Perubahan zaman yang serba instan seperti saat ini sering diasumsikan sebagai gaya hidup konsumtif. Menurut Setiadi dalam bukunya yang berjudul Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran, gaya hidup dapat didefinisikan secara luas yaitu sebagai cara hidup yang diidentifikasi dari bagaimana orang menghabiskan waktu luang mereka.
Gaya hidup seseorang akan berbeda dengan orang lainnya karena tergantung dari kondisi lingkungan mereka. Sebuah gaya hidup yang dianut oleh seseorang dapat bersifat dinamis, tetapi juga relatif permanen. Seperti kedengarannya, gaya hidup konsumtif ini identik dengan hal yang negatif, tetapi bagi sebagian orang, gaya hidup konsumtif memberikan efek kebahagiaan, kepuasan dan kenikmatan tersendiri walaupun hal tersebut hanya bersifat sementara.
Menyebarnya café/resto cepat saji dengan konsep kekinian menjadi daya tarik kaum milenial untuk mengunjungi. Konsumsi makanan tidak hanya sebagai pemenuh rasa lapar, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban yang menandakan identitas, kelas sosial, kelompok dan sebagainya (Nisak, 2017).  Eating out (makan di luar) merupakan sebuah tren baru yang biasa dilakukan anak muda di zaman sekarang yang didefinisikan sebagai kegiatan mengkonsumsi makanan yang dilakukan di luar rumah.
Martens dalam bukunya Social Differentiation, Consumption and Pleasure menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya fenomena eating out yaitu karena faktor usia, memiliki status sosial tertentu, belum memiliki pasangan dan tidak memiliki anak dibawah umur. Gabungan antara jenis makanan, jenis layanan yang disediakan dan desain tempat makan menjadikan fenomena eating out sebagai sebuah komoditas baru dalam kehidupan sosial masyarakat saat ini (Nisak, 2017). Bagi beberapa orang mungkin belum menyadari mengenai tren eating out, tetapi fenomena tersebut sudah menjadi sebuah budaya baru. Dan sangat jelas, fenomena tersebut juga menggeser budaya makan di rumah.
Media sosial menjadi salah satu faktor meningkatnya fenomena eating out. Media sosial juga dijadikan tempat untuk mengabadikan momen mereka melalui foto ataupun video yang disertai teks/caption. Instagram banyak di pilih untuk mengunggah momen tersebut dan mempromosikan suatu tempat dengan cepat dan menyebar.
Pengguna media sosial, entah itu pemilik café ataupun konsumen memanfaatkan dengan baik segala fitur media sosial tersebut. Fenomena eating out sangat dipengaruhi dengan berkembangnya teknologi terutama media sosial. Dilansir dari We Are Social sebuah perusahaan media asal Inggris, merilis laporan mengenai pemakaian media sosial. Rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu 3 jam sehari untuk mengakses media sosial, di mana pengguna aktif mencapai 61,8%.
Media dapat memunculkan budaya baru bagi masyarakat, akibat pola pemakaian media itu sendiri. Eating out dalam menjadi tren baru saat ini menjadikan masyarakat lebih hidup konsumtif dalam hal keuangan maupun media. Adanya julukan ‘kebutuhan konten’ menjadi ajang untuk tampil dalam media sosial.
Di sisi lain hal tersebut juga menunjukkan gaya hidup serta kelas sosial yang ditampilkan dalam kelompok masyarakat. Mereka akan menghabiskan waktu diluar untuk mendapatkan pemenuhan konten media sosialnya. Beberapa faktor lain mengapa tren baru ini lebih disukai kaum remaja yaitu mereka lebih memilih meringkas waktu dengan membeli makanan cepat saji dan makan di resto daripada harus membeli bahan di supermarket, kemudian memasaknya dan harus mencuci semua alat.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”