Kenalan, pendekatan alias pedekate, kopi darat; kalau sama-sama sreg, ya berlanjut ke jenjang jadian.
Kalau beruntung, setelah jadian ya langsung duduk ayem di pelaminan yang indah. Bersalam-salaman dengan orang yang datang sambil memberi ucapan dan ‘amplop’; membuat kita benar-benar yakin bahwa kita adalah raja dan ratu walau hanya dalam sehari. Kalau kurang beruntung, akhirnya kamu harus mengalami putus cinta dan mengalami proses yang sama seperti di atas. Itulah rantai percintaan, berputar dan akan selalu begitu prosesnya.
Pas lagi cinta-cintanya dulu pasti dunia serasa milik kita berdua, nggak ada yang lain yang lebih baik dan indah daripada dia seorang. Bangun tidur langsung cari handphone, berharap ada penyemangat melalui teks di layar handphone yang membuat kita langsung senyum-senyum sendiri walaupun masih bau iler. Hmm, untung saja belum ada teknologi yang membuat seseorang bisa mengeluarkan anggota tubuhnya dari handphone, ya? Kalo nggak, tiap pagi ada tangan melambai-lambai seakan memberi penyemangat tapi malah jadi horror!
Begitu pun dengan sore, siang dan malam. Bahkan handphone meniduri wajah saking serunya berkomunikasi dengan si dia. Pengennya ketemu terus, nggak bisa jauh-jauh katanya, punya panggilan sayang yang unik bahkan terdengar aneh, tapi tak apalah jika cinta sudah bicara, semua akan terlihat normal kok.
***
Konflik-konflik kecil itu mah biasa. Kayak di film, kalau nggak ada tokoh antagonisnya 'kan nggak seru? Sayang dong beli tiket bioskop mahal-mahal kalo flat filmnya. Dari konflik itu jadi banyak belajar, seberapa kuatkah dalam hubungan satu sama lain, seberapa mengertinya satu sama lain? Seberapa sabarnya, pokoknya banyak pelajaran yang nggak diajarin di sekolah didapat deh!
Putus-nyambung jadi hal lumrah, dan itu juga yang pasti menginspirasi ada lagu putus nyambung dari BBB yang pernah hits di zamannya. Kalau beruntung lagi di tahap ini juga bisa berakhir di pelaminan nan indah, tapi kalo nggak, terjadilah tragedi lebih banyak pengeluaran untuk proses penyembuhannya. Lebih banyak beli tisu, beli pulsa buat curhat sama sahabat-sahabat atau orang terdekat, concealer cepat habis karena dosis yang dipake jadi double karena mata bengkak terus, ya, itulah patah hati. Putus cinta alias game over.
Di sinilah proses di mana kita sebagai anak muda yang bercinta keliatan serakahnya, mau jatuh cintanya aja tapi nggak mau patah hatinya.
Mata bengkak, badan mengurus atau malah menggemuk buat yang pelampiasan stresnya. Kebalikan dari kebanyakan orang, jalan kayak nggak napak di tanah, menjadi manusia paling sensitif dan mau paling dimengerti sejagad raya tapi pengen sendirian juga. Ah, pokoknya campur-campur rasanya; ngalahin cewek kalo lagi PMS yang katanya kalo nabrak tembok, temboknya yang kudu minta maaf. Lah wong, di saat itu ada orang yang nyata-nyata senyum tulus ke kita aja mungkin kita kesal melihatnya, karena kita ngerasa mereka ngeledek kita. Ya, ya akibat tragedi pengeluaran dana ekstra tadi, dimaafin kok.
Mau nggak mau, suka nggak suka, enak nggak enak, siap nggak siap, proses penyembuhan luka dari nikmatnya beromansa tadi harus tetap dilakoni. Peran sebagai orang yang lagi putus asa setengah mati; rasanya mau mati beneran harus kita ambil, dan akhirnya bisa selamat berkat bantuan para kesayangan kita lewat semangat dan dukungan mereka.
Prosesnya bisa lama atau cepat tergantung kondisi hati. Keterbukaan dalam curhat, keikhlasan hati, dan kesadaran diri kalau ternyata nggak ada si dia di samping kita. Yang sebelumnya kita pura-pura baik-baik saja, lalu menjadi baik-baik beneran. Hidup terasa indah dan nyaman lagi, pijakan kaki mulai terasa biasa di tanah bahkan bisa lari-larian walau lari-lari kecil, sampai saatnya itu datang. Mulai tangguh untuk berlari kencang; ya itu karena dia, dia yang muncul setelah tragedi itu terjadi.
