Pandemi covid-19 datang membawa kecemasan, segelintir orang merasa takut akan penularannya. Situasi tak menentu ditambah dengan berita simpang-siur yang harus didengarkan oleh khalayak. Namun sebagian orang memilih untuk memasang earphone di telinganya dengan tetap menetapkan protokol kesehatan ketika mendengarkan berita simpang-siur tersebut.
Semua orang memilih mundur ketika berhadapan dengan covid-19, namun tidak dengan pahlawan garda terdepan, mereka memilih untuk maju melawan dengan sepenuh hati tidak peduli kalah atau menang. Mereka adalah tenaga kesehatan. Mereka menjadi sosok garda terdepan, melawan dengan sekuat jiwa dengan mempertaruhkan waktu yang hilang bersama keluarga. Salah satunya Alvita seorang perawat yang berusia 23 tahun yang harus kehilangan waktunya bersama keluarga, demi menjadi salah satu garda terdepan melawan pandemi yang tak kunjung surut.
Perawat yang mempunyai nama lengkap Alvita Sari Fitriani Puspita ini memilih untuk menjadi tenaga kesehatan karena memang sudah menjadi cita-citanya sejak masih berusia belia, namun dahulu cita-citanya bukanlah menjadi seorang perawat melainkan menjadi seorang dokter. Karena sekolah di kedokteran membutuhkan biaya yang cukup menguras kantong, akhirnya Alvita memutuskan untuk tetap di dalam lingkungan kesehatan namun tidak di jurusan kedokteran. Setelah lulus MTs atau menengah pertama, kemudian Alvita melanjutkan pendidikannya di SMK Kesehatan lalu mengambil jurusan keperawatan, setelah itu melanjutkan pendidikannya di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta dengan jurusan keperawatan juga.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, perempuan yang lahir dan tinggal di Yogyakarta ini langsung bekerja di salah satu Rumah Sakit swasta di kota Tangerang sebagai perawat tentunya. Alvita memutuskan untuk bekerja di luar kota karena ingin mencari pengalaman yang lebih banyak, sehingga memilih untuk angkat kaki dari kampung halamannya. Dan saat ini Alvita sudah bekerja lebih dari satu tahun menjadi seorang perawat.
Perjalanannya menjadi seorang perawat tidaklah mudah, apalagi Alvita bekerja di kota orang, ia harus rela meninggalkan ayah, ibu dan adiknya dan bertemu hanya satu bulan sekali. Namun semenjak pandemi menyerang negara kita, ia harus lebih menahan rindunya kepada keluarganya karena tidak dapat bertemu, karena ia harus menjadi bagian dari garda terdepan.
Menjadi seseorang yang bergelut di dunia tenaga medis bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi di tengah pendemi yang tak kunjung surut. Di hari-hari sebelum virus menyerang Indonesia ia dapat bebas menghirup udara tanpa rasa sesak, lalu bertemu pasien-pasien dengan mengenakan baju seragam perawat yang ia banggakan. Namun semenjak pandemi ini, ia harus menyembunyikan baju seragamnya dibalik hazmat atau lebih dikenal dengan dengan APD (Alat Pelindung Diri), kemudian menutup sebagian wajahnya menggunakan masker yang harus berlapis-lapis, lalu menggunakan faceshield sebagai penutup akhir wajahnya. Cara ini dilakukan supaya mereka, para tenaga medis terhindar dari paparan virus covid-19 yang sangat meresahkan karena penularannya terjadi sangat cepat.
Hari demi hari telah terlewati dengan hidup berdampingan bersama virus yang terbang kesana-kemari bersama udara, dan Alvita tetap harus menyembunyikan baju seragam kebanggannya dibalik APD dan senyuman manisnya yang tertutupi oleh masker yang berlapis-lapis demi melawan pandemi yang belum bisa dihentikan. Namun ternyata APD (Alat Pelindung Diri) yang Alvita belum terlalu efektif untuk melawan virus yang sudah membunuh banyak orang ini, sehingga Alvita terpapar virus dari pasiennya, karena setiap hari ia harus berhadapan dengan pasien yang terkena covid-19 ini. Saat dinyatakan positif covid-19, perawat satu ini tidak merasakan salah satu dari gejala yang dinyatakan oleh pihak kesehatan mengenai gejala-gejala covid-19. Ia merasakan bahwa dirinya baik-baik saja, namun ternyata setelah melakukan swab rutin yang dilakukan oleh tempat ia bekerja, ia dinyatakan positif covid-19 dan harus melakukan karantina selama kurang lebih 14 hari atau 2 minggu. Kemudian swab ke-2 setelah ia dikarantina, hasilnya negatif dan ia harus langsung kembali bekerja menjaga pasien-pasien yang terpapar virus yang ganas ini.
Alvita berpesan, supaya kita harus menjaga kesehatan dengan selalu cuci tangan, menjaga jarak, serta meminum vitamin supaya imunnya kuat. Selain tenaga medis dan kesehatan yang menjadi garda terdepan untuk memerangi pandemi ini, kita juga harus bisa membantu mereka dengan salah satunya melakukan apa yang dipesankan oleh Alvita, salah satu perawat yang pernah terpapar virus covid-19 ini. Pengalaman Alvita ini harusnya kita sadar bahwa pandemi ini bukanlah kebohongan, pandemi ini nyata, virus corona ini benar adanya dan Alvita, salah satu dari sekian banyak tenaga medis ini harus melawan virus yang belum diketahui kejelasan asalnya darimana, selain harus melawan virus, ia juga harus melawan rasa rindunya untuk bertemu keluarga yang berada sejauh 586,4 km darinya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”