Dia Bilang Tunggu, Tapi Kamu Terlanjur Lelah Dengan yang Tak Menentu

Ketidakpastian yang kamu pertahankan~

Di hari pertama saat dia bilang, 'tunggu aku ya,' kamu merasa bahagia karena menganggap bahwa dia telah bersedia menjadikanmu sebagai seseorang penting nan spesial di hidupnya kelak. Kamu dipenuhi oleh euphoria kebahagiaan karena saat ia berkata demikian, itu berarti kepastian hubungan di antara kalian berdua akan segera datang.

Advertisement

Satu tahun berlalu. Sembari menunggunya kamu sibuk membayangkan sebahagia apa hidupmu bersama dengannya dimasa depan. Kamu mulai merancang hal-hal kecil tentang hidup bersama yang kerap berakhir membuatmu tertawa dan malu sendirian. Kalian akan tinggal dimana, kalian akan memiliki anak berapa, kalian akan melakukan hal apa saja, dan berbagai gambaran lainnya yang tak pernah absen kamu impikan tiap menjelang tidurmu di malam hari.

Di tahun berikutnya, ternyata kamu masih setia menunggu. Namun ada yang berbeda kali ini, entah datangnya darimana perasaan ragu tiba-tiba muncul. Hatimu mempertanyakan semuanya, kapan dia memutuskan datang, kapan masa penantianmu ini berakhir, dan kapan kalian benar-benar dipertemukan dalam ikatan kepastian. Sejauh ini kamu hanya bisa menunggu dan menunggu, hingga kamu lupa bahwa kata tunggu yang ia janjikan sebenarnya tak mengandung kata kesanggupan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kamu mulai meragu. Ungkapan tunggu darinya yang awalnya membuatmu dipenuhi luapan euphoria, kini berubah seperti anak panah yang siap menghujam dan meretakkan impian semu yang kau bangun kemaren lalu.

Advertisement

Katanya, 'tunggu aku ya.'

Sejauh ini kamu menantinya dengan kesabaran untuk dirinya yang tak kunjung ada kabar. Demi kepastian yang entah kapan datangnya itu, kamu menolak mempersilakan seseorang yang datang dengan niat seriusnya. Hingga membuatmu tak sadar telah melewatkan berbagai kesempatan yang datang hanya demi dirinya.

Advertisement

Dulu katanya, ia butuh kesiapan.

Alasan yang pada awalnya membuatmu memahami kondisinya tersebut, kini malah membuatmu bertanya-tanya, apakah benar kesiapan bisa dijadikan alasan untuk menyuruhmu agar menunggu bahkan sampai selama ini?

Tidak, seharusnya kesiapan tidak bisa semudah itu bisa dijadikan alasan. Bukankah jika memang merasa diri belum siap seharusnya tidak membuat janji-janji manis yang pada akhirnya membuat orang yang menunggu seperti kamu ini berakhir dengan kecewa?

Lelaki yang baik bukanlah dia yang hanya datang dengan janji manis, melainkan dia yang datang dengan niat serius untuk mengajakmu dalam kepastian yang dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan perempuan yang baik bukanlah dia yang mudah terpancing oleh ilusi manis diawal pertemuan, melainkan dia yang hanya mempersilakan kedatangan seseorang dengan keseriusan.

Kini kamu menghela napas. Sembari menetralkan emosi yang masih berantakan, kamu mulai memahami situasi dan posisimu sekarang ini. Kamu tidak perlu lagi memimpikan angan semu bahagia seperti yang biasa kamu lakukan kemaren lalu, kamu bahkan tidak perlu lagi merasa bertanggungjawab untuk bertahan menunggunya yang entah kapan datangnya. Mulai sekarang kamu bisa terlepas dari belenggu janji semu, kamu berhak melakukan hal apapun tanpa disiksa penantian yang tak ada kepastian.


Dan, jika suatu kali datang hati lain yang kembali menawarkan ketidakpastian semacam ini, kamu sudah bisa memposisikan diri bagaimana cara untuk menyikapi.


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Abadi meski berlalu.