Ingat saat dahulu kamu dengan malu-malu bilang cinta? Aku seperti benar-benar hidup didunia. Bagaimana tidak? Sebelum itu, aku hanya bisa mengintip wajahmu dari kejauhan namun tiba-tiba kamu sudah sedekat pelukan. Ingat saat dahulu setiap waktu kamu menatapku? Saat itu, hidupku hanya berisikan bunga-bunga merah jambu.Â
Bahwa jatuh hati padamu adalah jatuh yang paling indah, tidak semenyakitkan jatuh dari sepeda. Hingga, setiap hari aku begitu ingin jatuh berkali-kali
Ingat saat dahulu ketika kamu bilang senyumku selalu berhasil mendebarkan jantungmu? Aku jadi ingin terus tersenyum. Agar debaran itu hanya untukku. Agar hanya aku yang memiliki rasamu. Ingat saat dahulu kamu mengirimku pesan setiap saat? Selalu ada ucapan yang menyejukkan di pagi hari, dan ucapan yang menghangatkan di malamnya.
Ingat saat dahulu kamu menelponku setiap malam? Menanyakan bagaimana kabarku, dan begitupun sebaliknya. Mengenai apa saja rutinitas yang aku lakukan dari pagi hingga sore, menyuruhku agar tak telat makan, berkata kangen selalu. Ah, rasanya aku lelaki paling bahagia di dunia. Bagiku, dahulu indah. Membuatku lupa, bahwa ketika 'dulu' sudah berlalu. Semua tak akan sama lagi. Karena aku baru ingat bahwa 'saat ini' pasti datang juga.
Saat dimana, jangankan menatap, tersenyum pun tak sempat. Saat dimana mengabari saja susah, apalagi untuk bercakap diujung telepon berjam-jam. Tak ada lagi aku yang ingin tersenyum setiap saat agar debaran jantungmu ribut berebut tempat. Saat itu juga hilang entah kemana. Waktu, haruskah seperti itu? Berlari secepat yang kau bisa, hingga mengusangkan saat-saat yang indah.Â
Waktu, tak bisa kah kembali ke masa 'dulu' saat semuanya baik-baik saja? Ayolah, aku rindu dia juga 'dulu'.
Dulu, semua cerita jadi seru. Bahkan meskipun itu tentang tugas akhirmu yang membuat penat, meskipun itu tentang keluhanmu saat sedih dan tempat kerjamu, meskipun itu tentang rewelanku saat ditinggal coffebreak olehmu. Sepele, iya hanya cerita sepele seperti itu yang akan terus berlanjut menjadi sejarah yang tak di bukukan. Lalu, saat ini apakah kita sudah kehabisan cerita? Tak adakah cerita seru lain yang menggantikan keheningan ini? Apa tak ada lagi cerita seru yang dulu sering kita bicarakan hingga larut malam? Sudah basi kah?
Kita lebih banyak membungkam suara daripada bercerita. Kita lebih sering memendam seluruh rasa daripada berkata. Kita lebih memilih menjadi asing daripada bercanda hingga bising. Tak ada senyum yang mendebarkan, tak ada cerita yang menyenangkan, tak ada kita, tak ada dirimu, tak ada hari yang 'semeng-asyik-kan' seperti dulu.
Kini tak ada lagi kamu yang menelponku setiap malam hanya sekedar berkata rindu. Tak lagi pesan penyemangat darimu. Tak ada lagi piring yang menjadi 'tempat pembuangan' sayuran yang tak aku makan. Tak ada lagi punggung tempatku bersembunyi dari gelap malam. Tak ada lagi kamu yang berbisik ke telingaku ketika motor sedang melaju lamban, saat menunggu lampu merah. Iya, sekarang tidak lagi dan sialnya aku setengah mati merindukan itu.
Kini semua bukan lagi tentang kita. Tokoh utamanya bukan lagi aku dan kamu, tapi hanya tentang dirimu. Iya, kamu dengan segala kesibukan yang berlalu lalang mengalihkan dirimu. Ah, aku baru tau bahwa manis bisa berubah jadi hambar tak memiliki rasa. Aku baru tau bahwa cinta juga bisa kadaluwarsa. Memangnya cintamu buatan pabrik mana bisa kadaluwarsa secepat ini?
Sayang, aku tak menyalahkan dirimu jika kita tak se-asyik dulu. Mungkin aku yang membosankan. Mungkin kamu jenuh berjalan bersamaku. Mungkin duniamu lebih menyenangkan. Mungkin tujuanmu bukan aku, aku hanya figuran yang diajak berlari dan ditinggalkan ditengah jalan. Iya, kamu tak mengajakku sampai akhir. Kamu berhenti meninggalkanku dan berlari tanpa ada aku.
Dan aku telah sampai pada masa yang paling menakutkan ini, "masa dimana senyumku tak lagi mendebarkan jantungmu dan tertawamu bukan lagi untukku"
Kalau sudah begini, jangan salahkan aku jika keacuhanmu membuat rasaku makin terkikis 'hampir habis'. Jangan tanya kenapa aku bisa berubah seperti sekarang. Jangan tanya kenapa dan ada apa. Suatu hari jika kamu protes dengan diamku, jangan membenciku karena mungkin aku akan bertanya tentang kemana saja dirimu? Tentang aku yang tak pernah protes walau tak pernah jadi prioritas bagimu. Tentang mengapa disaat ku diam, dirimu mulai menyadari dan bertanya-tanya.
Siapa tau, sebentar lagi akan kita temui rasa selanjutnya. Masa yang lebih menyeramkan. Ketika kita akhirnya ikut kadaluwarsa juga. Ketika semua rasa akhirnya terasa biasa saja.
Ketika aku mulai terbiasa tanpamu. Ketika ragamu masih bersamaku, tapi hati kita tak lagi jadi tempat yang dirindukan untuk segera pulang.
Sayang, aku pernah baik-baik saja sebelum mengenalmu, aku pernah bahagia sebelum bersamamu, aku pernah tertawa lepas sebelum bertemu denganmu. Tenang saja, jika memang Tuhan menginginkan kita untuk terus bersama, tak ada yang tak mungkin kan? Sejauh apapun kamu melangkah pergi, sekeras apapun kamu mencoba lepas, jika Tuhan ingin kita bersama, kita akan tetap bersama. #Cerpen #KompetisiMenulis
Artikel ini sudah tayang di Kompasiana dan merupakan tulisan asli penulis
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”