Dulu Kamu Ajak Aku Berjuang dari Bawah, tapi Akhirnya Kamu Justru Pergi Meninggalkan

Diajak berjuang tapi malah ditinggalkan

Aku sebagai pendatang baru di kota itu, yang belum mengenal siapa-siapa dan belum pernah keluar dari gerbang perumahan tempat tinggalku, dan aku masih mencari orang untuk jadi teman.

Advertisement

Di saat ponselku rusak, tempat yang kutuju adalah tempat service di ujung gerbang perumahan. Hari itu adalah hari yang baik, di saat aku bersedih akan ponselku, senyuman manis dari seorang pria menghiburku. Pelayanan yang ramah, senyuman yang manis, tatapan yang dalam menusuk hati. Ya, itulah awal semua kisah ini.

Hubungan antara customer dan tukang service yang biasa saja menurut orang. Tapi bagiku itu sangat baik dan special karena yang ku tahu dia hanya seorang penjaga konter dan aku salah satu pelanggannya yang bawel dan manja hahaha..

Kerusakan di ponselku sudah selesai diperbaiki, tapi ada satu keluhanku yang berujung indah. Tiba-tiba di galeriku ada foto selfie-nya, yang jelas itu sebuah hadiah indah buatku. Setiap hari aku pandangi, setiap saat aku tersenyum dibuatnya, kurang puas dengan foto itu, aku mencari akun sosial medianya dari daftar pencarian kontak yang lagi-lagi berhasil dan membuatku bahagia, berasa seperti alam semesta ini sedang berpihak padaku.

Advertisement

Aku tipikal perempuan yang penasaran dengan setiap hal baru yang aku lihat ataupun yang aku punya. Mungkin dengan kata lain, aku mudah untuk jatuh cinta. Ya.. aku jatuh cinta dengan pertemuan kita, dengan senyuman dan suaranya.

Setiap hari kita selalu menyempatkan waktu untuk chatting, sekadar menyapa sedang apa? Lagi dimana? Sudah makan atau belum? Sampai pada akhirnya aku nyaman dan aku mulai curhat masalah asmaraku. Sebagai pendatang di kota baru, sudah pasti aku punya kisah di kota sebelum ini.

Advertisement

Aku punya kekasih yang ku tinggalkan di kota asalku, beberapa bulan pertama aku masih kuat untuk menjalin hubungan jarak jauh (LDR), tapi lama kelamaan aku sakit, aku nggak kuat, sering bertengkar dan menangis. Itu semua aku curahkan disela-sela obrolan kami setiap kali chatting, dia selalu mensupport aku, selalu buat aku tersenyum tapi tiba-tiba berubah. 

Dia menghilang tanpa jejak dalam waktu yang lama, setiap hari aku sengaja lewat depan rukonya untuk memastikan dia ada atau tidak, tapi masih saja kosong. Aku tidak tahu dia dimana, aku selalu menunggu sapaannya di semua media sosial, karena penasaran dia pergi kemana, aku nekat kirim pesan untuknya "Aku rindu kamu.. aku kehilanganmu," tapi pesanku tidak direspon.


Setelah sekian lama menghilang, akhirnya dia menyapaku. Saking bahagianya, akupun bergegas mengayuh sepedaku ke ruko, senyuman manis itu menyambutku, dan aku berteriak "Kamu kemana saja? Aku rindu kamu," tentu saja itu teriakan dalam hati.


Banyak pertanyaan yang kuutarakan, namun jawabannya sungguh menyakitkan. Ditambah lagi disudut meja kerjanya aku melihat ada banner pengantin yang wajah pengantin prianya samar kulihat, itu sangat menyakitkan, gemetar tanganku memegang tangannya untuk memastikan semua yang dia ucapkan benar adanya.

Dengan datar dia menjawab "Aku baru tunangan" Ingin menangis rasanya, mataku berkaca-kaca dan bibirku gemetar. Di saat tanganku masih memegang tangannya, dia bertanya "Kenapa? Kamu cemburu?" Sambil menahan air mataku agar tidak jatuh di depan dia, aku balik badan dan pamit pulang. Sebelum kakiku mulai mengayuh sepeda, suaranya memalingkan wajahku ke arahnya karena dia teriak "Neng… I love You"

Lama setelah teriakan itu terdengar setiap hari, akhirnya kami sepakat memulai hubungan, hubungan itu membuka setiap keluh kesah masing-masing dari kami. Ternyata dia adalah pemilik service gadget itu, dia terbuka mengenai keuangannya, mengenai hari-harinya. Saling mendukung dalam suka maupun duka. Perlahan kondisi keuangannya membaik, peluang bisnis banyak bermunculan. Jatuh bangun dia mencoba untuk buka cabang bisnisnya, jadi pelampiasan emosinya di setiap kegagalan yang ia alami, aku tetap sayang dan rasa cintaku tetap utuh.

