Sedari sekolah dasar, saat pelajaran ilmu pengetahuan alam kita diajarkan bahwa bumi berputar pada porosnya atau biasa disebut rotasi. Perputaran tersebutlah yang menghasilkan pertukaran siang dan malam. Tapi tenang, kita tidak akan membahas tentang kejadian tersebut, karena judul hanya sebagai pemanis.
Dunia ini terisi bermilyaran manusia, kita termasuk kedalam salah satunya. Namun terkadang kita merasa kita merupakan poros dari dunia, dimana setiap kejadian di dunia ini ada keterkaitannya dengan diri kita. Kenyataan, tidak.
Setiap harinya pastinya banyak kejadian yang ada di dunia ini, banyak fenomena yang terjadi, dan tidak semua hal yang terjadi di dunia ini berkaitan dengan kita. Terkadang kita terlalu menempatkan diri kita seolah-olah menjadi poros dunia, dimana semua kejadian tersebut ada sangkut paut diri kita, nyata tidak. Padahal banyak hal yang kejadian di dunia ini yang terjadi juga untuk orang lain atau karena sebab tertentu.
Kemudahan akses informasi dapat mendukung perasaan menjadi poros dunia tadi. Hal ini karena kita dapat merasa dekat dengan setiap informasi yang muncul di layer gawai kita. Selain itu, kita juga dihujani dengan beribu informasi dalam sehari, dari berbagai bidang maupun daerah, yang dapat membuat kita menjadi terkoneksi dengan hal-hal tersebut.
Hal ini dapat berdampak buruk, pertama membuat kita merasa serba tahu dan serba bisa mengkomentari segala sesuatu yang ada di dunia ini. Dewasa ini hal seperti yang disebutkan menjadi “barang” yang sangat mudah ditemukan, komentar-komentar tidak bertanggung jawab dari akun yang terkadang anonim dimana mereka merasa hal tersebut merupakan sebuah kebenaran dan hak mereka. Perlu diingat, hal tersebut tidak membuat seseorang menjadi terlihat keren, bahkan bisa menjatuhkan martabatnya di depan orang-orang memang mengerti permasalahan sebenarnya.
Selanjutnya kita juga mudah menjumpai komentar-komentar yang menggambarkan bahwa kebahagiaan orang harus sama dengan standar kebahagiaan kita. Lebih parahnya lagi, terkadang kebahagiaan seseorang juga terkesan harus berdasarkan validasi kita yang sebenarnya kebahagiaan tiap manusia pasti berbeda.
Lebih jauh lagi, ada efek juga yang perlahan dapat menggangu diri kita sendiri. Melihat orang lain bahagia entah di media sosial atau secara langsung, membuat kita terasa berhak mengkomentari hal tersebut. Hal ini terjadi karena yang terjadi kehidupan mereka tidaklah sama dengan apa yang kita rasakan. Dengan dasar tersebut, kita beranggapan bahwa hidup haruslah sama rata, sayang semesta tidak se-simple itu.
Mempercayai semua insan di muka bumi merupakan pribadi yang unik bukan suatu kesalahan, karena bahkan anak kembar identik akan tetap memiliki perbedaan. Terkadang konsep yang kurang tepat ialah memaksakan konsep hidup kita di konsep hidup orang lain. Hal ini yang membuat kita merasa sebagai poros dunia dimana kehidupan kita sebagai standar kehidupan orang lain, kita bisa menghakimi orang yang berbeda dengan kita yang terkadang hanya agar membuat diri kita merasa lebih baik saja.
Dalam beberapa kasus, orang-orang yang menghakimi atau mengkomentari kehidupan orang lain merupakan salah satu cara mereka lari dari permasalahan mereka. Hal ini guna melimpahkan sesuatu yang mereka rasakan atau mereka tidak bisa rengkuh kepada orang lain. Padahal, hal tersebut merupakan kewajiban dalam kehidupan mereka.
Terus menerus mencari pelarian dari masalah yang ada di depan kita, tidak akan membuat masalah kita mengalah kepada kita. Mereka akan selalu ada dibelakang punggung kita sekali pun kita berusaha untuk mengacuhkannya. Tidak ada jalan lain, selain menjalani dan menyelesaikannya.
Untuk itu, pesan untuk diri kita sendiri ialah belajar untuk tidak membandingkan kehidupan seseorang baik kesuksesan maupun kegagalannya dengan yang kita punya. Hal ini dapat menjadi langkah pertama untuk bisa mengurangi kita berusaha menilai orang lain dengan dasar kehidupan kita, nyatanya permasalahan dan keberuntungan kehidupan akan berbeda satu sama lain tiap orang.
Lalu belajar untuk menghadapi masalah yang kita miliki, tanpa melimpahkan segala kekesalan kita pada orang lain. Dengan belajar menghadapi masalah perlahan-lahan, kita belajar untuk mengenal diri sendiri tanpa harus melimpahkan kekesalannya kepada orang lain. Hal ini bersambung dari poin sebelumnya, dimana setiap orang memiliki permasalahan dan keberutung yang berebeda. Disaat kita menghadapi masalah sedangkan orang lain sudah mendapatkan keberuntungannya, kita tidak tahu seberapa berat jalan yang sudah mereka lalui sebelumnya, maka jangan menilai hanya pada hasilnya saja.
Terakhir, bijaklah bermedia sosial. Hal ini sangat mudah dijumpai di media sosial dimana mereka merasa paling benar dan menjadi poros dunia, nyatanya tidak. Tidak semua hal yang ada di media sosial berhubungan dengan kita dan perlu andil kita untuk mengkomentari, terkadang menikmati dinamikanya dan menjadi pengamat saja juga sudah cukup. Berkomentarlah dengan bijak, karena kita tidak pernah tahu efek dari komentar kita tersebut dan ingat kita semua sama-sama manusia biasa.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”