Di Balik Usaha Makanan Legendaris di Kantin UPJ

Bumbu Bali di kantin kampus Universitas Pembangunan Jaya merupakan usaha di bidang kuliner yang sudah berdiri selama 7 tahun sejak tahun 2016. Sering disebut Makanan Legendaris UPJ oleh Dosen-dosen dan karyawan UPJ.

Advertisement

Namun, usaha ini sempat berhenti berjalan selama dua tahun karena terhambat oleh pandemi yang mengharuskan tatap muka secara langsung cukup terbatas akibat penyebaran virus COVID-19 yang sangat mengkhawatirkan pada tahun 2020 hingga tahun 2021.

Tentang sang Pengusaha

Lulusan Strata Satu Money Management di kota Yogyakarta, berusia 43 tahun biasa ramah disapa sebagai Om Viktor, kini telah tinggal di Tangerang Selatan selama sekitar 20 tahun dan mempunyai usaha di bidang kuliner bernama Bumbu Bali tersebut.

Advertisement

Wirausahawan asal kota Yogyakarta ini memiliki motto hidup, Hari ini akan lebih baik dari hari kemarin, hal ini membuatnya merasa mempunyai pemikiran yang terbuka atau open minded dengan terus mau mencoba hal-hal baru yang belum pernah beliau coba sebelumnya.

Mengenal dirinya sendiri,menurutnya hal ini dapat membuka informasi baru dan mungkin berdampak positif bagi kehidupannya. 

Advertisement

Sebelumnya hanya memiliki latar belakang sebagai seorang pekerja kantoran, beliau membuka lembaran baru dalam hidupnya untuk menjalankan sebuah bisnis di bidang kuliner.

Latar Belakang Adanya Bisnis Bumbu Bali

Beliau memutuskan untuk memulai usaha di bidang kuliner karena menyukai makanan khas Bali dan melihat bahwa di kantin kampus Universitas Pembangunan Jaya yang belum ada penyewa yang menyajikan makanan Indonesia sebelumnya. Ia melihat ini sebagai peluang untuk melayani pasar yang menuntut makanan Indonesia sebagai pemasok kantin kampus UPJ. 

Peluangnya bagus dan bisnis kuliner cukup menjanjikan yang membuat kita merasa hidup dan maju, jadi kita harus mencoba kata Viktor.

Mempunyai passion dalam manajemen duit serta pada makanan-makanan kesukaannya, beliau berdeterminsi tinggi dengan confidence yang baik dalam menjalankan bisnisnya.

Meski tidak memiliki latar belakang dalam bidang F&B, beliau membuka usaha kuliner dengan keyakinan bahwa informasi yang dibutuhkannya cukup tersedia dan terfasilitasi pada era saat ini. Adanya teknologi yang memungkinkan mudahnya akses berbagai pengetahuan di platform seperti YouTube, yang memiliki banyak video tutorial menunjukkan cara menyiapkan hidangan tertentu. Om Viktor juga mengatakan bahwa dirinya juga sering mengambil informasi dari literatur. 

Alokasi Modal Bisnis

Modal awal untuk membangun perusahaan tersebut adalah sekitar 10 juta Rupiah, yang termasuk dari penyetoran dan penyewaan ruang di kantin kampus UPJ, peralatan masak seperti kompor, wajan, sutil, alat makan seperti sendok, garpu dan piring yang perlu diperbaharui waktu ke waktu untuk maintenance, dan bahan dasar yakni beras , telur, daging, sayuran, bumbu dan lain-lain.

Pendapatan kotor warung Bumbu Bali di kantin Universitas Pembangunan Jaya kini dapat mencapai sekitar 1,5 hingga 3 juta per hari. Hasil pendapatan dari penjualan harian didistribusikan oleh Om Viktor pada tabungan bank sebagai aset tetap dan mengalokasikannya kembali sebagai modal bisnis.

Berkompetensi & beradaptasi

Besar kecilnya dan pertumbuhan bisnis Bumbu Bali dari waktu ke waktu tentu akan mengikuti perkembangan kampus UPJ dengan setiap peningkatan akreditasi kampus, yang akan menambah jumlah mahasiswa UPJ yang menjadi kelompok sasaran sebagai pelanggan utama. kata Om Viktor. Artinya Kantin Kampus UPJ juga semakin berkembang dan bermunculan penjual makanan lain yang kini menjadi pesaing bisnis Bumbu Bali. 

