Diamku Mengartikan Banyak Hal

Diamku adalah perisai pelindung di kala dunia sedang tidak baik-baik saja

Diamku mengartikan bahwa aku lelah untuk memperjuangkan sesuatu yang memang bukan ditakdirkan Tuhan untukku. Diamku mengartikan bahwa aku tidak perlu dan sudah lelah menjelaskan perasaanku kepada siapapun. Diamku mengartikan bahwa aku sudah menerima segala perubahan yang terjadi pada kehidupanku. Diamku mengartikan bahwa tidak ada yang perlu aku sesali dan keluhkan lagi. 

Advertisement

Diamku menandakan bahwa aku sedang berjuang untuk menyembuhkan diri dan melupakan semua keserakahan yang menguasai diriku. Diamku menandakan bahwa aku hanya ingin menjalani hidup dengan tenang tanpa termakan omongan-omangan jahat di luar sana. Aku hanya ingin fokus dengan keheningan. Ingin memutus mata rantai yang bisa saja menghancurkan segalanya, jika aku terlalu banyak berbicara.

Diamku menandakan bahwa aku tak perlu menyakiti orang lain dengan perkataanku. Diamku menandakan bahwa aku tak butuh berargumentasi dengan mereka yang tidak sependapat denganku. Diamku menandakan bahwa dunia ini terlalu berisik bagi aku yang memiliki luka batin dan traumatis yang sulit untuk disembuhkan. Diamku menandakan bahwa Tuhan memintaku untuk rehat sejenak dari segala prahara kehidupan yang tak ada habisnya.

Bukankah kehidupan ini sudah terlalu melelahkan? Bukankah miliaran orang di dunia ini sudah sangat menghibur dengan segala macam kisahnya? Bukankah dunia ini sudah sangat mengganggu dengan segala macam karut marutnya? Bukankah pemimpin-pemimpin negara sudah banyak berjanji dengan rakyatnya melalui sistem pemerintahan?

Advertisement

Jadi, tidak ada salahnya jika aku menepi sejenak. Hanya ingin menikmati kehidupan tanpa banyak terlibat dengan segala keramaiannya. Toh, dikeramaian, aku juga masih merasakan kesendirian. Di keramaian, aku merasa tak dianggap dan tak dihiraukan. Di keramaian, ujung-ujungnya aku hanya berkutat dan berbicara dengan isi kepalaku saja. Jadi, mengapa aku harus terlibat dengan semua ini.

Akan tetapi, keputusan ini tidak berlaku bagi semua orang. Mungkin banyak orang di luar sana yang menentang, bahkan ada juga yang menghakimi. Semua memang bergantung kepada individu masing-masing. Kita dilahirkan dari orangtua, keluarga, lingkungan, dan latar belakang yang berbeda. Jadi, bisakah kita tidak menghakimi satu sama lain? Bukankah kehidupan ini penuh dengan aneka macam warna, yang terang ada, yang gelap hitam pekat pun juga ada.

Bagiku, keheningan masih menjadi pilihan utama. Ketika kebaikanku selalu dibalas dengan kejahatan. Ketika uluran tanganku selalu dilukai dengan tajamnya pisau. Ketika pengertianku dibalas dengan ketidakpedulian. Ketika telingaku diteriaki dengan banyak keluh kesah yang akhirnya menyakiti diriku sendiri. Disitulah aku memutuskan bahwa diam menjadi pilihan terbaik.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Killing my time with arts, literature, phraseology, visualization, and manipulate. https://ameliasolekha.blogspot.com/