Bahkan saat dia selingkuh, itu adalah hal bodoh yang aku lakukan, dengan lapang dada aku bersedia dipertemukan dengan gadis yang jadi selingkuhannya, mengikuti skenarionya.. yang mana peranku adalah sebagai sahabatnya. Itulah yang aku katakan pada gadis itu, bisa kalian bayangkan bagaimana perasaanku saat itu, aku menyaksikan kekasihku dengan selingkuhannya saling suap makanan di depan mataku.

Menangis? Tidak! Aku hanya diam dan menundukkan kepala, karena kami sudah buat kesepakatan :


 Kalau kamu masih mau sama aku, please ikut skenarioku, kita ketemu dengan dia dan bilang kalau kita hanya sahabat dekat, dan please jangan paksa aku untuk putusin dia dalam waktu dekat ini, kasih aku waktu untuk itu, dan aku ga mau kalau hubungan kita berakhir


Bagaimana bisa aku ikut menyakiti hatiku sendiri? Terima kenyataan kau mendua saja sulit bagiku, ditambah lagi aku harus berbohong tentang hubungan kita, aku kekasihmu kenapa aku harus bilang kita hanya bersahabat padanya? Tapi aku tidak kuat kalau hubungan kita berakhir. Demi cinta, aku akan coba ikut skenariomu, tapi jangan terlalu lama sakiti aku.

Orang lain jika tahu kesepakatan yang kami buat, pasti menyalahkan kami berdua, dia salah karena selingkuh, dan aku salah karena masih memaafkan.

Hubungan mereka berjalan kurang lebih lima bulan lamanya, dan dalam waktu itu sudah pasti aku sangat terpukul dan tersiksa. Biarpun begitu, kami masih tetap lanjut, aku masih jadi tempat pelampiasan kalau usahanya sedang ada masalah. Kuterima semuanya dengan lapang dada.

Aku dukung dia setiap saat, apa pun yang ingin dia mulai aku selalu support, karena hanya itu yang bisa aku lakukan. Satu persatu tujuannya pun tercapai, aset A dan aset B dicapai berdasarkan urutan yang aku mau. Ini dulu baru itu, ke sini dulu baru kesana, begitulah aku setiap kali dia minta pendapat, dan dia menurut. 

Di satu sisi dia memang brengsek karena sudah bermain hati, tapi disisi lain dia sangat baik. Semua pelampiasan setiap dia gagal atau ada problem di bisnisnya, bukan kekerasan yang aku dapat, dia cuma ngedumel nggak jelas, tiba-tiba putusin hubungan kami, atau lost contact sampai berminggu-minggu. Dia nggak pernah ringan tangan denganku, nggak pernah brutal kalau lagi ada masalah.

Tapi di saat semua kesabaranku menemaninya dari bawah sampai pada akhirnya dia berada di puncak kesuksesan, dia seakan lupa denganku. Dia lupa cara memperjuangkan aku untuk dihalalkan menjadi istrinya. Dia pamit untuk pergi dan mempersilakan aku mencari lelaki lain menjadi imamku. Aku tidak tahu apa yang menyebabkan dia berubah drastis, aku tidak tahu kenapa dia tega meninggalkanku setelah sekian tahun hubungan ini kami lalui bersama. Aku pikir itu adalah prank, ternyata itu benar-benar terjadi.

Sambil menangis aku kirim pesan untuknya :


"Selamat atas semua kesuksesan yang telah kamu capai. Semoga kamu tidak berubah jadi sosok yang sombong dan angkuh. Aku kenal kamu saat kamu belum jadi apa-apa, saat bisnismu masih 1, saat semua aset yang sekarang kamu punya masih belum ada dalam wacanamu. Jadi selama ini aku mau bertahan dengan mu menjalani semua ini sampai bertahun-tahun lamanya bukan karena materi, tapi karena cinta dan sayangku yang tulus untuk kamu. Kalau kamu berpikir aku gila akan materi, kamu salah, kalau aku memandang materi, sejak awal aku akan menolakmu. Tapi ya sudahlah, aku mencoba ihklaskan semuanya, semoga kamu bahagia dengan pilihanmu yang kesuksesan nya setara dengan kesuksesanmu."  


Anne (mantan) gadismu yang masih saja punya maaf untukmu, dan berharap Allah mempertemukan kita dan me-Ridhoi hubungan kita dalam hubungan suami dan istri, ntah itu kapan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.