Dari Sudut Pandang Guru SMA: Pacaran Saat Putih Abu-abu Itu Boleh, tapi Please Jangan Banyak Drama!

Mencintai memang hak semua orang, tapi berpacaran ada masanya dan aturannya

Masa SMA adalah masa yang paling indah. Merupakan sebuah realita hidup yang banyak dipegang oleh para remaja di Indonesia. Walaupun sebenarnya setelah memasuki masa kuliah baru kita menyadari bahwa indahnya masa kuliah tidak sebanding dengan masa SMA. Tidak sedikit remaja SMA di Indonesia yang sudah disibukkan dengan dunia percintaan. Bahkan lebih banyak dari anak SMA di Indonesia sudah lebih memprioritaskan cinta dibandingkan urusan belajar.

Advertisement

Sebagai seorang guru di tingkat SMA, tidak jarang ada pertanyaan dari siswa SMA mengenai percintaan. Salah satunya, apakah anak SMA sudah bisa berpacaran? Untuk menjawab ini tentulah ada pro-kontra, bahkan di kalangan guru sekalipun. Namun melihat realita dan melihat secara totalitas, jawaban dari pertanyaan di atas adalah bahwa berpacaran di masa SMA lebih banyak menimbulkan dampak yang negatife dibandingkan dampak positif terhadap perkembangan akhlak seorang siswa.

Ada anggapan di kalangan mereka bahwa berpacaran akan menambah semangat belajar, terlebih jika kamu berada di sekolah yang sama. Namun bagi saya ini adalah sebuah omong kosong dan pembenaran belaka. Bukankah jatuh cinta itu akan membawa seseorang ke dalam dunia fantasi?. Yah, demikian juga denganmu yang sedang jatuh cinta, tentu kamu akan lebih banyak berfantasi mengenai indahnya cinta dibandingkan memimpikan tujuan hidup masa depanmu. Bukankah putus cinta itu menyakitkan?

Ketika kamu putus cinta, maka hampir bisa dipastikan menurunnya minat belajar dan prestasimu yang merosot. Bukankah berpacaran itu harus kencan supaya terasa indahnya?. Kalau kamu sering berkencan, maka dampaknya ada dua yaitu uang jajanmu semakin banyak dan itu tentu menjadi beban orangtuamu. Dan yang kedua kamu akan lupa dengan tugas utamamu di rumah maupun di sekolah. Karena bagi kamu yang terpenting adalah berduaan menikmati indahnya alam, yang rasanya bumi dan segala isinya milik kalian berdua. Kamu akan sibuk telponan, chatingan, dan video call hingga pagi hari, yang dampaknya tentu akan mengakibatkan kamu ngantuk saat mengikuti pembelajaran di sekolah.

Advertisement

Sepakat atau tidak, anak SMA yang sudah berpacaran cenderung akan lebih susah diatur, sebab yang menjadi prioritas kamu adalah membahagiakan pacarmu. Meskipun orangtuamu melarang, kalian tidak terlalu peduli, karena kembali tujuan kamu adalah membahagiakan pacarmu. Tidak sedikit anak SMA yang akhirnya sekolahnya berantakan karena dampak negatif dari berpacaran. Fakta di lapangan yang saya temui, prestasi siswa yang berpacaran cenderung mengalami penurunan di bandingkan dengan siswa yang belum berpacaran.

Misalnya, ketika masih duduk di kelas sepuluh semangat belajarnya masih cukup baik, karena dia belum terpengaruh dengan cinta. Namun seiring perkembangan waktu ketika dia menaiki kelas sebelas sering yang terjadi adalah penurunan minat belajar yang diakibatkan pergaulannya yang semakin luas dan pengaruh jatuh cinta. Harus diakui memang tidak semua demikian, tapi secara umum demikanlah faktanya.

Advertisement

Jatuh cinta memang hak semua manusia yang hidup di bumi ini. Tidak ada larangan untuk mencintai lawan jenis. Yah, memang masa SMA masa yang paling tepat untuk memulai jatuh cinta, sebab masa ini adalah fase akhir dari masa remaja menuju dewasa. Jelas bahwa sangat sulit untuk melarang siswa SMA untuk berpacaran. Bahkan inilah yang menjadi kegalauan sebagian orangtuamu  yang masih berpikir konservatif, walupun harus kita akui tidak sedikit orangtua yang sudah mendukung anak mereka untuk berpacaran di usia SMA.

Menurut pandangan saya nasehat yang tepat untuk anak SMA adalah kalaupun kamu harus berpacaran jangan terlalu serius. Belum saatnya kamu berpacaran layaknya cinta romeo dan Juliet yang rela kehilangan jiwa dan raga demi cintanya, belum saatnya. Semua pengorbanan itu nantinya akan sia-sia. Karena cinta yang kamu rasakan di masa SMA bukanlah cinta sebagaimana cinta yang dikenal oleh orang dewasa. Kamu terlalu labil untuk berkorban demi cinta. Jauhkan pikiranmu bahwa pacarmu yang sekarang akan menjadi jodohmu, belum waktu yang tepat kamu berpikiran tentang jodoh. Terlalu rugi untukmu berkorban untuk pacarmu saat ini padahal lebih besar peluang kalian berpisah daripada berjodoh. Bisa saja memang kamu dan pacarmu bertahan selama berada di sekolah yang sama, lalu bagaimana ketika kalian sudah lulus? Dia akan berangkat kuliah ke kota yang jauh, dan barangkali kamu akan berangkat ke suatu kota yang berbeda.

Maka percayalah, bisa jadi cinta kalian tidak akan sekuat cinta di masa SMA.

Salah satu dari kalian atau mungkin kalian berdua akan mencari cinta yang lain. Betapa ruginya dirimu, padahal ketika kalian berpacaran di SMA menyebabkan nilaimu hancur, reputasimu barangkali rusak karena keseringan berduaan dengan pacarmu, kamu menyakiti hati orangtuamu, melawan guru mu, kehilangan teman terbaikmu, uang jajanmu kamu habiskan untuk kencan, dan hanya dalam sekejap cinta kalian akan rapuh karena termakan jarak dan kesibukan masing-masing ataupun kebosanan. Tidak banyak pasangan yang berpacaran pada masa SMA berujung di pelaminan, yang ada akan terbuang percuma. Walaupun memang ada beberapa pasangan yang berhasil menikah.

Sebaiknya siswa SMA jangan pacaran dulu, karena itu akan lebih baik. Dan kalau kamu harus pacaran tidak perlu memberikan cinta yang terlalu dalam. Jatuh cinta pada masa SMA merupakan fase yang normal, tapi tidak semua cinta harus menjalin hubungan. Mungkin kamu bisa menjadi seorang pengagum rahasia, karena hal itu wajar. Bagaimanapun seorang siswa SMA akan senang melihat lawan jenisnya yang cantik atau yang ganteng. Tapi lebih baik kamu menjadi pengagum rahasia, daripada berpacaran yang membuatmu rugi. Karena seiring perjalanan waktu perasaan itu nanti akan memudar dan digantikan oleh sosok yang lain. Jadilah siswa SMA yang bijak.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Guru Sejarah di SMA N 1 Sorkam Barat

Editor

Not that millennial in digital era.