Bagi perempuan, cinta itu yang utama adalah kepastian. Kenapa demikian?
Karena bagaimanapun kondisi perempuan amatlah berbeda dengan laki-laki. Perempuan dibatasi usia dalam menemukan pendamping hidup, semakin lama perempuan semakin menua dan saat-saat usia itu tiba, keresahan makin datang mengganggu dan menghantui disetiap malam datang maupun pagi menjelang. Sementara berbeda dengan laki-laki, lebih banyak waktu untuk memutuskan perihal pernikahan.Â
Laki-laki tidak terlalu diresahkan dengan pemikiran harus cepat menikah ataupun perihal usia. Karena justru laki-laki langkahnya masih leluasa untuk menapaki kehidupan dan karirnya. Tidak terlalu banyak pertanyaan kapan akan menikah? Sementara perempuan, amatlah rentan dengan pertanyaan seperti itu. Maka dari itu perempuan tidaklah mudah mengabaikan pikiran-pikiran tentang kapan harus menikah.Â
Mungkin memang kita sebagai perempuan bisa mengabaikan atau santai-santai saja tentang itu semua, namun tetaplah semakin kita tidak perduli semakin kita sebetulnya merasa resah. Apalagi perempuan memanglah makhluk yang identik dengan perasaan ketimbang logika. Alias mudah baper.
Dan yang menjadi pembahasan utama adalah perempuan selalu dihadapkan dengan kedilemaan. Haruskah terus menunggu orang yang dicintai untuk "peka" dan melamar atau menerima cinta dari orang yang sebenarnya tidak ada sama sekali di hati?
Seringkali terjadi permasalahan seperti ini dan banyak pula perempuan yang memutuskan untuk memilih laki-laki yang datang padanya, meski tidak ada cinta di hatinya. Karena penyebabnya adalah lagi-lagi masalah usia yang makin menua dan kepastian cinta dari si dia yang tak kunjung didapat.
Sedih, bingung dan putus asa selalu akan dirasakan perempuan tentang pilihan-pilihan yang kurang menyenangkan tersebut. Lantas kita sebagai perempuan harus apa?
Apakah terus mempertahankan ego dan menunggu ketidakpastian itu? Sampai kapan? Sampai kita sadar bahwa dia tidak menginginkan kita menjadi pendamping hidupnya? Atau sampai kita ada dititik harus terus tahan dengan semua perbincangan orang-orang? Yaa kita mungkin bisa bersabar atas itu semua, tapi ingat kita perempuan juga punya batas kesabaran.
Lalu, jikapun kita terpaksa memilih orang yang kita tidak cintai, apakah kita akan bahagia? Kapan akan muncul perasaan cinta dan sayang? Padahal kata orang di sekitar cinta itu tumbuh dengan sendirinya karena terbiasa. Toh banyak orang tua kita yang menikah karena perjodohan, bukan atas suka sama suka, atau cinta sama cinta. Tapi mereka baik-baik aja dan langgeng-langgeng aja. Masa sih gitu, apa iyaa seperti itu?
Kenyataannya tidak selalu seperti itu, banyak perjodohan yang gagal dan banyak hati yang terus luka namun bertahan hanya karena alasan bukan atas nama cinta.
Jadi bersediakah kita menanggung risiko-risiko tersebut? Dan mana yang harus kita pilih?
Namun sebelumnya pastikan pilihan itu tidak akan menyakitimu seumur hidupmu, pilihlah pilihan yang akan menjamin kebahagiaan dunia dan akhiratmu. Jika ingin menikah dengan orang yang dicintai pastikan meminta keputusannya segera, jangan sampai di beri ketidakpastian yang lama. Jika tidak sanggup menunggu atau mendapat jawaban tidak darinya. Maka sebaiknya ikhlaskan dia, minta petunjuk Sang Maha Cinta, agar dipertemukan laki-laki yang memang pantas dan bersedia menjadi pendamping seumur hidupmu dengan berdasarkan perasaan saling mencintai dan menjaga.Â
Dan tidak harus kita memaksa memilih sesuatu yang tidak kita harapkan, karena bisa fatal akibatnya sesuatu yang dipaksakan. Jika mau harus benar-benar tahu dulu apakah dia mampu membahagiakan kita dan menjaga kita? Jika iya itu bisa menjadi pertimbangan bahkan pilihanmu dari pertanyaan-pertanyaan atas kedilemaanmu. So, kamu pilih yang mana? Kamu berhak menentukan masa depanmu. Karena masa depanmu adalah kamu yang mempertanggungjawabkan. Berpikirlah, bertindak dan selamat memilih .
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”