***
Menjalani proses rantai percintaan (lagi) membuat lebih berhati-hati. Apalagi kalau tingkat kepatahan hati kemarin di level yang agak tinggi, jadi lebih kalem terus lebih selow aja. Sampai akhirnya di tahap jadian, kejar-kejaran di taman bunga kayak film India pun terus terjadi. Hati berbunga-bunga, pokoknya terjadi lagi indahnya percintaan itu.
Sudah mulai berani dengar lagu-lagu romantis dan nonton film yang ada cinta-cinta nya. Cuma akhirnya tersadar kalo yang sekarang nggak boleh main-main, nggak boleh cuma maunya indahnya aja, intensitas pemasangan foto dia di media sosial nggak kentara, karena ini berbeda dari yang sebelumnya.
***
Dia yang punya segala keanehan yang tak pernah terlihat, ternyata mempunyai kebaikan tersirat. Bukan hanya untuk kebaikan hubungan ini tapi untuk kebaikan pasangannya sendiri, agar dapat menjadi perempuan yang lebih baik lagi, lebih bijak dan melihat dunia dari sisi berbeda, yang dimana dia bilang dunia akan terasa indah jika kita berani mencintai diri kita sendiri dan menanamkan bahwa bersyukur itu penting.
Bukan hanya kalau ada yang penting baru bersyukur. Dia bisa membuat sang kekasih menjadi diri sendiri seutuhnya, bebas mengekpresikan diri dengan apa adanya tanpa adanya canggung, takut atau malu, yang tersisa dan melekat adalah sering malu-maluin di depan dia, dan dia justru merasa senang karenanya. Bukan lagi di posisi cemburuan nggak beraturan, perasaan yang berlebihan seolah menunjukkan ini lah gue dengan cinta gue. No, ini semacam perasaan yang lebih dalam dari itu, tapi susah disebutnya dengan salah satu kosakata yang ada di semesta ini.
Dia bukan pangeran berkuda dengan segala janji dan keromantisan yang kau tawarkan, tapi terlihat jelas dia memberikan satu kepastian dan perubahan yang signifikan untuk kekasihnya. Bukan hanya menjadi seorang dokter dari patahnya hati yang mungkin jika tidak kuat, bisa jadi stres akut. Tapi dia memberi taste yang berbeda; yang menyadarkan kalo seperti inilah cinta yang seharusnya; tak mengikat wanita dengan segala keegoisan pria yang dijadikan pembenaran karena cinta.
Cinta yang seharusnya harus saling mendukung, saling menguatkan, saling menunjukkan diri kita masing-masing, dan berani menceritakan impian kita yang mungkin selama ini terkubur di tanah antah berantah, yang banyak orang sekitar bilang, “Gila loe! Mimpi yang realistis aja!” Tapi dia malah satu-satunya orang yang bilang “Itu mimpimu? Wujudkan! Nggak ada yang nggak di mungkin di dunia ini, kecuali nggak bergerak kesana”.
***
Dia itu seperti cahaya yang kalo nggak ada cahaya itu, kita bakal kegelapan. Pokoknya suram deh kalo nggak ada itu.
Jadi bagaimana supaya cahaya itu tetap ada? Kita harus selalu nyalakan dan jaga, jangan pernah padamkan nyalanya, apalagi jika itu bisa membuat kita sesak.
Kata siapa memantaskan diri hanya untuk para penyendiri yang hampa percintaan? Bahkan ketika dia yang ajaib tadi sudah memenuhi hari kita, harus tetap memantaskan diri adalah menjadi tugas pokok kita agar dia tak berpaling ke mana pun dan ke siapapun.
Hingga akhirnya nanti semesta menganggukkan kepala dan berkata "Sudah sana ke pelaminan sama dia yang kamu bilang ajaib ini".
Beruntung kamu yang bisa menemukan dia yang ajaib, dan bisa menjadi pelengkapmu,
jaga baik-baik ya
Buat yang belum, pasti ada kok stok nya, tenang aja.
Pasti datang jika sudah saatnya nanti
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.