Luka Sederhana Namun Membekas Sepanjang Masa Adalah Ketika Mencintai Sepenuh Hati Terbalas Dicintai Separuh Hati

Ketika mencintai sepenuh hati hanya terbalas separuh hati


Delapan tahun berjuang, dari yang sedekat pelukan hingga sejauh rembulan. Dari cinta jarak jauh ratusan kilometer hingga cinta sedekat nadi, kini akhirnya aku menyerah melawan takdir yang sudah delapan tahun tak merestui hubungan kita.


Advertisement

Walau hati ini sudah serasa tertusuk jarum panas berbalut api, aku tetap setia mencintaimu walau kini kau sudah memilih bersamanya. Sumpah ku untuk menjadikan mu yang terakhir adalah janji suci yang tak akan mungkin ku langgar kepada yang kuasa. Terimakasih telah mematahkan kedua sayap ku hingga aku tak bisa terbang mencari bintang yang lain lagi.

Dulu saat kita berdua sedang berjuang, kita pernah saling menguatkan untuk tidak mundur walau sejengkal. Namun kenyataan pahit itu telah membuka tabir baru yang menyakitkan, bahwa aku harus mundur karena dinding cinta yang dulu pernah kita bangun kau robohkan dengan tangan mu sendiri. Aku tak pernah memilih mundur, hanya saja kesetiaan yang sudah kau rusak membuat hatiku menjadi ambruk tak berkeping.

Maka inilah yang terjadi saat ini. Ketika diriku menelan pil cinta dengan dosis yang berlebihan, maka rasa sakitnya pun benar-benar tak berkesudahan.  Ingin dimuntahkan namun sakit, ingin di telan namun panas.

Advertisement

Beberapa tahun yang lalu kau pernah memeluk tubuhku seraya mengatakan janji untuk setia terhadap hati yang satu. Kau juga pernah mengumbar janji di hadapan langit jingga yang telanjang bulat, bahwa aku adalah satu-satunya pria yang akan selalu di hatimu. Namun ternyata kau memilih untuk mengkhianati senja yang dulu pernah menghapuskan air mata mu di saat kau sedang berjuang memiliki ku.


Itulah cinta. Saat diriku telah memberikan tiga per empat kepingan cintaku, kau malah membalasnya hanya dengan memberikan satu per empat dari kepingan cintamu. Sisanya kau bagi dengan pria lain yang tak ku yakini akan mencintai mu seperti aku yang telah mencintaimu. Lelaki itu manusia kuat, namun lemas seketika ketika dirinya terhempas oleh angin pengkhianatan cinta.


Advertisement

Ingin rasanya memaafkan di kala dirimu menangis sujud di hadapanku. Ingin ku tahan langkah kaki ku untuk tak mundur, namun luka tusukan dusta telah membuat ku hilang rasa untuk lanjut membangun cinta. Pengkhianatan cinta adalah dosa terbesar yang tak akan mungkin dimaafkan oleh pria.

Saat mata melihat sendiri bahwa kau telah mendua, hatiku benar-benar menjadi tak berdaya. Hati berdenyut namun seolah sudah tak bernyawa. Rasanya seperti terkompres air es yang teramat dingin, kemudian di panggang di atas letupan api berbahan bakar batu bara. Lidah sudah tak mampu merangkai kata untuk menceritakan betapa sakitnya dikhianati.

Di saat raga ku telah lemah dan tergolek lemas karena dusta cinta, Tuhan dengan senyuman indah mendekap tubuhku yang hampir menghujam lantai. Tuhan bahkan tak marah sama sekali kepada ku. Padahal selama delapan tahun ini cintaku padanya telah terbagi kepada mahluk ciptaannya yang fana. Ketika rasa cintaku kepadamu telah mengalahkan rasa cintaku pada sang kuasa, Tuhan tetap berbaik hati untuk menopang ku yang sedang lebam di rundung pilu pengkhianatan.


Kau kembali mengejarku di saat kutelah memutuskan untuk mundur. Namun sayangnya, aku sudah mulai berpikir bahwa yang mengejar belum tentu sungguh-sungguh untuk memulai kembali sesuatu yang telah luka.


Lantas aku memilih untuk berlari sejauh mungkin, mundur dalam keadaan kalah sekalah-kalahnya. Aku mundur, kalah bertarung mempertahankan mu karena engkau yang tengah lelah ku pertahankan memilih untuk berbagi cinta. Maafkan aku yang harus meninggalkan karena tak kuasa untuk menerima cinta yang terbagi. Maka aku mundur dengan tertatih dengan mengangkat topi kebesaran ku.

Tak masalah jika kita harus berpisah. Pada akhirnya, kau telah membuatku merasakan yang namanya perjuangan. Setidaknya kini aku tersadar bahwa tiap-tiap kesalahan yang telah ku perbuat, bukan orang lain yang akan bertanggung jawab. Namun diriku lah yang harus membayarnya kembali dengan lebih dekat dan lama lagi bersujud kepada sang kuasa.

Takdir terkadang menampar dengan cara yang tak biasa. Tanpa basa-basi memukul siapa pun yang berada di hadapannya. Pada waktu itu, nyatanya aku memang tidak takut jatuh cinta. Yang ku takuti adalah orang yang telah kucintai dengan begitu penuh, ternyata hanya mencintaiku dengan separuh.

Ada banyak pelajaran dari luka. Sama halnya ketika dulu waktu kaki baru pertama kali berjalan menelusuri tanah. Lutut terkadang memar bercumbu tanah. Darah tak jarang menjadi teman yang mengiri air mata di kala sakit karena terjatuh. Namun dari sana akhirnya kita belajar arti dari sebuah berjalan. Hingga akhirnya kini kita sudah mampu untuk berlari dengan sekencang-kencangnya.

Begitu juga halnya dengan pengkhianatan. Mungkin Tuhan sedang berusaha untuk menyapa ku dengan cara yang berbeda dari cara yang biasanya. Tuhan rindu dengan diriku yang dulu jarang tersenyum dan menyapanya melalui sujud yang khusyuk. Tuhan mungkin pernah cemburu saat diriku benar-benar jarang mencumbuinya melalui sujud yang suci.

Kini akhirnya aku baru tersadar bahwa. Seharusnya dalam setiap doa yang ku bisikan kepada Tuhan di malam hari bukanlah agar aku diberikan kemudahan dalam menghadapi masalah. Namun aku seharusnya meminta untuk diberikan pundak yang kuat agar bisa kuat menghadapi berbagai macam cobaan berat yang benar-benar menguras isi tenaga hati yang paling dalam.

Kini aku harus belajar untuk mengikhlaskan. Berdamai dengan masa lalu adalah cara terbaik untuk memulai hari yang baru. Setidaknya dulu aku pernah benar-benar telah berjuang untuk mencintai dirinya, walau di akhir cerita aku harus berakhir dengan air mata.

Terimakasih untuk delapan tahun yang penuh warna untuk diriku. Depan tahun menjaga mu untuk akhirnya menjadi milik orang lain. Delapan tahun mencintaimu sedalam palung samudera, kini aku mundur setelah kalah bertarung melawan pengkhianatan. Luka Sederhana Namun Membekas Sepanjang Masa Adalah Ketika Mencintai Sepenuh Hati Terbalas Dicintai Separuh Hati.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Financial Analyst and Novelist