#DiIndonesiaAja-Menguji Adrenalin di Danau Moko

Danau Moko di Sulawesi Tenggara

Soal popularitas wisata, daratan Muna tak lebih dari pendatang baru. Tetapi jika membincang mengenai pesona alam, ia telah eksis bersama daerah lain seiring dengan terciptanya semesta. Selama ini hanya menanti potensinya ditemukan. Landscape Muna patut diperhitungkan. Dari ujung utara hingga selatan lekuk bentang alam Muna selalu menawarkan eksotika alam, serta warisan budaya dan sejarah. Salah satunya ialah Danau Moko.

Advertisement

Danau Moko terletak di tenggara Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Tepatnya berada di Kecamatan Tongkuno, Desa Walengkabola. Jaraknya 69 km dari Raha, ibukota kabupaten, dapat ditempuh menggunakan kendaraan selama 2 jam.

Sedangkan dari Kota Kendari Ibukota Sulawesi Tenggara menuju Raha bisa ditempuh selama 3 jam, menggunakan kapal cepat dengan merogoh kocek sebesar Rp. 125.000. Dari dermaga Raha, dilanjutkan ke Danau Moko di Desa Walengkabola selama 2 jam menggunakan motor atau mobil. Ada terdapat sekira 7 Danau Moko di desa setempat. Namun baru satu saja yang sering dikunjungi. Tidak ada sebutan khusus untuk mengidentifikasi tiap danau tersebut. Ada yang menyebutnya Moko 1, Moko 2 dan seterusnya. Adapula yang menyebut Moko Panjang dan Moko Lebar.  

Flash back sejenak, Kepala Desa Walengkabola, Safar menuturkan, sebelum ditemukan oleh leluhur, Moko terpendam di dalam kawasan hutan. Barulah ketika warga membuka lahan untuk berkebun, Danau Moko ditemukan. Di dalam hutan tersebut terdapat beberapa Danau Moko dengan rentang jarak yang saling berjauhan.

Advertisement

"Saat itu Moko dimanfaatkan para leluhur untuk merendam daun Kolope atau kulit ubi hutan yang telah dikupas", urainya.

Dalam bahasa daerah setempat, Moko berarti lubang besar atau kawah besar. Bagi pengunjung yang hendak bertamasya tak perlu sungkan, warga di sana cukup bersahabat. Hal tersebut ditegaskan oleh LM. Nasir selaku tokoh masyarakat Walengkabola.

Advertisement

"Warga di sini selalu ramah dengan pendatang baru. Buktinya kami bergotong royong membangun Moko untuk mengajak orang di luar sana berkunjung kemari," terangnya.

Jika diamati dari ketinggian Moko merupakan lubang besar terisi air bernuansa biru tosca. Bebatuan karang memagari tepiannya yang terjal. Meski di dalam hutan, jaraknya berdekatan dengan pesisir pantai, koneksi tersebut menyebabkan debit air Moko mengikuti jadwal pasang surut air laut.

Meski mengikuti pasang surut air laut, Moko tak pernah surut. Rasa airnya pun berbeda, samar-samar, separuh asin, separuh lagi tawar. Paduan rasa yang cukup unik. Payau.

Dulu, Moko dihuni hewan dalam kelas reptilia. Seekor penyu renta berusia puluhan tahun. Sebagai tuan rumah, penyu tersebut sangat ramah terhadap pengunjung yang berenang. Sangat jinak. Terkadang dengan hanya menepuk-nepuk permukaan air hewan tersebut datang menghampiri. Berenang bersama. Penyu tersebut sangat dilindungi oleh warga.

Ditengah isu banyaknya penyu dan kura-kura yang dibantai untuk dikonsumsi dan dimanfaatkan sebagai hiasan, penyu ini leluasa berkeliaran di danau Moko tanpa mendapat perlakuan kasar dari warga sekitar. Namun sayang, waktu memainkan perannya. Kini penyu tua itu telah tiada. Direnggut usia yang semakin menua. Hanya mewariskan seekor anak penyu. Selain seekor penyu, ada ikan berwarna warni yang dapat menemani aktivitas renang. Begitu menurut penuturan warga setempat.

Bagi anda yang jenuh dengan ingar bingar perkotaan dan ingin mencari ketenangan, Moko dapat menuntaskan pencarian anda dengan suasananya yang teduh. Menyajikan hiburan alam paling menawan. Eitss tunggu dulu, pesona Moko bukan di situ. Lingkaran karang yang bertengger kukuh pada tepiannya, dapat menggoda para wisata holic bahwa tak ada jalan lain paling elegan untuk mengecap sensasi kesegaran air danau Moko selain terjun dari sisi tebingnya. Alam ini indah dan dari ketinggianlah cara menikmati tiap pesonanya.

