Halo, namaku Ikram. Aku ingin bercerita tentang pengalaman liburan bersama temanku di Bandung. Sebenarnya cerita ini bukan cerita seseru yang mungkin kalian bayangkan, namun dari cerita ini menjadi sebuah pelajaran bagi kami tentang persiapan yang matang sebelum liburan.
Aku, Pradika, dan Fakhri punya rencana untuk liburan ke Bandung yang sempat tertunda berkali-kali. Pada pertengahan tahun 2019, Pradika pulang kampung ke Bogor untuk liburan semester kuliah, mumpung dia lagi ada di Bogor kami pun langsung berencana untuk berlibur ke Bandung. Ada beberapa hal yang menurut aku absurd sekaligus menjadi pelajaran selama liburan kami ke Bandung untuk pertama kalinya. Dengan budget 200 ribu per orang untuk sehari semalam.
Waktu malam hari sebelum berangkat, udah ada drama.
"Guys, kayaknya gua gabisa ke Bandung. Soalnya ga dibolehin berangkat sama bapak.”
Gimana perasaan kalian kalo ada jawaban kayak gitu pas besoknya mau berangkat?
Perasaan aku sih rada kesel sama lemes. Keselnya itu karena Pradikanya sendiri yang ngajakin kita pergi liburan, tapi malah minta batal. Akhirnya aku dan Fakhri pergi ke rumahnya Pradika untuk minta izin ke orangtuanya. Dengan drama ala-ala cowok yang ingin menjemput gadis buat main namun terhalang izin orangtuanya. Akhirnya kami pun dibolehin main.
Bayangin, betapa mencengkamnya aku sama Fakhri pas malem-malem ngelewatin jalan yang terkenal ada begalnya, cuma buat minta izin main.
Kita berangkat sekitar jam 8 pagi dan sampai jam 11 siang. Tujuan pertama kami ialah menginap di rumah temennya Pradika. Ketika kami sampai di Cimahi, Pradika minta untuk beristirahat sebentar sambil menghubungi temannya. Dari hasil telponannya, dengan kecewa kami mendapatkan jawaban kalo ternyata kami ga di bolehin menginap. Pas aku tanya alasannya apa, intinya kami ngga di bolehin nginap sama orangtua dan om-nya. Pas aku nanya lagi tentang temannya, ternyata temannya itu seorang perempuan.
Dari sana aku sudah bisa menyimpulkan. Apalagi dari pihak keluarga si perempuan belum kenal kita sama sekali. Mungkin juga Pradika sama temennya ngga begitu dekat.
Dengan hilangnya harapan untuk dapat penginapan gratis, kami putuskan untuk istirahat sejenak di Masjid Cimahi. Untungnya kami bawa bekal roti dari rumah, yaa minimal untuk ngeganjel perut sampai malem.
Selepas istirahat, kami pun melanjutkan perjalanan ke kota Bandung sambil mencari tempat penginapan. Dari sore hingga menjelang maghrib belum ada yang cocok sama budget dan kapasitas kamar. Dengan baterai kami yang mulai terkuras, kami pun melanjutkan pencarian dengan mencari tempat makan yang bisa sambil nge-charge. Saat itu kami kepikiran makan di restoran siap saji. Akhirnya kami pun bisa makan sambil nge-charge walaupun makannya saling berbagi.
Setelah menelusuri website dimana-mana, akhirnya kami mendapatkan penginapan yang sesuai dengan budget. Bersyukur banget. Hampir tengah malam, kami pun langsung tancap gas ke lokasi yang dituju. Setelah sampai ternyata tidak sesuai harapan, menurutku hotel itu bagus sesuai dengan namanya, ternyata tidak.
Dari luar hotelnya itu terkesan tua. Pencahayaan lampunya remang-remang, ditambah petugas hotelnya itu keliatan ga resmi banget. Nama penginapannya sih hotel, tapi kayak guest house gitu. Yah, karena kami udah kecapean juga, yaudah lah yaa yang penting dapet tempat istirahat. Pas nyampe kamar juga udah ga banyak ngobrol, kami langsung tidur terlelap walaupun kasurnya miring sebelah, hihihi.
Pagi hari disambut dengan bunyi alarm yang berisik. Kami siap-siap untuk mandi. Ketika semua udah selesai, kami ingin mengambil sarapan hotel, pad di tanya ke petugas ternyata sarapannya indomie pake telor. Bukannya bersyukur dapet sarapan gratis, kami malah mikir dua kali dengan dalih ‘Sarapan Mie itu ga cocok’. Oke, akhirnya kami tidak ambil sarapan gratis di hotel.
Destinasi pertama itu kami datangi daerah Masjid Agung dan Braga. Disana kami sarapan Batagor sama telur gulung, padahal kalo dipikir-pikir mendingan ambil sarapan di hotel tadi. Kami berfoto di jalan Braga dan ga lupa sambil jajan pinggir jalan. Ke Taman Balai Kota Bandung pun sambil jajan. Jajan, jajan, dan terus jajan.
Aku bertanya ke Pradika, “Dik, cari satu tempat keren dong buat destinasi terakhir. Pokoknya yang menurut Pradika bagus deh.”
Kemudian kami pun di ajak Pradika ke daerah Lembang. Oh ternyata destinasi selanjutnya itu Farm House Susu Lembang. Kata Pradika sih, kalo udah beli tiket masuk kita bakalan dapet susu gratis, jadi itung-itung masuk ke tempat liburan sambil minum susu lah ya. Pas masuk ke dalem dan menulusuri tempat, ternyata banyak tulisan berbayar di tiap lokasi. Jadinya kita cuma liat hewan-hewan dari jauh. Pas aku cek dompet, ternyata uang sisa 20 ribu. Lesu ya, tandanya liburan udah berakhir, dan uangnya pas banget buat beli bensin pulang nanti. Daripada bosen kemana-mana harus bayar, akhirnya kami pun beristirahat di kursi kantin. Kita ngga pesen makanan sama sekali. Dan malaha Pradika sempet-sempetnya tidur puless.
Nah itulah ‘keseruan’ liburan kami di Bandung, Sobat. Sebenarnya dengan budget 200 ribu per orang itu bisa, kalo di persiapkan dengan mateng. Harusnya sarapan gratis di hotel itu kami ambil aja, biar ngga banyak jajan ini itu. Yah, dari perjalanan kali ini cukup memberi pengalaman bagi kami sebagai pelancong yang ngga tau situasi. Serba spontan tanpa ada planning lain agar menyesuaikan kondisi.
Semoga cerita ini menjadi pelajaran untuk kalian ya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”