Teruntuk Kamu yang Mahir Mempermainkan Hati, tapi Terlalu Ceroboh Ketika Hendak Pamit Ingin Pergi

mahir mempermainkan hati

Nyaman itu jebakan kata mereka, sampai aku sendiri yang mengalaminya aku baru sadar kalimat itu memang benar adanya. Dari sebuah perkenalan chat random, yang tiba-tiba saja masuk ke salah satu sosial media yang aku miliki. Awalnya aku hanya menganggap orang iseng tapi entah kenapa malam itu tiba-tiba saja jariku dengan lihainya mengetikkan balasan kepada dia.

Advertisement

Panggil saja dia si lihai, ya memang dia lihai menarik perhatianku. Belum pernah bertemu tapi sudah bisa menciptakan sebuah kesan yang kuat. Si lihai mengubah warna kehidupanku yang tadinya biasa saja menjadi ketergantungan dengan pesan-pesan singkatnya, sampai dia yang mulai menelponku. Kita mulai berbagi cerita keluh kesah dari pekerjaan, keseharian sampai ke hal percintaan. Yang anehnya kita merasa teman yang sudah lama tidak berjumpa, percakapan-percakapan yang tidak pernah habis. Serta perhatian-perhatian kecil layaknya orang yang sedang melakukan pendekatan.

Dan suatu hari kita memutuskan untuk bertemu. Bukan, bukan memutuskan bertemu tapi semesta yang kali ini mengambil peran. Tanpa sengaja aku bertemu dengannya berpapasan di jalan. Awalnya aku melihat orang sekilas yang rasanya mirip dengan dia, dia menatap ku lama dan begitupun aku sebaliknya. Dengan perasaan yang kuat aku langsung menelpon dia, dan benar saja itu memang dia. Kalau semua di dunia ini tidak ada yang kebetulan, jadi pertanda apa aku dipertemukan seperti ini?

Kemudian pertemuan-pertemuan yang sedikit dengan ditambah bumbu kesengajaan terjadi, komunikasi yang semakin dekat layaknya dua insan yang sudah menjalin sebuah hubungan. Tapi tentu saja kita hanya dua orang yang baru mengenal dan tanpa tau status apa yang sedang kita jalani. Beberapa bulan seperti ini, tanpa kepastian yang berati.

Advertisement


“Ah mungkin dia belum siap buat berkomitmen”

“Mungkin dia masih trauma dengan kisah percintaan dia sebelumnya”


Serta pikiran-pikiran lain yang berkecamuk, selain menikmati semua perhatian yang membuat hatiku semacam taman bunga ,aku bisa apa lagi? Bertanya kita ini sebenarnya apa? Ah aku tidak seberani itu, aku terlalu takut dia menghilang dan aku belum siap kehilangan. Dan tanpa sadar aku sudah membiarkan semuanya menjadi rumit, membiarkan perasaan yang ada semakin dalam. Mempersilakan dia masuk dan aku tidak tau dia akan menetap atau hanya sekedar menyewa hatiku saja.

Advertisement

Sampai akhirnya si lihai ini memutuskan untuk tidak lagi berkomunikasi denganku, dengan alasan buat apa membuang-buang waktu saling kasih kabar, menelpon satu sama lain bahkan setiap jam melakukan videocall . Aku mendengar sambil terdiam dan beberapa kali menyanggah alasan-alasan yang keluar dari mulutnya nampak seperti alasan klise manusia pecundang.


Kenapa baru sekarang dia merasa kegiatan selama ini hanya membuang waktu?

Kenapa harus menunggu aku yang sudah menjadi pecandu perhatiannya, serta kehadirannya baru dia sadar?


Lagi-lagi aku hanya mengiyakan keinginannya, komunikasi kita sudah tidak sesering dulu. Yang tadinya aku tidak bisa berpisah dengan handphone, sekarang hanya menjadi penonton story-story yang dia update di sosial medianya. Dan tanpa sengaja suatu hari aku melihat salah satu story dia, story yang isinya foto gandeng. Ya foto yang biasa dipakai untuk persiapan di buku nikah nantinya. Seketika aku tertawa, menertawakan diriku sendiri tentunya.

Harusnya ketika dulu dia datang bertamu aku bertanya langsung, dia ingin secangkir teh apa hati. Jadi aku tidak salah mengartikan situasi yang ada. Dan sekarang si lihai sudah bahagia dengan keluarga kecilnya tanpa sepatah kata salam perpisahan, ah lagi-lagi aku seperti dicampakkan dan kehilangan sebelum memiliki

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Enjoy the Process.

Editor

une femme libre