Keputusan untuk mempublikasikan hubungan percintaan atau tidak tergantung pada preferensi individu dan situasi spesifik. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk mempublikasikan hubungan percintaan, seperti kenyamanan pasangan dan privasi.
Memilih untuk mempublikasikan hubungan percintaan dapat menjadi cara yang baik untuk merayakan hubungan dan mengumumkan kabar bahagia kepada keluarga dan teman-teman. Hal ini juga dapat membantu dalam membangun dukungan sosial yang lebih luas dan memperkuat hubungan dengan pasangan. Namun, keputusan untuk mempublikasikan hubungan percintaan dapat berdampak pada privasi dan eksposur publik yang berpotensi menyebabkan tekanan pada hubungan.
Di sisi lain, memilih untuk tidak mempublikasikan hubungan percintaan dapat memungkinkan pasangan untuk menjaga privasi dan menghindari eksposur publik yang tidak diinginkan. Namun, hal ini juga dapat menyebabkan frustrasi dan kekecewaan bagi pasangan ketika tidak bisa merayakan hubungan mereka dengan orang-orang yang penting bagi mereka.
Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menjalani sebuah hubungan. Ada yang senang mem-publish di media sosial dengan beragam alasan, ada yang memilih tidak mempublish hubungan dengan kekasihnya pun dengan alasan.
Yang hubungannya di-publish seringkali memiliki alasan karena ingin mengabadikan momen, karena jika sekadar menyimpan di hp takutnya hp hilang, atau diganti baru, keformat memori, dan berbagai alasan lain. Bisa juga karena mereka ingin melindungi pasangannya dari godaan buaya atau garangan di luar sana.
Dinyinyirin netijen karena pamer kemesraan adalah resikonya. Padahal tiap orang berhak dengan apa yang mereka lakukan, selama tidak merugikan orang lain.
Yang tidak di-publish mungkin karena mereka merasa yang penting hubungan tetap baik-baik saja dan bahagia tanpa perlu pamer di media sosialnya. Tidak salah juga untuk ini, karena tiap orang memiliki privasi hidupnya masing-masing. Mereka lebih menikmati hubungan dunia nyata yang bahagia dan baik-baik saja tanpa membuat iri kaum jomblo ngenes yang berharap memiliki kekasih namun malah ditolak seribukali. Meski kadang hubungan yang tidak di-publish sama sekali sering mengecoh para garangan dan buaya. Alih-alih mencari pasangan, mereka malah terjebak menggoda orang yang sudah memiliki keturunan karena melihat media sosialnya seperti orang lajang.
Mau di-publish terserah, nggak di-publish juga terserah, itu hak setiap orang. Yang salah ketika saling menyalahkan dan merasa paling baik. Hubungan dipublish dan tidak dipublish memiliki probabilitas yang sama dalam hal apa pun.
Hubungan diam-diam dan tak di-publish, tahu-tahu kekasihnya ditemukan tak bernyawapun ada, banyak. Tahu-tahu saling menunjukan umpatan dan makian di media sosialnya. Tahu-tahu saling melaporkan pasangannya. Kadang kita lihat semua itu di media sosial. Hubungannya di-publish bisa langgeng sampai tua juga ada, banyak. Tapi yang berpisah, bertengkar, saling tebar kebencian pun ada juga. Media sosial seringkali dijadikan sebar aib itu bukan mitos.
Adakalanya, yang saat pacaran sering mempublish tapi saat menikah seolah anyep, tahu-tahu berkahir. Ada pun yang saat pacaran diam-diam, tak pernah publish tahu-tahu sudah menikah dan publish anak dan betapa bahagia rumah tangganya. Meski aslinya kita tak pernah tahu dan tak harus tahu apa yang terjadi di dunia nyata mereka.
Penting untuk mempertimbangkan dengan hati-hati keuntungan dan kerugian dari mempublikasikan atau tidak mempublikasikan hubungan percintaan sebelum membuat keputusan. Hal ini juga penting untuk berbicara dengan pasangan Anda tentang preferensi mereka dan membicarakan bersama-sama tentang bagaimana hubungan Anda akan dipublikasikan, jika memang memilih untuk melakukannya.
Pada akhirnya, hubungan di-publish dan tidak di-publish. Tidak jadi jaminan untuk tidak mengalami kehancuran dan perpisahan. Kembali ke kesepakatan dan kesenangan masing-masing.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”