#JagaJarakSejenak Di Tengah Badai Covid-19, Pelajaran Pentingnya Hidup Bermasyarakat Justru Semakin Lekat

Sikap Ramah Seorang Pemilik Toko Lampu yang Wajib Ditiru!

"Yuk, kita ganti rem motor." 

"Kan lagi disuruh dirumah, yaudahlah, kita cari yang bengkel dekat rumah aja ya."

~~

Advertisement

Lalu pergilah dua pasang kekasih ini mencari bengkel terdekat untuk mengganti rem motor. Baru beberapa meter melaju, terlihat ada bengkel motor di arah yang berlawanan dari perjalanan mereka (di kanan jalan). Segeralah sang wanita menepuk bahu sang pria. Namun, motor tetap saja melaju. 

"Lho, itu tadi kan ada bengkel motor, kok nggak berhenti?"

"Nggak ah, aku udah pernah kesitu, dicuekin, nggak asik."

"Oh iya kah?"

~~

Dan pencarian bengkel motor untuk mengganti rem motor berakhir di tempat yang lumayan agak jauh dari rumah kedua pasangan tersebut. Di perjalanan pulang, sang wanita mulai mengingatkan sesuatu hal lagi kepada sang pria.

Advertisement

"Oh iya, kita harus mampir ke toko lampu, lampu teras rumahku mati."

~~

Sampailah mereka di sebuah toko lampu, disana ada seorang pria paruh baya dengan sedikit uban di ujung rambutnya. Terlihat dia sedang menemani gadis mungilnya menonton sebuah serial kartun di televisi swasta.

Advertisement

"Pak, saya mau cari lampu untuk teras rumah, yang tidak terlalu terang ya pak."

"Mau yang garansi atau nggak bang?"

"Nggak usah pak yang biasa aja."


~~

Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya terpilihlah satu bohlam lampu tanpa garansi dengan harga terjangkau. Sebelum akhirnya membayar, tiba-tiba berkatalah sang pria,

"Pak itu tongkat buat ganti lampu ya? Berapaan?"

"Oh ini, Rp. 50.000 bang, mau lihat kah?"

"Nggak pak, cuma tanya aja."

"Oh tak apa, bentar saya bukakan plastiknya, biar bisa dilihat-lihat dulu."

"Nggak usah pak, kami cuma nanya aja dulu."


"Iya, nggak apa bang nanti juga kalau ada yang mau beli saya buka juga."

~~

Lumayan menyita waktu, tapi pria itu begitu sabar melakukan tahap per tahap untuk membuka plastik pembungkus tersebut. Seketika, sang wanita menyenggol lengan sang pria sambil berbisik,

"Kan mahal itu, kita nggak usah beli dulu, ngapain dibuka."

"Itulah, bapaknya maksa, kayaknya dia mau tunjukkan ke kita cara kerja benda itu."

~~

Setelah selesai mendengar penjelasan singkat penggunaan benda tersebut, kedua pasangan muda ini akhirnya pergi meninggalkan toko dengan ucapan terimakasih yang berlebihan sambil mengumbar janji.

"Makasi banyak ya pak, kami pasti kembali lagi kesini pak untuk beli tongkatnya."

~~

Di sepanjang jalan pulang kedua pasangan ini saling berdiskusi tentang perasaan kurang enak mereka atas kebaikan bapak pemilik toko lampu yang sudah sangat ramah melayani mereka.

"Duh, ramah banget ya bapaknya, padahal kita itu kan nggak beli tongkat itu."

"Jadi nggak enak rasanya ya. Pasti dia nggak percaya waktu kita bilang mau kembali untuk membeli tongkat itu."

"Iya kayaknya, buktinya dia cuma diam dan senyum waktu kita bilang gitu."

"Hmm gimana ya? Kita beli aja ya tongkat itu ya?"


"Tapi uangnya nggak cukup kan?"

"Ya kita ambil uang kerumah dulu aja. Gimana?"

"Yaudahlah, terserah kamu aja."

~~

Maka, segeralah motor mereka melaju untuk mengambil uang untuk membeli tongkat pengganti lampu itu. Singkat cerita, mereka akhirnya membeli tongkat itu. Dan setelah membelinya, mereka merasa legah. Sesampainya di rumah sang wanita, bukannya memakai tongkat pengganti lampu yang baru untuk mengganti lampu teras, justru sang pria mengambil kursi untuk dipakai mengganti lampu.