Om Viktor melihat hal ini sebagai hal yang baik karena dia memahami bahwa dia dan kedua karyawannya tidak bisa melayani semua mahasiswa dan staf UPJ. Dengan provider lain, mahasiswa UPJ tidak perlu menunggu lama karena lapar karena itu prioritas, sebut Om Viktor. 

Tetapi dengan pelanggan yang terdistribusi secara merata dengan pilihan pemasok yang melimpah, dia masih berusaha memastikan siswa menyukai makanannya.

Cara Om Viktor untuk memastikan peminatnya terus meningkat adalah dengan meminta kritik dan saran masukan dari mahasiswa yang sudah mencicipi menu Bumbu Bali sebelumnya, hal ini membuktikan bahwa beliau memiliki keahlian dalam mengelola hubungan yang baik dengan pelanggannya dengan pendekatannya yang ramah terhadap orang disekitarnya.

Dengan sikap yang benar, kritik yang diterima sebagai kegagalan dapat menjadi motivasi untuk bergerak maju untuk lebih baik kedepannya. Kegagalannya pada masa lalu akan menjadi pelajaran untuk masa depan ucap Om Viktor.

Hal ini tentunya tidak menjadi halangan bagi efektifitas adaptasi Om Viktor sebagai seorang pengusaha menghadapi usahanya. Misalnya, jika suatu hidangannya dinilai kurang asin, yang dilakukan Om Viktor adalah langsung mengoreksi rasa dengan menambahkan garam pada masakannya.

Kreatifitas

Berbicara tentang preferensi mahasiswa pada umumnya, Om Viktor dapat mengidentifikasi bahwa mayoritas konsumennya tidak menyukai makanan cepat saji, mereka lebih memilih hidangan panas dan segar, yaitu makanan yang baru saja disajikan seperti Ayam Bakar, Nasi Jinggo, Mi tek-tek dan lainnya. 

Menciptakan suasana kondusif untuk pertumbuhan usaha

Om Viktor juga sangat berhati-hati dalam mengelola sumber daya manusianya. Beliau mempertahankan hubungan dengan karyawannya dengan sangat baik.

Beliau memastikan mereka merasa nyaman dengannya karena beliau sadar bahwa mencari karyawan tidak mudah dan mempertahankan mereka sangatlah penting.

Usahawan asal kota Yogyakarta itu menawarkan jatah makanan dan penghasilan tambahan kepada karyawannya, hal ini membuktikan bahwa Om Viktor tidak berkenan dengan membagi kesuksesannya kepada karyawannya.

Memahami dan melewati Risiko

Ada risiko yang terkait dengan memulai sebuah bisnis. Dalam bisnis bidang kuliner cenderung bermasalah dengan bahan baku, di mana perkiraan stok bahan baku dengan demand tidak sama sehingga bahan baku terbuang karena tidak digunakan.

Bahwasanya masa depan tidak dapat diprediksi dan hal ini dapat dipahami oleh Om Viktor. Ketika Om Viktor membeli paha ayam dilandasi dengan asumsi banyak permintaan, namun pada satu hari banyak yang lebih meminati dada ayam. 

Om Viktor melihat hal ini sebagai pembelajarannya di masa depan dalam mengelola bisnisnya, membuat dirinya lebih mengetahui secara hilir untuk dapat mengantisipasi kejadian-kejadian yang dapat merugikan.

 

Menjadi pemimpin dalam usahanya

Om Viktor dapat dikategorikan sebagai seorang pemimpin yang Democratic. Hal ini dapat dilihat dari pendekatannya dengan karyawannya.

Sebagai pendiri perusahaan Bumbu Bali, Om Viktor terus berusaha memberikan kontribusi dalam pengelolaan perusahaan setiap harinya. Beliau mempunyai etos kerja yang kuat serta seringkali ikut terlibat dalam bekerja di lapangan.

Beliau seringkali bertindak sebagai manajer yang mengawasi, memantau, dan memastikan bahwa prosedur rutin dilakukan dengan benar oleh karyawan. Memastikan persediaan bahan, pencucian peralatan dan pemeliharaan peralatan dapur yang mungkin perlu diganti dari waktu ke waktu. 

Terkadang muncul situasi di mana hanya Om Viktor yang dapat mengambil keputusan. Misalnya ketika tiba-tiba kehabisan nasi dan perlu membeli beras di toko terdekat, Om Viktor meminta karyawannya untuk terlibat berpartisipasi dalam hal tersebut.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini