Dosakah Jika Seorang Wanita Jatuh Cinta?

Aku adalah seorang wanita yang sedang dianugerahi sebuah rasa. Namun, jika diizinkan untuk bertanya, kenapa harus rasa cinta? Dari sekian rasa yang tersuguh di dunia, kenapa aku harus mendekap rasa cinta? Terlebih, rasa itu tertuju padamu, seseorang yang selalu berada di sampingku, melukis senyum dalam tangisku, merangkai mimpi dalam temaramku, dan menjadi tujuan untuk langkah kecilku. Kau, sahabat baikku, dan … aku mencintaimu. Sungguh. Apakah kau juga merasa demikian terhadapku?

Advertisement

Ketika wanita mencintai laki-laki lebih dulu, disaat itulah, rasa cinta harus rela terselimut luka.

Aku adalah seorang wanita, lidahku tak kelu, suaraku tak membisu. Hanya saja, aku harus diam ketika aku mencintaimu lebih dulu. Bermain-main dengan asa, menjelajahi khayalan, berharap dapat menemukanmu di antara fantasiku. 

Seolah sebuah dosa yang harus kudekap dalam rintih, rasa cintaku tak berhak bermuara. 

Advertisement

Salahkah ketika aku mencintaimu lebih dulu? Apa yang harus aku lakukan? Membiarkanmu mengetahui semuanya? Sedangkan, di waktu yang sama, aku takut kau malah beranjak. Benar, aku tak mempunyai cukup keberanian untuk mengungkap semuanya, terlebih aku adalah seorang wanita dengan harga diri yang harus kurengkuh. 

Selama ini, aku dan kau adalah sahabat baik. Entah sudah berapa ribu waktu yang telah kita lahap bersama. Sampai suatu ketika, aku tersadar bahwa aku tak ingin kehilanganmu. Sedangkan, persahabatan wanita dan laki-laki tidak mungkin berlangsung selamanya. Akan ada saatnya kau harus melabuhkan hatimu dalam dekapan seorang wanita. Di saat itu, aku harus merelakanmu. Emm … tapi, tak bisakah sosok wanita itu adalah aku? Memang terkesan egois. Namun, aku hanya ingin memilikimu seutuhnya. Aku hanya tak ingin kau tinggalkan. 

Advertisement

Aku tak mungkin menyesal hidup sebagai seorang wanita, penyesalanku hanya sebatas jatuh cinta kepadamu, sahabat baikku. Lagi-lagi andai saja, ya, andai saja kau yang lebih dulu mencintaiku, akankah kau memberitahuku dengan lantang layaknya seorang lelaki? Jika itu terjadi, akan kusunggingkan senyumku, kutelusuri makna ucapanmu, lalu aku akan membalas rasamu. Faktanya, mudah saja bagiku untuk mencinta, terlebih kau adalah sahabatku sendiri. Ah, sudahlah, lagi-lagi andai saja. 

Kau tahu, waktu terus berjalan ke depan, meninggalkanku yang selalu tersipu menatapmu. Waktu terus bergulir, meninggalkan rasaku yang kian membuncah dalam sepi. Tak ada lagi yang bisa kulakukan selain tertunduk malu di hadapanmu.

Jika tak sempat mulutku menjelmakan isi hatiku, aku tak apa. Aku sadar, aku hanya seorang wanita yang diselimuti ribuan rasa malu. Tak ada yang bisa kulakukan selalin menerima semuanya. Aku tak akan menyesal jika kau tak pernah mengetahui perasaanku. Sebaliknya, aku akan mengutuk diriku sendiri ketika kau pergi karena mengetahui wujud hatiku.

Meski rasanya tidak mungkin, aku ingin kau membaca tulisanku. Aku tahu, kau tak pernah menyukai tulisan-tulisan puitis berirama cinta. Namun, bisakah kau sejenak bersahabat dengan waktu sibukmu, menghela napas perlahan, memandangi tampias hujan di balik jendela kamarmu, menikmati secangkir kopi dengan uap hangat yang masih mengepul, dan menyalakan layar ponselmu? Meski kemungkinannnya sangat kecil, namun, bisakah kau menemukan tulisanku? 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya adalah seorang mahasiswi salah satu universitas di Bandung.