Ontologi, epistimologi dan aksiologi dalam kajian filsafat pendidikan saling berhubungan. Dalam tulisan ini, pertama-tama penulis akan menguraikan konsep ontologi yang berisi hakikat, hakikat tujuan pendidikan dan hakikat manusia sebagai subjek pendidikan dan objek pendidikan. Kedua, epistemologi pendidikan yang meliputi asal mula pendidikan, sumber pendidikan, metode membangun pendidikan, dan kebenaran dalam pendidikan. Ketiga, aksiologi pendidikan yang meliputi nilai-nilai yang terkandung dalam etika profetik pendidikan dan kegunaan pendidikan. (Chasanah, 2017).
Ontologi adalah bidang utama filsafat yang mempersoalkan bagaimana segala sesuatu ada dalam hubungan yang sistematis berdasarkan hukum sebab akibat. Dalam penelitian filsafat, fokus penelitian ontologi pendidikan ini adalah mengidentifikasi apa sebenarnya pendidikan itu, yaitu realitas dalam pendidikan dengan segala bentuknya, meliputi tujuan pendidikan, manusia sebagai subjek pendidikan yang ditekankan pada pendidik dan peserta didik, dan kurikulum. (Habibah S, 2019: 36)
Selanjutnya ada istilah epistemologi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu "episteme" yang berarti "pengetahuan", dan "logos" yang berarti "teori". Cabang filsafat yang dikenal sebagai epistemologi menyelidiki asal-usul, struktur, metode, dan validasi pengetahuan melalui pendekatan evaluatif, normatif, dan kritis. Teori kepribadian manusia, di mana manusia digambarkan sebagai cerminan Tuhan, dapat digunakan untuk memahami epistemologi esensialisme. Manusia yang dapat memahami realitas antara makro kosmos dan mikro kosmos akan dapat melihat tingkat rasio yang ada dan dapat berpikir tentang alam sehingga dapat menghasilkan pengetahuan yang tepat tentang ilmu pengetahuan alam, biologi, sosial, dan agama. Salah satu unsur epistemologi yang harus diperhatikan dalam pendidikan adalah pengetahuan yang ideal dan spiritual yang dapat menuntun manusia dalam kehidupannya. (Hardanti, 2020)
Terakhir adalah Aksiologi, cabang filsafat yang menyelidiki asas tujuan penggunaan pengetahuan atau yang menyelidiki hakikat nilai, yang ditinjau dari sudut filsafat. Dalam pengembangan dan penerapan ilmu pendidikan diperlukan etika, yaitu etika yang dikembangkan atas dasar nilai-nilai Ilahiyah. Pendidikan harus mengandung nilai-nilai profetik dan harus memiliki nilai guna bagi manusia. Sumber-sumber pendidikan seperti al-Quran dan al-Sunnah dapat digunakan untuk menciptakan dan mengaplikasikan nilai-nilai dalam pendidikan diantaranya: nilai ibadah pendidikan bagi penuntut ilmu, dan aplikasinya adalah ibadah. (Chasanah, 2017).
Pendidikan adalah upaya sadar seseorang untuk membantu siswa dengan membimbing dan mengembangkan potensi, kepribadian, dan kemampuan dasar mereka melalui bimbingan dan latihan yang dilakukan dengan mengacu pada ajaran dari al-Quran dan al-Sunnah untuk menjadi dewasa, berkepribadian luhur, berakhlak mulia, dan memiliki kecerdasan berpikir yang tinggi. Dalam studi epistomologi pendidikan, manusia bukanlah sumber pertama pendidikan. Sebaliknya, manusia hanya menggunakan al-Quran dan al-Sunnah sebagai sumber ilmu pengetahuan, yang dapat dipelajari melalui berbagai metode epistimologi, seperti metode rasional (manhaj ’aqli), manhaj zawqi, manhaj jadali, manhaj muqaran, manhaj naqdi, dan komparatif (manhaj muqaran).
Menurut beberapa pendekatan epistimologi, pendidikan dianggap berhasil selama pelaksanaannya jika mampu menanamkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual yang seimbang pada siswa. Sumber pengetahuan tentang pendidikan berasal dari nilai-nilai yang ditemukan dalam al-Quran dan al-Hadith. Nilai-nilai ini, termasuk nilai ibadah, nilai ihsan, nilai masa depan, nilai kerahmatan, nilai tabsyir, nilai amanah, dan nilai dakwah, digunakan dalam pendidikan untuk membantu anak-anak mengembangkan fitrah (potensi) insani mereka dengan cara yang paling efektif sesuai dengan norma agama. (ilham, 2020)
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”