Pernahkah kalian mengalami lupa akan melakukan kegiatan tertentu saat berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain? Contohnya dari kamar menuju dapur sudah merencanakan akan melakukan suatu hal, lalu setibanya di dapur justru lupa apa yang harus dikerjakan. Hal-hal kecil seperti itu saja mudah untuk dilupakan, lalu apakah ini adalah gejala awal pikun? Seorang ilmuwan bernama Gabriel Radvansky menjawabnya sebagai event boundary.
Apa itu Event Boundary?
Event boundary merupakan suatu fenomena dimana ketika seseorang tiba-tiba lupa apa yang akan dilakukan saat melalui pintu dan memasuki sebuah ruangan yang lain. Saat mengalami event boundary, seseorang biasanya bertanya-tanya pada dirinya, "Eh tadi aku mau ngapain ya kesini?" Hal ini wajar saja terjadi pada setiap orang.
Seorang ilmuwan di Notre Dame bernama Gabriel Radvansky sudah melakukan penelitian terhadap fenomena ini selama 20 tahun. Ia penasaran bagaimana bisa otak yang begitu hebatnya tiba-tiba lupa akan hal kecil semacam itu. Radvansky menggunakan kombinasi eksperimen berbasis komputer dan dunia nyata untuk menilai bagaimana ingatan seseorang merespons lingkungan yang berubah. Terdapat tiga eksperimen berbeda yang dilakukan oleh Radvansky.
Eksperimen pertama, yaitu dua orang diminta untuk mengambil sebuah benda seperti kubus merah dan membawanya ke meja lain. Satu orang membawa kubus tersebut ke meja lain di ruangan yang sama (kondisi tanpa shift), sedangkan satu orang lagi membawanya ke meja lain di ruangan yang berbeda (kondisi shift). Hasilnya, orang yang membawa kubus merah ke meja lain di ruangan berbeda berbuat lebih banyak kesalahan. Selain itu, kemampuan berpikir dan pengambilan keputusan orang yang memasuki ruangan yang berbeda juga akan terhambat. Hal ini juga didukung oleh waktu merespons. Orang-orang akan lebih lambat merespons penyelidikan ketika dalam kondisi shift dibandingkan orang dalam kondisi tanpa shift.
Eksperimen kedua, yaitu Radvansky menyiapkan tiga ruang lab untuk dilalui para peserta dan memberi tahu hal apa yang harus mereka lakukan di setiap ruangan. Hasilnya, setiap kali peserta melewati pintu dan memasuki ruangan selanjutnya, peserta tidak dapat mengingat hal apa yang harus dilakukan di ruangan tersebut. Hal ini membuktikan, apapun alasannya, melewati pintu pada suatu ruangan yang baru membuat orang lupa apa yang harus mereka lakukan di ruangan tersebut.
Eksperimen ketiga, yaitu dilakukan sebuah pengujian apakah pintu benar-benar penyebab fenomena event boundary atau berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk mengingat lingkungan dimana keputusan (pemilihan objek) dibuat. Pada eksperimen-eksperimen sebelumnya, terbukti bahwa faktor lingkungan memengaruhi memori dan informasi yang diterima seseorang. Selanjutnya dalam eksperimen ini, yang dilakukan adalah beberapa orang sebagai peserta penelitian diminta untuk melewati beberapa pintu dan kemudian menuju kembali ke ruangan tempat mereka memulai. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa tidak ada perbaikan memori. Hal ini membuktikan bahwa tindakan melewati pintu dapat berfungsi sebagai cara pikiran untuk menyimpan kenangan.
Dari ketiga eksperimen tersebut, Radvansky menyimpulkan bahwa otak kita membagi beberapa peristiwa, kemudian mengikatnya menjadi satu sesuai lingkungan dimana peristiwa tersebut terjadi. Dengan berpindahnya kita dari satu ruangan ke ruangan lain, otak secara otomatis akan membuat "file" yang berisi semua informasi tentang ruangan pertama dan apa yang kita lakukan di sana, lalu otak akan menyimpan peristiwa yang telah terjadi. Kemudian ketika kita berpindah ruangan, maka otak kita akan fokus mempersiapkan "file" yang berbeda untuk ruangan kedua. Jadi, mengingat apa yang ingin dilakukan setelah meninggalkan ruangan pertama jauh lebih sulit daripada hanya menyeberang dari satu sisi ruangan ke sisi yang lain.
Lalu, Bagaimana Mencegah Terjadinya Event Boundary?
Meskipun event boundary merupakan hal kecil yang terjadi dalam hidup kita. Namun, terkadang justru hal-hal kecil ini yang mengganggu jalannya aktivitas sehari-hari. Sebetulnya tidak ada cara khusus untuk mencegah terjadinya event boundary ini. Beberapa hal yang dapat kita lakukan adalah menggumamkan atau menyebut berkali-kali apa yang akan kita lakukan ketika berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain, atau dapat juga dicegah dengan menuliskan sesuatu yang akan dilakukan di tangan ataupun di kertas. Ketika kita sudah mengetahui akan terjadi event boundary saat berpindah ruangan, maka seharusnya kita akan lebih sadar bahwa ada sesuatu yang harus diingat. Maka dari itu, penting bagi kita mengetahui bahwa fenomena lupa sejenak saat berpindah ruangan juga memiliki penjelasan secara ilmiah.
Nah, begitulah penjelasan mengapa otak kita yang begitu hebat melakukan semua hal, bisa secara tiba-tiba lupa akan hal-hal kecil yang harus dilakukan ketika berpindah ruangan. Jadi, jangan disimpulkan bahwa hal ini adalah gejala pikun, ya!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”