#DiIndonesiaAja-Nggak Hanya di Wae Rebo, Rumah Atap Kerucut ini Juga Ada di Desa Todo Loh!

Yuk, ke Todo nan eksotis

Kalo kamu mendengar kata Wae Rebo, pasti lah yang terlintas di pikiranmu adalah rumah-rumah beratap kerucut, bukan? Namun jangan salah, di wilayah Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur, rumah atap kerucut tidak hanya bisa disaksikan di Wae Rebo yang terkenal itu, tapi juga bisa dilihat di Kampung Adat Todo. Desa Todo memiliki lima rumah atap kerucut yang disebut sebagai Mbaru Niang. Mbaru dalam bahasa Manggarai berarti rumah, sedangkan niang berarti bundar. Jadi, Mbaru Niang artinya rumah bundar. Lah, kok namanya rumah bundar padahal atapnya kerucut? Bundar itu merujuk pada bentuk dinding dan lantainya yang melingkar ya bukan bentuk atapnya.

Advertisement

Mbaru Niang dibuat seratus persen dari bahan alami. Tiang dan dindingnya terbuat dari bahan kayu dan bambu, sedangkan atapnya dibuat dari bahan daun lontar. Rumah ini dibangun tanpa menggunakan paku tetapi dengan teknik pasak dan ikatan tali yang terbuat dari ijuk.  Meski dibangun dengan teknik tradisional, Mbaru Niang dapat bertahan selama ratusan tahun. Wiih, hebat ya nenek moyang bangsa Indonesia!

Awalnya, terdapat sembilan Mbaru Niang  di desa Todo, namun yang tersisa sekarang tinggal lima bangunan. Kelima rumah ini di susun secara teratur, dengan pola tapal kuda. Di tengahnya ada lagi susunan batu yang disebut sebagai compang. Compang ini adalah tempat bagi Ata (red. Orang) Manggarai untuk melakukan ritual. Di atasnya terdapat pula makam-makam raja Todo yang telah meninggal.

Di desa ini juga tersimpan gendang yang terbuat dari kulit manusia. Konon ceritanya, kulit tersebut adalah kulit seorang putri yang meninggal akibat diperebutkan oleh tiga raja, wow ngeri banget. Gendang keramat ini menjadi saksi sejarah dari desa Todo sebagai pusat pemerintahan dari Kerajaan Manggarai. Menurut pengakuan penduduk nih, dari sisi sejarahnya kedudukan Todo lebih tinggi dari kampung adat yang lain di Manggarai, termasuk Wae Rebo.

Advertisement

Ada yang menarik di sini, kamu diharuskan menggunakan pakaian adat Manggarai sebelum masuk ke area desa. Tenang saja, di sana sudah ada petugas yang akan meminjamkanmu sarung tenun dan peci khas Manggarai. Saat menjejakkan kaki di sana, dijamin kamu akan takjub ketika melihat arsitektur Mbaru Niang dan perkampungan tradisional yang ciamik banget. Selain itu, di sini kamu bisa melihat kehidupan tradisional masyarakat. Keseharian mereka umumnya bertani dan berladang. Sebagai pengisi waktu luang, para ibu-ibu juga menenun kain khas manggarai. Di depan Mbaru Niang, mereka dengan tekun menenun benang untuk menghasilkan kain-kain nan indah.

Oh ya sampai lupa deh, Desa Todo berada di kecamatan Satarmese Utara, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Untuk sampai ke sini, kamu hanya perlu naik kendaraan lebih kurang selama empat jam perjalanan dari Labuan Bajo. Cukup jauh sih, tapi tak sejauh bila harus pergi ke Wae Rebo. Nah, bagi kamu yang hanya punya waktu singkat liburan ke Labuan Bajo, berkunjung ke Todo bisa jadi alternatif bila tak sempat ke Wae Rebo. Percaya deh, suasananya nggak jauh beda dan so pasti rasa penasaranmu pada rumah kerucut akan terobati. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penulis, Arkeolog dan Traveller