Setiap manusia pasti tak pernah asing dengan perasaan lembut yang satu ini: cinta.
Sulit mempercayai rasa ini sendiri. Rasa lembut yang hadir di waktu dan situasi yang sangat teramat salah. Tak ada yang salah dengan semua kerapihan rasa yang hadir dari sebuah kekaguman ini. Kau adalah makhluk Allah SWT yang patut aku syukuri. Kau indah, kau berbeda.
Aku tahu betul, kau hidup bukan untuk berambisi membuat orang lain terkesan.
Awalnya aku meremehkan dan mengacuhkanmu. Karna kamu berbeda. Kamu tak menyuruhku untuk buat dirimu itu berkesan dihatiku. Tapi, hati tulus ini menuntun dan bersabar mengajariku untuk mengagumi setiap gerak tingkahmu. Semua bukan kamu yang salah, hatiku dan waktu yang salah. Rasanya tidak mungkin. Semuanya terasa mati. Hidupku tak karuan setelah rasa indah yang tak boleh hadir itu datang dan mengetuk ruang hampa ini. Posisi ini sangat sulit. Aku dengannya berawal dari dicintai, bukan aku yang memulai. Aku hanya membalas apa yang seharusnya pantas untuk di balas.
Hari demi hari, kau yang terkesan menyebalkan sedikit pudar menjadi sosok yang lebih indah dan menyenangkan. Yang pasti membuat hatiku lebih tak karuan lagi. Aku beberapa kali menangkap lontaran tatapan mata indah yang kosong itu mengarah padaku. Aku tak mau menjadikan moment seperti itu lebih membuatku jatuh. Aku hanya bisa memendam tanda tanya itu sendirian. Hingga suatu waktu, kau membuat dua kesan yaitu menjadi seorang pahlawan kemalaman dan tetap menjadi sosok lelaki menyebalkan yang seperti awal pertama aku lihat. Entah apa yang aku lakukan ini, aku menyelipkan doa atas namamu dan berterima kasih kepada Allah SWT. Aku sudah mulai tak waras.
Rasaku mulai aneh setiap harinya. Berubah sangat derastis setiap detiknya. Terkadang aku kagum, terkadang penasaran, lalu sebal, sedih, cemburu, semua aku rasakan lagi layaknya anak SMA yang sedang jatuh cinta. Persis seperti yang aku rasakan 4 tahun yang lalu. Apa-apaan ini? aku semakin tak waras dibuatnya. Aku benar-benar tak tahu dengan hatiku. Ribuan pertanyaan terus mengalir tanpa henti. Apa aku punya dua hati? Apa urat cintaku bercabang? Apa Cinta semudah ini? Apa cinta untuk berkhianat? Kenapa 40 hari mengalahkan indahnya 4 tahun? Ada apa ini? Apa ini yang namanya cinta tak harus memiliki? Apa ini yang dirasakan orang-orang? Cinta serumit ini? Bla bla bla…….
Antara kamu dan dia yang mencintaiku. Sulit rasanya mengakui bahwa kalian doaku setiap harinya. Dicintai dan mencintai adalah gejolak terhebat dalam hatiku. "Sejatinya wanita itu dicintai bukan mencintai" kata orang.
Mungkin biasa saja semua moment kemarin bagimu. Aku tak pernah menyangka, hari itu adalah hari terakhir kau menarik tasku layaknya anak kecil yang sedang meminta sesuatu pada kakaknya. Ya, kebiasan yang tak kau sadari membuat aku rindu. Kau tak pernah tau bukan, kalau semua indah untukku. Semua sempurna meskipun akhirnya kita sudah tak saling bertegur sapa selama sebulan ini. Kau sudah sibuk dengan kegiatan barumu, teman barumu. Beruntungnya mereka yang ada di dekatmu sekarang, melihat senyum indahmu secara gratis. Menyaksikan kekonyolanmu itu juga sangat ku rindukan.
Tingkah konyol menggemaskan itu benar-benar membuatku rindu. Kamu, dimana kamu? Pasti kabarmu baik-baik saja. Aku yakin Allah SWT selalu melindungimu. Aku hanya bisa mencintaimu dalam diam. Menatap langit yang mungkin saja sedang kau lihat juga. Aku tau diri, aku tak bisa berharap.
Bukankah cinta yang tulus adalah yang merelakan cintanya bahagia?
Aku hanya ingin satu hal, sebelum kamu melupakanku lebih jauh atau bahkan mengingat-ingat lagi siapa namaku ketika suatu saat bertemu nanti meski tak mungkin. Aku ingin kamu tahu, aku wanita polos yang telah mengagumimu, memujamu, yang telah jatuh hati padamu. Selamanya aku hanya bisa mencintaimu dalam diam.
Aku mencintaimu. Biarlah, itu urusanku. Bagaimana engkau kepadaku, Terserah, itu urusanmu.
-Pidi Baiq
Kenapa kau tak tahu, kenapa kita tidak berteman seperti biasa. Bukankah kau juga rindu moment makan, nonton, tertawa lepas seperti kemarin-kemarin? Aku sudah kehilanganmu satu bulan. Jika kau mau menghilang, menghilanglah dengan sopan. Setidaknya ucapkan salam selamat tinggal.
Satu hal saja yang perlu kau ketahui. Tali tas yang sering kau tarik sudah putus kemarin. Entah itu pertanda apa. Mungkin sudah saatnya melupakan atau harus mengenangmu atau bahkan mengubahmu menjadi semangat baru? Yang jelas, bila suatu saat nanti ada kesempatan bertemu. Aku ingin terlihat pantas.
Lagu yang sangat menginspirasi tulisan ini, Pemuja Rahasia – Sheila On 7
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.