Satu-satunya fasilitas bermain di Moko hanyalah pelampung berupa karet ban dalam. Warga juga memasang utas tali pada dahan pohon. Kemudian tali tersebut digunakan berayun ketengah danau untuk menguji adrenalin. Jika ingin lebih ekstrim, bisa memanjat pohon yang tumbuh di tepi tebing kemudian meloncat dengan gaya bebas. Tak hanya menantang, ini juga sangat berisiko. Bagi kalian para adrenaline junkie hal ini layak dicoba. Sedangkan bagi penduduk sekitar, khususnya anak-anak, hal ini telah menjadi rutinitas.

Wisata geopark Danau Moko tak hanya memanjakan mata dengan kebeningan airnya atau penyu jinak yang telah hidup bertahun-tahun. Danau yang dikelilingi batu karang ini sempurna menguji adrenalin dengan nuansa mistisnya. Warga setempat meyakini, bertutur kata yang tidak baik akan berbalik menyerang diri sendiri. Nuansa mistis itulah yang menjadikan para pengunjung selalu menjaga lisan. Alam Moko tak hanya memuaskan mata tetapi telah mengajarkan bagaimana bersikap.

Jauh di kedalaman hutan, ada pula yang disebut sebagai Moko Panjang. Panjangnya 100 meter lebih. Seperti Moko, Moko panjang juga tak kalah akan pesona. Genangan air yang membiru jernih sungguh mengundang rasa untuk menenggelamkan diri. Kedalaman Moko panjang mencapai tujuh hingga dua belas meter. Kedalaman seperti itu, dasar danau masih dapat terlihat jelas. Moko panjang tidak seperti Moko. Tidak ada fasilitas tangga untuk menuruni tepiannya. Belum pernah terjajal oleh pecandu wisata selain penduduk sekitar.

Batang pohon besar yang tumbang tepat membagi dua bagian Moko panjang. Batang pohon tersebut menjadi jembatan titian untuk menyeberangi danau. Keindahannya terbentuk secara alami. Seolah alam tak sudi jika ada campur tangan manusia dalam pembentukan bentangan Moko dengan segala pesonanya.

Hamparan permukaan air Moko Panjang yang indah dapat disaksikan di tengah batang kayu tersebut. Tentu saja dibutuhkan keseimbangan untuk melewati titiannya. Pemerintah setempat telah berencana mengembangkan potensinya. Analoginya, Moko Panjang ibarat anak pendiam. Telah banyak diketahui publik namun belum ramai dikunjungi.

Suasananya mencekam. Belum ada penduduk sekitar yang berani terjun mencicipi sensasi dingin airnya.  Padahal panoramanya indah, udaranya sejuk. Sangat alami. Belum tersentuh tangan jahil manusia. Seiring berjalan waktu pemerintah mulai gencar melakukan pembenahan pada wilayah dengan potensi wisata. Desa Walengkabola salah satunya. Berangkat dari sebuah kesadaran bahwa sektor pariwisata dapat menggenjot PAD. Dengan begitu kepariwisataan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar.

Moko Panjang memantulkan refleksi panorama sekitar. Semburat cahaya matahari di pagi hari memberi kesan surgawi. Moko Panjang adalah serpihan surga yang jatuh ke bumi. Mengakses Moko panjang membutuhkan tenaga. Tak ada cara lain mencapainya selain menapaki cadas yang tumbuh sepanjang perjalanan. Sangat cocok bagi mereka yang menyukai petualangan dan tantangan. Karena berwisata tidak semata-mata memperoleh kesenangan dan kenikmatan saja. Berwisata sejatinya ialah menemukan diri sendiri. Lewat petualangannya kita tahu dimana batas kemampuan kita, lewat tantangannya kita tahu sekuat apa mental kita. Moko panjang masih malu-malu bersembunyi di bawah bayangan rimbun belantara hutan Walengkabola. Semua gugusan ceruk bumi itu menunggu untuk ditaklukan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Kesempatan berkecimpung dalam dunia jurnalistik sekaligus fotografi jurnalistik selama beberapa tahun terakhir menjadikan saya bertemu banyak orang dengan beragam latar belakang. Rasa penasaran akan cerita di balik sebuah peristiwa telah mendorong saya untuk memberikan pelayanan akan informasi yang terpercaya kepada publik. Melalui jurnalisme dan fotografi saya menemukan cara terbaik bagaimana bercerita dan menemukan ketertarikan.