#DiIndonesiaAja-Kota Tua Kalianget, Wisata Sejarah mengungkap Masa Kejayaan Hindia Belanda di Indonesia

Masa Lalu memberikan Pengalaman yang berbeda di dalam Perjalanan Wisatamu

Pada abad ke-16 sampai ke-17, Indonesia dikenal sebagai ratu dari negeri timur yang kaya akan hasil bumi dan rempah rempah. Indonesia menjadi target utama dari bangsa barat untuk memperluas perdagangan antar negara. Bangsa Belanda, Inggris dan Portugis merupakan negara yang terkenal saling memperebutkan monopoli perdagangan di Indonesia pada masa itu. Ketika Jakarta dikenal sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda pada saat itu, Neira dikenal sebagai penghasil pala dan rempah rempah terbesar, Kediri dikenal dengan produksi rokoknya, maka Kalianget adalah kota penghasil garam terbesar di Indonesia yang hanya sedikit dari penduduk Indonesia mengetahui tentang sejarahnya.

Advertisement

Kota Kalianget adalah Kota Modern yang dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda sebagai lokasi produksi garam yang pada saat itu memberikan keuntungan yang sangat besar untuk Belanda mencapai 16 juta gulden/tahun. Kota ini berada di lokasi yang strategis, berbatasan langsung dengan Selat Madura, Laut Jawa dan Laut Flores. Posisi seperti ini merupakan posisi yang diincar bangsa bangsa yang ingin meletakkan kekuasaannya di Indonesia. Akibat keinginan pemerintah Hindia Belanda untuk memonopoli garam di Sumenep, Kalianget diperluas menjadi sebuah kota yang memiliki segudang fasilitas.

Belanda menyediakan ratusan gudang garam dan ribuan ladang garam, Belanda menggunakan manajemen dan alat alat yang canggih dengan sarana prasarana yang cukup lengkap, diantaranya gedung pabrik, tempat pengolahan garam briket, gudang penyimpanan garam, gedung pembangkit listrik, tandon air, laboratorium, sarana transportasi berupa jalur kereta api untuk pendistribusian garam dan kapal kapal khusus pengangkutan garam dan tidak lupa Belanda memberikan sarana hiburan berupa gedung bioskop, kolam renang dan taman.

Belanda mengubah Sumenep menjadi pusat perekenonomian atau yang biasa dikenal central business district (CBD). Kota Sumenep yang dulu dikenal sebagai Kota Keraton menjadi Kota Perdagangan. Para bangsawan, mantri dan abdi mengalami perubahan status menjadi rakyat biasa. Hampir seluruh perekenomian dan pemerintahan di Sumenep di pegang oleh Belanda, pedagang dari Tiongkok dan Arab, dan orang orang Eropa lainnya, hanya sebagian kecil pemerintahan yang masih di pegang oleh orang Indonesia, dapat dibayangkan bagaimana kondisi Sumenep pada masa itu, monopoli Belanda menjadi penderitaan bagi bangsa Indonesia.

Advertisement

Selain Kota Kalianget kita dapat melihat adanya pembangunan benteng VOC Kalimo’ok yang merupakan benteng yang digunakan untuk memantau keluar masuk barang dagangan di Pelabuhan tetapi terbengkalai karena posisinya kurang strategis. Semua fasilitas dan bangunan berarsitektural kolonial ini pernah hidup pada masa lalu, pernah menjadi bagian kejayaan Sumenep walaupun dicapai dengan monopoli perdagangan. Semua kehidupan itu telah berubah menjadi tumpukan bangunan bangunan tua yang dilupakan. Perdagangan yang membawa Sumenep menjadi pusat perekonomian dan bisnis telah lama mati dan meninggalkan Kota Kalianget terbengkalai.

Pemukiman pemukiman Eropa menjadi rumah rumah kosong yang mendiami hampir 7 ha lahan, saat ini kita dapat melihat sisa sisa peninggalan dari gedung pabrik garam briket, jam dinding tua pos jaga, gedung pembangkit listrik, tandon dengan ukuran yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan air warga, lokomotif sebagai sarana transportasi pengangkutan garam di darat, dan pelabuhan kota tua Kalianget sebagai lokasi pengangkutan garam ke luar pulau.

Advertisement

Gedung-gedung tua ini memiliki nilai arsitektural yang masih kental dengan ciri khas kolonial Belanda, dengan jendela-jendela besar yang berbentuk lengkungan di sisi atasnya tanpa adanya kanopi yang merupakan ciri khas bangunan tropis semakin memperkuat arsitektural Belanda nya. Pola jendela yang simetris dan kotak kotak merupakan pola bangunan Kota Tua di Indonesia, rumah-rumah dengan jendela kisi kisi kayu dan berbentuk persegi panjang, adanya loteng pada atapnya dan memiliki pekarangan di masing masing rumahnya memperlihatkan turut campurnya tangan tangan kolonial Belanda dalam pembangunannya.

Lahan yang cukup besar ini juga menyediakan taman di tengahnya, yang sekarang hanya merupakan lahan kosong dan dijadikan taman hiburan bagi warga lokal. Kota tua Kalianget ini merupakan destinasi yang cocok untuk mereka yang menyukai sejarah dan budaya, tempat ini memberikan sejuta cerita lisan yang akan memberikan pengetahuan mendalam bagaimana Bangsa Belanda pernah hidup di tempat ini, bagaimana mereka menata kota nya, dan mengatur bisnis dan perdagangan garam pada saat itu. Belanda menceritakan bagaimana mereka membangun kerajaaan nya di tempat ini, bahkan fasilitas istimewa pun disediakan ditempat ini, seperti kolam renang yang merupakan peninggalan kota ini dan saat ini masih digunakan oleh warga lokal.

Tidak hanya untuk mereka yang menyukai peninggalan masa lalu tetapi juga untuk mereka yang ingin mencari spot spot pada masa lampau untuk diabadikan, tempat ini kaya akan nuansa kolonial, kuno dan vintage. Hal yang menarik lainnya, karena begitu banyak rumah rumah Eropa yang kosong di sepanjang jalan Kota tua Kalianget ini, bagi mereka pencinta fotografi, tempat ini akan memberikan ide ide cemerlang untuk menghiasi tabungan koleksi foto milik mereka. Terdapat juga bebatuan hasil reruntuhan gedung gedung lama yang membentuk sebuah benteng dan menara yang akan menampilkan view yang berbeda pada malam hari maupun siang hari. Kita juga dapat melihat adanya jam dinding besar di pos jaga yang menceritakan betapa sistem kerja Belanda adalah ketepatan waktu, yang akan selalu menjadi pengingat bagi para pekerja pabrik agar selalu memperhatikan jam kerja

Kota Kalianget adalah peninggalan masa lampau yang layak dilestarikan, menjadikan nya wisata sejarah yang menarik akan memberikan keuntungan bagi pemerintah lokal dan menyebarluaskan berita ini kepada masyarakat untuk mencintai sejarah kota mereka dan ikut menjaga kelestariannya. Tempat ini adalah tempat terpencil dan tersembunyi yang telah dilupakan dan layak di hidupkan kembali.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini