Selama bumi masih berputar dan kita masih bisa bernapas barangkali tidak ada satu pun dari kita yang siap dengan kehilangan ataupun terbiasa dengan duka. Kehilangan merupakan kata atau sesuatu yang sebisa mungkin kita hindari. Sesuatu yang tidak ingin kita alami. Tapi apa daya, manusia tidak bisa memilih apa yang akan terjadi pada dirinya. Kehilangan kekasih, kehilangan sahabat ataupun kehilangan keluarga dekat tidak pernah menjadi menyenangkan. Semuanya tetap sama. Meninggalkan luka yang berbekas di hati dan pikiran.
Kita memang tidak bisa memilih, tapi yakinlah kita masih punya kesempatan. Kesempatan untuk menerima duka dengan cara yang kita mampu ataupun kesempatan untuk tetap bersyukur bahwa kita pernah merasakan menjalani kehidupan dengan seseorang yang berarti. Salah satu kehilangan yang paling kita hindari (takuti) adalah kehilangan keluarga. Kehilangan ini bisa kita kelompokkan ke dalam dua bentuk. Pertama kehilangan dalam arti tidak lagi mengenali orang kita sayangi, baik sifat maupun karakternya. Terkadang tempaan hidup menyebabkan seseorang berubah. Mungkin anggota keluarga kita yang dulunya ramah, namun karena perlakuan buruk dari atasan menyebabkannya menjadi orang pembangkang yang merupakan imbas dari ketidakmampuannya untuk membela diri. Ataupun kehilangan dalam arti yang sebenarnya. Kita tidak lagi bisa bertemu dengan salah seorang dari keluarga kita karena ia memang sudah tidak berada di dunia ini (wafat atau meninggal).
Kehilangan yang pertama tentunya masih bisa kita tolerir. Kita masih bisa melakukan upaya untuk “mengembalikan” kepada dirinya yang semula. Paling tidak apa yang berubah dari dalam dirinya dapat kita maklumi sedikit demi sedikit. Tanpa penghakiman tentu saja. Namun bagaimana halnya jika kita harus merasakan kehilangan yang mengharuskan kita menerima kenyataan bahwa kita tidak bisa lagi bertemu, mengobrol, bercerita ataupun mencicipi masakan yang ia buat. Sedih dan duka mendalam. Barangkali tidak ada kata lain.
Berharap semua akan seperti semula tidak akan meredakan kesedihan dibandingkan dengan kita berusaha untuk meyakinkan diri bahwa ini pilihan yang harus kita terima. Apapun yang terjadi siklus kehidupan selalu membawa kita kepada tempat yang sama. Kelahiran dan kematian. Suka ataupun tidak suka itulah aturan main yang harus kita terima dan jalankan. Kehidupan di atas dunia ini terus bergulir. Setiap satu kepergian (kematian) akan membawa kita untuk menyambut satu kedatangan (kelahiran) yang baru. Apa yang hilang akan diganti dengan sesuatu yang baru. Sesuatu yang bisa mengisi kekosongan di hati maupun di dalam diri kita. Satu kesedihan akan memungkinkan kita untuk menerima sebuah kebahagiaan yang baru. Satu kemalangan adalah awal dari satu kemujuran pada waktu yang akan datang. Jangan bersedih!
Percayalah, Yang Maha Kuasa adalah pemilik semesta yang maha mengetahui apa yang baik bagi hambanya. Begitupula sebaliknya. Kehilangan yang kita rasakan hari ini adalah bagian dari ujian untuk menguatkan diri kita. Sebuah drama kehidupan yang memang sudah diatur sedemikian rupa. Tidak ada yang benar-benar bersedih ataupun benar-benar bahagia. Apa yang kita rasakan hari ini, tak jarang merupakan sesuatu yang sudah / belum / akan dirasakan oleh orang lain. Karena itu terimalah semua dengan lapang dada dan diri yang berserah. Berserah dalam arti tidak membebani diri dengan pemikiran “seandainya” ataupun “seharusnya”. Pada dasarnya ada hal-hal yang memang bagian kita untuk memikirkan, namun ada sebagian lain yang cukup kita jalani dan rasakan. Bukan karena Yang Maha Esa tidak mengerti keinginan kita, tapi karena Ia tidak ingin hamba yang cengeng dan berputus asa.
Setiap apa yang terjadi dalam kehidupan kita adalah adalah pelajaran. Dan setiap pelajaran selalu mendatangkan “nilai”. ^_^
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.