Teman-teman, pernah gak punya teman yang menganggap diri lebih makanya dia menuntut perhatian atau perlakuan lebih? Atau jangan-jangan teman-teman sendiri juga begitu? Wah. Itu namanya entitlement mindset tuh! Hah? Apaan tuh?
Entitlement mindset adalah pola pikir dimana kita menganggap diri kita pribadi “lebih” dari orang lain sehingga kita seharusnya menerima lebih atau mendapat kesempatan yang lebih eksklusif daripada orang lain. Misal, sebagai lulusan universitas bergengsi, saya seharusnya bekerja di perusahaan multinasional yang sangat bergengi dan menempati posisi manager, bukan posisi bawah. Atau, sebagai seorang anak dari single parent, saya seharusnya mendapat perhatian lebih dari guru dan teman-teman di sekolah, dan lain lain.
Apakah entitlement mindset ini salah? Ya nggak salah-salah banget sih. Lebih tepatnya ada plus-minusnya deh. Sisi positif dari entitlement mindset ini adalah kepercayaan diri dan penerimaan diri. PD di sini ada dua jenis yah, ada yang merasa kerja keras jerih payahnya selama ini tercapai maka ia merasa bangga akan dirinya dan membagikannya sebagai sumber inspirasi untuk orang sekitar, ada juga sebagai rasa bisa menerima diri kita sendiri apa adanya dengan segala kekurangannya.
Berarti ini bagus dong? Yes, jika pada kadarnya. Masih ingat kejadian bulan lalu dimana sebuah capture Instagram story yang digadang-gadang sebagai lulusan UI menolak gaji 8 juta? Ini adalah salah satu bentuk entitlement mindset, karena menganggap dirinya memiliki latar belakang pendidikan yang sangat bagus, ia menolak kesempatan perkerjaan ini. Dan inilah keburukan dari entitlement mindset ini, menutup diri dari kesempatan berkembang dan sombong.
Memang serba salah yah dengan pola pikir begini. Jadi kita harusnya menilai diri seperti apa? Mari menilai diri secara ordinary, general, ya biasa aja. Yes, as ordinary as possible. Misal, menilai diri sebagai seorang murid, seorang anak, seorang ibu, atau lainnya titik. Tidak perlu sampai detil misal seorang anak dari keluarga terpandang yang harus bertingkah laku dan berbicara sangat formal sesuai kamus besar bahasa Indonesia (padahal yang kenal dia hanya tetangganya).
Kenapa penting menilai diri biasa saja? Karena di saat kamu menilai dirimu biasa saja, di saat itulah alam bawah sadarmu mempersiapkan diri dan membuka dirimu untuk menjemput kesempatan-kesempatan baru, dan saat kamu menerima kesempatan baru itu, di situlah kamu berkembang. Good Luck!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”