Burn-out syndrome termasuk dalam Revisi ke-11 dalam klasifikasi International Classification of Diseases (ICD-11) sebagai fenomena yang terjadi dalam pekerjaan. Burn-out syndrome ini tidak diklasifikasikan sebagai kondisi medis.
Burn-out dalam ICD-11 diartikan sebagai: Burn-out adalah suatu syndrome yang dikonseptualisasikan sebagai dampak stres tempat kerja kronis yang belum dapat dikelola dengan efektif. Gejala dari burn-out syndrome bisa berupa perasaan lelah atau penipisan energi meningkatnya jarak mental yang tidak sehat terhadap pekerjaan sang pengidap, atau perasaan negatif atau sinis terkait pekerjaan dan menurunnya produktifitas dalam bidang profesional.
Burn-out ini mengacu secara spesifik dan eksklusif kepada fenomena dalam konteks pekerjaan dan tidak seharusnya diaplikasikan untuk mendeskripsikan pengalaman di area atau aspek lain dalam hidup.
Fenomena burn-out syndrome massal akhir-akhir disebabkan oleh tidak lain dari pandemi Covid-19 dan kebijakan social distancing & work from home yang diterapkan agar menghentikan rantai penyebaran virus. Bukan hanya di Indonesia, tapi masyarakat negara banyak dari seluruh dunia pun ikut mengalami burn-out syndrome dalam pekerjaan sehari-hari. Sistem work from home (WFH) yang mengharuskan karyawan untuk bekerja dari rumah menjadi hal yang menyenangkan untuk dicoba pada awalnya karena bekerja bisa lebih santai tanpa dikejar-kejar jam masuk kantor.
Namun ini juga yang menjadi alasan sistem work from home dapat membuat seseorang mengalami banyak kesulitan untuk menyelesaikan pekerjaan lainnya sesuai jadwal karena terlalu bebasnya waktu yang diberikan selama work from home, bahkan hingga dapat mengganggu waktu istirahat seseorang.
Penyebab utama burn-out syndrome dari kebanyakan orang adalah rasa kelelahan yang disebabkan oleh sistem work from home yang menyebabkan pekerja tidak dapat memisahkan pekerjaan dengan kehidupan pribadinya di dalam rumah karena alam bawah sadar manusia yang selama ini dapat dengan mudah memisahkan mindset bekerja dan mindset beristirahat dengan bantuan bedanya ruang atau tempat untuk bekerja maupun beristirahat, tetapi kini harus hidup dan juga bekerja dan beraktivitas lainnya dengan sebuah kebatasan ruang.
Apa yang bisa menjadi solusi untuk menghilangkan rasa burn-out ini? Walau mungkin ini tidak dapat secara penuh menghilangkan rasa stres dan penat dari bekerja di rumah, kita dapat mengurangi rasa stress ini dengan cara memisahkan ruang kerja dengan ruang beristirahat di rumah.
Kebanyakan dari kita selama beraktivitas daring di masa pandemi sekarang ini bekerja di meja belajar yang letaknya di dalam ruang tidur, bahkan hanya beberapa langkah saja dari tempat tidur kita. Ini secara tidak sadar membuat alam bawah sadar kita untuk kesulitan memisahkan mindset kerja dan mindset beristirahat.Â
Maka dari itu, cobalah untuk memisahkan ruang kerja dengan ruang beristirahat. Jangan bekerja di ruang tidur sama sekali dan coba bekerja di ruang tamu atau ruang lain yang bisa dipakai sebagai ruang kantor. Ini terbukti efektif bahkan dari sebelum pandemi dengan orang-orang yang berkarir dari rumah, seperti desainer, penulis, dan freelancer yang sudah memiliki ruang kantor di tempat tinggal mereka sehingga saat ada kebijakan untuk bekerja dari rumah, produktivitas mereka tidak terganggu karena selain sudah terbiasa, mereka juga sudah menciptakan ruang kerja tersendiri di tempat tinggal mereka.
Tentunya jika sudah ada tempat kerja, maka harus disiplin juga agar tidak melakukan hal lain selain bekerja di dalam ruangan itu, agar tidak sia-sia upaya dalam memisahkan ruang untuk kerja dan ruang untuk beristirahat.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”