Mencipta rasa dibalik keabadian kata hati yang bersuara. Semua melebur menjadi satu. Rasa sendu dan bahagia itu merajai semua sendi hati didalam pijakkan hari-hari. Namamu telah terukir dalam di ruang hati terdalam. Namamu masih lekat menjadi penjaga didalam hati ini. Meski hadirmu tak mampu kurengkuh pada tiap jemari. Yang tertinggal hanya sekeping hati yang mengukir jelas pada sebaris nama tentangmu. Yang tertinggal hanya kenangan yang tersimpan abadi didalam hati. Yang tertinggal hanya bayangmu yang selalu menyelinap pada kerinduan ku memijaki hari. Menjagamu didalam setiap munajatku kepada Sang Maha Pemberi Kasih. Pintaku kepada-NYA cukup sederhana, "Tolong jagalah selalu hatinya."
Jagalah hati dengan keajaiban yang tercipta. Jagalah hati yang sempat memberikan kisahnya selalu tetap lekat didalam hati. Goresan pena namamu yang melekat tepat di jantung hati kian berbisik lirih. Terngiang selalu menemani saat pembaringanku merebahkan segala angan dan harap yang masih melambung tentangmu. Goresan kasih itu kian bersemayam memberikan warna tersendiri saat hadirmu justru masih menjadi teka-teki.
Nyatanya raga tak disisi namun kata hati masih bertakhta dekat kepada penjaga hatinya, yaitu kamu. Kamu yang namanya tak pernah hilang diingatanku, kamu yang hadirnya dihati tak pernah lekang oleh waktu. Kita memang pernah menyatu. Kita memang saling mengenal. Namun jarak dan waktu yang menghilang membuat kita seolah menjadi asing. Kamu menghilang dan kembali lalu pergi tanpa penjelasan pasti pada sekelumit hati. Cukuplah aku mengerti akan letak diri ini.
Allah sedang menguji hati dan perasaan. Belajar melepasmu ialah hal yang tak ingin kulakukan. Namun arti kata keikhlasan hati ini perihal melepaskan ialah wujud keberserah dirianku kepada Sang Pencipta. Belajar melepaskan pada keikhlasan hati kepada semesta. Meskipun perih direlung hati ini. Biarlah kulambungkan semua keperihan atas kehilanganmu kepada Ilahi Rabbi. Ku ramu dan ku jelajahi hatimu dari kejauhan tempatku berdiri sendiri. Pada sujud ku, merebahkan segala apa yang berkecamuk dihati. Saat kata hati menyerukan namamu kembali tanpa basa-basi. Saat kata hati merindumu. Memandangmu pada langit yang menjulang tinggi dari kejauhan. Saat raga tiada daya menggapai bintangnya yang berada di kejauhan tempat ku berduduk. Namun hati selalu berbisik tertuju kepada mu yang jauh disana. Aku hanya mampu memandangmu dari kejauhan hari yang menyelimuti diri. Terasa riuh renyah kerinduan ini seperti saat dimana kita pernah saling bertitip kasih untuk mampu setia menjaga hati. Saat dimana kita saling bertatap dan saling menguatkan. Dimana bentangan hari pada jaraknya tak menjadi halangan kita melewati tiap alur terjal dan liku kehidupan penuh canda suka maupun duka. Hadirmu menjadi pelipur lara kerinduan. Dan saat ini cahaya itu meredup bersama jejak mu yang memalingkan hari.
Aku disini hanya mampu menitipkan rindu kepada Allah yang menjaga hatiku. Melepaskanmu ialah hal yang menyakitkan. Melepaskanmu didalam keikhlasan ku kepada Allah yang menjagamu disana. Di dalam riuh doa menitipkan kasih yang belum beranjak dari letak hatimu.
Apakah kamu tau ? Saat ini sunyi ku menatap tingginya langit dalam hati yang bertasbih lirih mengingatmu. Meluapkan segalanya kepada Allah. Pada malam yang tak berbintang. Pada hati yang tak bertuan. Seperti menyaksikan rintik hujan dimalam hari yang tiada nampak pelangi dengan pijarannya. Menyaksikan dirimu yang pergi dan menghilang. Dalam munajatku kepada Ilahi Rabbi ku mempertahankan segala tentangmu yang mengisi ruang hati. Memendam asa menitipnya kepada semesta dalam keikhlasanku. Pada raga yang masih terasa sesak melepasmu dan dalamnya hati yang masih mempertahankan mu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”