Indonesia telah merdeka selama lebih dari 75 tahun. Hal tersebut tentunya merupakan upaya dari para pendiri bangsa, tokoh-tokoh nasional yang dengan jerih payah menumpahkan tenaga, darah, dan air mata mereka demi Indonesia. Baik kalangan tua maupun muda, didorong perasaan senasib, mereka sama-sama berjuang untuk meraih kemerdekaan Indonesia.
Golongan muda menjadi pencetus dari berbagai ide dan semangat yang membara. Seperti kata Ir. Soekarno, Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia. Kaum pemuda adalah harapan bangsa generasi penerus kemerdekaan yang akan diwariskan dan mewariskan nilai-nilai luhur, kepribadian, dan jati diri bangsa. Masalahnya sekarang, masihkan jati diri tersebut melekat pada para pemuda zaman kini?
Dari berbagai aspek, para pemuda zaman sekarang mendapatkan lebih banyak kemudahan. Baik itu kemudahan komunikasi, transportasi, fasilitas, dan sebagainya. Sebut saja dampak positif dan negatif globalisasi yang telah banyak diketahui, membuat para pemuda Indonesia tidak perlu bersusah-payah seperti halnya nenek moyang zaman dahulu. Batas-batas antarnegara semakin pudar dan tidak terlihat yang mendorong terjadinya berbagai interaksi, mulai dari pendidikan, sosial budaya, politik, hingga komersial.
Dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sekarang ada media sosial yang membuat masyarakat bisa berinteraksi dengan orang-orang yang jaraknya berjauhan tanpa waktu yang lama dan biaya yang besar, baik itu keluarga, kerabat, teman-teman, maupun sahabat pena yang sebenarnya tidak layak disebut sahabat pena karena tidak menggunakan media surat. Karena perkembangan IPTEK juga, saat ini lebih banyak diadakan konferensi internasional, lomba-lomba, dan webinar internasional dengan menggunakan platform online. Dengan adanya interaksi yang semakin mudah dan bebas antar masyarakat Indonesia dengan masyarakat luar negeri bisa menjadi senjata bermata dua di satu sisi, pemuda Indonesia merasa bangga akan berbagai kekayaan dan kearifan budaya Indonesia yang unik dan beraneka ragam, tetapi di sisi lain pemuda Indonesia bisa merasa bahwa kebudayaan Indonesia merupakan sebuah hal yang memalukan, tidak modern, dan tidak pantas dijadikan sebagai identitas Indonesia.
Di media sosial ini ada berbagai macam aplikasi yang biasa digunakan pemuda zaman kini. Sebut saja Instagram, Facebook, YouTube, Spotify, dan aplikasi-aplikasi serupa yang menggiring pemuda menuju ke sebuah peradaban yang modern dan dengan tanpa sadar berorientasi pada negara-negara lain. Contohnya saja, K-Pop. Siapa yang tidak tahu K-Pop? Korean-Pop, atau istilah yang merujuk pada budaya modern dari Korea, menjadi hal yang sangat digemari oleh anak-anak muda zaman kini, terutama perempuan. K-Pop dikenal dengan band-band musik yang membawakan lagu-lagu sekaligus dance. Dengan wajah yang tampan dan cantik, dance yang keren, nyanyian yang juga mengasyikkan, membuat sebagian besar pemuda-pemudi Indonesia tergila-gila pada mereka.
Tidak hanya pada band Korea, sebagian masyarakat Indonesia, terutama perempuan, juga amat menggemari drama Korea sampai makanan-makanan khas Korea. Dengan alur cerita yang menarik dan tokoh yang tentunya canik dan tampan sesuai standar kecantikan orang Indonesia serta makanan yang menjadi hidangan para artis-artis rupawan itu, membuat pemuda-pemuda Indonesia kurang mencintai karya seni serta makanan khas bangsa sendiri. Bahkan, karena minatnya pada negara satu itu, makeup pun akhirnya mencontoh gaya makeup Korea, padahal makeup pada kulit orang Indonesia yang sawo matang tentu berbeda dengan masyarakat Korea yang putih.
Mungkin masyarakat menganggap remeh hal ini dengan berpikir bahwa wajarlah, sudah zamannya seperti ini. Tidak. Ini menjadi masalah yang serius bila hal ini terjadi terus-menerus, terwariskan pada anak cucu, sehingga bukan tidak mungkin suatu hari tidak ada seseorang pun yang mengenali identitas Indonesia berupa hal-hal kecil seperti makanan khas, budaya, dan sebagainya. Sayang sekali, bukan?
Menyadari beberapa hal yang dibahas di atas, sudah sebaiknya masyarakat mulai berkaca pada diri sendiri. Baik diri sendiri, orang tua, maupun para pemuda Indonesia, sudah seharusnya melanjutkan kemerdekaan dengan mengetahui jati diri sebagai seorang warga negara Indonesia generasi penerus bangsa yang membawa amanah besar dari tokoh-tokoh nasional. Bukannya tidak boleh, tetapi pemuda Indonesia harus pandai memilah dan hendaknya tidak terlalu menyukai dan menyanjung budaya bangsa lain melebihi budaya Indonesia.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”