"Lah, terus buat apa kita beli tongkat ini, kalau akhirnya tetep pakai kursi?"

"Hahaha itulah, soalnya lebih cepat pakai kursi.

"Yah.."


"Tenang masih bisa kita pakai lain waktu tongkat itu."

~~

Well, begitulah kehidupan ini. Terkadang memang kita lebih mudah untuk tersentuh akan keramahan (kebaikan hati) orang, yang berujung pada ingin segera memberikan balasan.

Sejujurnya, sayalah sendiri seorang wanita yang ada dalam kisah singkat di atas, dan kekasih sayalah sang prianya. Meskipun kekasih saya adalah tipe pria cuek, yang kurang suka menggunakan unsur perasaan lebih banyak daripada logika, tapi, lihat, dia yang cuek saja bisa begitu tersentuh dengan keramahan (kebaikan) seorang bapak pemilik toko lampu dan mengusahakan dengan segala upayanya untuk tetap kembali dan membeli tongkat pengganti lampu tersebut.

Saya hanya bisa diam dan berpikir, iya juga ya, begitulah kita manusia, siapapun kita dengan profesi apapun, bahkan sekalipun kita dikenal sebagai orang super cuek dan mendapat predikat ini dan itu karena sikap cuek kita, tapi, di dasar hati kita yang paling dalam pasti kita ingin diperlakuan dengan ramah, iya, dengan baik. Karena seperti percakapan di awal tulisan ini yang menjelaskan bahwa kekasih saya rela untuk mengendarai motor lebih jauh mencari bengkel lainnya ketimbang berhenti di bengkel dekat rumah karena alasan pernah dicuekin atau istilah lainnya pernah diperlakukan tidak ramah oleh sang pemilik bengkel, padahal (seperti kita tahu bersama) hari-hari ini kita tidak dianjurkan untuk berpergian dari rumah jika tidak penting (sedang social/physical distancing), termasuk tidak boleh pergi terlalu jauh dan bertemu banyak orang karena ada bayang-bayang resiko tertular-menyebarkan yang besar.

Tapi ya begitulah kenyataannya, kita sebagai manusia memang punya naluri alamiah (hak alami) untuk merasa lebih senang dan nyaman ketika mendapat perlakuan ramah (baik) dari manusia yang lain. Benar kan? Jawab di dalam hati saja dan renungkan #dirumahaja ya readers. Hehe…

Tahu nggak kita bisa belajar lho dari si bapak pemilik toko lampu ini, malahan wajib belajar! Iya, kita wajib belajar dari sikap ramahnya. Dengan bersikap ramah, kita akan mendapat tuaian lho. Iyakah? Tuaian apa? Jadi, sebenarnya, waktu kita mau untuk bersikap ramah, itu berarti, kita sedang bersiap untuk menerima tuaian buah yang manis. Iya, seperti yang dialami bapak pemilik toko lampu di atas, mungkin, dia tidak pernah menyangka bahwa buah dari sikapnya yang ramah (baik) tidak langsung dia terima. Tapi, lihat, dia langsung menerimanya, dia langsung mendapatkan pemasukan tambahan (selain uang beli lampu teras ya hehe) Rp. 50.000 karena keramahan (kebaikan) hatinya.

Padahal harusnya, di masa-masa sekarang ini, dimana penyebaran virus COVID-19 semakin meluas, bisa saja itu membuat dia bersikap cuek, agar pembeli tidak terlalu lama berada di tokonya. Tapi, sebaliknya, dia malah tetap memberikan pelayanan yang terbaik dengan keramahan (kebaikan) hatinya. Wah! Sungguh pelajaran hidup bermasyarakat yang nyata dan mencelikkan mata (menginspirasi dan tak terlupakan)! Ya kan, readers?

Well saya ucapkan terima kasih untuk setiap orang yang tetap memilih menyebarkan keramahan (kebaikan) hati, meskipun akhir-akhir ini kita semua sedang mengalami banyak kesusahan akibat virus berbentuk mahkota ini. Terima kasih banyak! Kiranya Tuhan selalu memberkati kita semua dengan kesehatan, umur panjang, dan penyertaanNya yang sempurna. Amen!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Shangrila.(n) ; any place of complete bliss and delight and peace→The Lost Horizon, James Hilton(England,1933)™ Passion Never Weak