi menengah keatas. 

Advertisement

Berbekal target yang tidak realistis ini, selama berbulan-bulan aku menyebar CV, mendatangi beberapa kantor besar untuk interview, bahkan menolak offer kantor kecil dan kantor besar yang memberi gaji yang tidak sesuai standar.

Tapi, lama-lama aku mulai merasa jenuh, lelah karena tidak mendapat kesempatan sesuai yang kumau, ujung-ujungnya aku memilih untuk berhenti mengirimkan CV. Tapi di saat aku berhenti, pelan-pelan aku mulai memeriksa ulang diri, ada apa yang salah?

Jujur, aku nggak tahu sama sekali aku salah di mana. Latar belakang pendidikanku oke banget, pengalaman organisasi? Banyak. Aku juga punya beberapa pengalaman bekerja part time, dan punya skill yang menurutku juga oke. Mungkin ada yang salah dengan pergaulanku?

Advertisement

Ada yang bilang kita dibentuk dari 5 orang teman terdekat kita. Dari situ aku mulai cek ulang, aah, benar. Teman-temanku semuanya seumuran denganku, kami sama-sama baru lulus, tidak tahu apa-apa tentang dunia kerja, dan hanya tahu bagaimana caranya bermimpi. 

Dari situ, aku mulai berkenalan dengan beberapa orang yang bekerja di perusahaan yang aku anggap oke, pelan-pelan mencari kesamaan di antara mereka, dan perbedaan apa yang ada di antara mereka dan aku. Dari mereka aku menemukan satu hal yang sama, bahwa ternyata mereka tidak langsung bekerja di perusahaan keren itu. Mereka pelan-pelan mengumpulkan pengalaman kerja entah dari kesempatan internship di perusahaan tersebut, atau memulai karir di perusahaan yang lebih kecil terus masuk ke perusahaan besar. Intinya, mereka berjuang dari nol.

Advertisement

Di sini ku baru belajar, aku salah. Selama ini aku hanya terus-menerus member makan ego dan gengsiku. Padahal ada yang lebih penting yang seharusnya kuberi makan, perutku dan mereka yang membutuhkan. Pengalaman dan materi bisa dicari di tempat lain, tidak melulu hanya dari kantor beken nan besar. Bisa dari kerja freelance, bikin usaha kecil-kecilan, atau masuk perusahaan kecil. Yang penting bekerja sebaik-baiknya, jujur, memiliki semangat untuk belajar, mencoba, dan tidak takut gagal. Dari sini kumulai membenah diri. Tapi…

Kenapa aku bisa punya pikiran harus bekerja di perusahaan keren? Apakah hanya mengikuti tren? Tapi tidak ada trend semua orang harus kerja di kantor besar. Apakah karena takut dicemooh orang lain? Karena malu sebagai lulusan universitas terbaik dalam negeri tapi bekerja di kantor kecil? Yah, buatku mungkin ini alasannya. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, aku ini bodoh juga, kenapa harus malu bekerja di kantor kecil? 

Memang kenapa kalau aku ini lulusan universitas yang kata orang-orang terkenal tapi memilih pekerjaan kecil? Toh aku mendapatkan pekerjaan ini dengan jujur, dengan usahaku sendiri, bukan numpang bahkan mengemis pekerjaan. Gajinya kecil? Ah, itu kan kata mereka. Buatku dan keluarga asal cukup untuk hidup dan masih bisa menabung ya sudah. Toh gaji besar juga bukan berarti cukup bagi setiap orang.

Lagipula, dengan bekerja di kantor kecil ini, aku menemukan kesempatan lain yang tidak mungkin kudapat di kantor besar. Aku dipercaya untuk menghandle berbagai fungsi-fungsi vital kantor. Karena kantornya kecil, kerjaannya juga tidak sehectic perusahaan besar. Aku jadi punya waktu untuk mengembangkan skill dan belajar skill lain. Karena kantornya kecil, pegawainya juga tidak terlalu banyak, jadinya kami saling mengenal satu-sama lain, dan jauh lebih akrab.

Kantor yang terletak di bangunan pencakar langit tidak selalu berarti perusahaan besar. Kantor dengan 1000 karyawan memang besar, tapi kantor dengan 5 karyawan juga besar. Lagipula dalam bisnis yang menjadi bahan persaingan bukanlah tentang seberapa besar gedung kantornya, juga bukan tentang seberapa besar gaji setiap karyawannya. 

Tapi tentang seberapa lama kantor ini dapat bertahan di antara perkembangan zaman yang sangat cepat ini. Demikian juga dengan kita para fresh graduate, bukan tentang seberapa bergengsinya pekerjaan kita, tapi selama apa kita bisa berjuang dan terus bertumbuh. Percuma bekerja di perusahaan raksasa tapi hanya sanggup bertahan 3 hari. Cheers!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Spilling irregular ideas through words

Editor

Not that millennial in digital era.