Teringat dalam sebuah rapat organisasi puluhan hari silam. Semua peserta rapat duduk dengan rapi mendengarkan paparan segala perkembangan yang telah dilakukan untuk menyukseskan acara yang akan dihelat dikemudian hari kelak. Setelah semua beres menyampaikan pemaparan, seperti biasanya akan ada tambahan dari peserta rapat lainnya.
Entah mengenai kesiapan atau beberapa kritik serta saran. Lebih keren lagi, bahkan ada sesi nasehat yang entah bagaiamana bisa bertahan sekian kali rapat diadakan. Menariknya, sesi nasehat ini begita menggugah dari sisi yang lain. Nasehat-nasehat bernada bijak kemudian terlontar dari satu hingga beberapa orang. Bagai mendengarkan petuah mahaguru yang telah lama tinggal di goa untuk bertapa mencari makna kehidupan, seluruh peserta khidmat memperhatikan satu demi satu kalimat yang terucapkan.
Semua orang akan punya hak untuk menampilkan beberapa kalimat bijaknya pada kesempatan kala itu, baik yang dirangkai sendiri atau ditemui di sebuah linimasa sosial media. Tiba-tiba saja, tempat rapat yang hanya beralaskan spanduk bekas itu menjadi kuil para filsuf Yunani Kuno.
Pada waktu yang berbeda, seorang teman lelaki saya berbicara dengan seorang wanita. Sudah mengenal, cukup akrab. Pada kesempatan saat itu, si wanita tak hanya berbincang santai. Sesekali kadang menceritakan masalah yang ia hadapi belakangan ini. Tentu saja lebih banyak terkait masalah perkuliahan. Secara otomatis, sistem syaraf pada otak teman lelaki saya itu berubah menjadi jauh lebih berbeda. Masih sama, namun ada beberapa bagian yang terlihat jauh beda. Yaitu dalam hal berkata-kata.
Seketika ucapan dan kalimat yang dulunya tak pernah terdengar pada berbicangan kami terlontar dari mulutnya.
Gayanya sudah seperti seorang yang 1000 tahun telah hidup di dunia. Dibarengi dengan intonasi lemah lembut bagai seorang ibu kepada anak, ia memberikan berbagai tips kebijaksaan yang ia dapatkan dari 1000 tahun hidupnya. Cukup untuk memberikan contoh, bahwasanya lelaki bisa menjadi seorang bijak ketika berhapan dengan wanita. Apalagi jika ada sesatu di dalamnya. Kalian tahu sendiri apa maksudnya.
Beberapa dari kita (kita?) mungkin tiba-tiba bisa menjadi seorang filsuf atau titisan Mario Teguh. Dengan situasi yang mengharuskan dan mendukung, karakteristik seorang motiavator ulung dapat dengan mudah kita tiru atau memang mungkin berbakat. Saya pernah mengalami, tiba-tiba menjadi seorang motivator pada sebuah sesi penutupan rapat, padahal agenda tak menjadwalkan demikian. Menjadi seorang bijak pada sebuah kesempatan seperti itu sangat membanggakan. Membuat pandangan orang yang mendengarkan dan melihat penampilan kita menjadi berpikiran positif tentang kita, setidaknya menganggap kita dapat diandalkan ketika menemui masalah yang kian pelik.
Belum lagi ketika berhadapan dengan seseorang. Secara empat mata, secara pribadi. Entah mengapa bagian memori dalam otak menampilkan beragam gambaran dari sepatah dua patah kalimat yang tersusun secara acak kemudian perlahan menyatu menjadi untaian kata-kata mutiara. Dengan cara seperti itu, lelaki setidaknya dapat membuat kagum wanita. Membuat wanita berpikiran bahwa lelaki yang satu itu begitu dewasa, dapat diandalkan dan yang paling penting: bijaksana.
Bahkan dulu, saya begitu sok-sok bijak berkata begini dan begitu. Lalu kemudian diteruskan pada unggahan status sosial media. Satu alasan yang sama : menjadi bijaksana. Caranya? berkatalah bagai kau seorang filsuf handal yang telah hidup 1000 tahun dengan berjuta masalah yang menimpa. Dengan begitu, paling tidak ucapanmu jauh lebih indah meskipun memang hidupmu tak sedikitpun indah.
Paling mudah ketika ingin menjadi orang bijaksana adalah ketika seorang lelaki sedang berbincang dengan perempuan. Kemudain diteruskan dengan permintaan saran dari perempuan tentang apapun, bisa tentang keuangan, keluarga, berat badan atau pertemanan. Maka sepersekian detik berikutnya, cahaya itu akan muncul dalam rupa seorang lelaki. Ia akan memberikan saran dan nasehat serta tips, tak lupa sedikit merangkai kata bijak nan indah.
Padahal tak ada sedikitpun pengalaman yang berhubungan dengan masalah yang diceritakan. Tetapi demi harga diri dan pandangan positif yang perlu dipertahankan, menjadi bijaksana dadakan tidaklah mengapa.
Begitulah terkadang lelaki. Ia bisa menjadi apa saja. Menjadi bijaksana adalah salah satu contohnya. Tak apalah sesekali, mungkin jauh hari nanti jadi bijaksana betulan. Meskipun benar bahwa bijaksana tak hanya ditentukan oleh kata-kata, karena bijaksana adalah kata sifat bukan kata pepatah. Yang diucapkan kadang tak pernah dialami atau yang dikatakan justru tak bersumber dari pengalaman sendiri, dasar lelaki. Jadi jangan heran jika melihat lelaki tiba-tiba menjadi berwibawa bawaanya dan kata-katanya teratur dan penuh makna ketika bertemu seorang perempuan. Ini hal yang alamiah dibuat oleh lelaki.
Menjadi seorang bijak meskipun sebenarnya bajingan sangat. Ambil saja hikmahnya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”