Melihat banyaknya konten di media sosial yang menampilkan review produk perawatan wajah, membuatku mengingat ke masa pertama kali aku belajar skincare. Jauh sebelum aku memahami pentingnya penggunaan skincare, aku merasa merawat wajah adalah hal yang ribet. Hanya tahu sebatas mencuci muka, itu pun tidak rutin setiap hari.
Begitu wajah mulai bereaksi karena tidak pernah diperhatikan, hormon pubertas yang melonjak, membuat jerawat muncul bergerombolan. Pada saat mengalami itu pun aku masih tidak terlalu mengurusi perawatan wajah. Hingga orang lain rupanya lebih ‘sibuk’ mengurusi penampilanku, membuatku tersadar kalau ada yang tidak beres dengan penampilanku.
Mulailah aku mencoba segala macam facial wash, yang terpenting ada tulisan acne-nya. Asal klaimnya bisa menghilangkan jerawat. Sudah beberapa bulan pakai, tapi merasa tidak ada perubahan sama sekali. Kemudian aku menambah rangkaian produk pelembab. Pada waktu itu aku masih sembarangan memakai skincare. Lantas aku menyadari kalau merawat wajah tidak asal-asalan. Dimulailah usahaku mencari segala macam cara mengatasi breakout, gejala, hingga penyebabnya.
Semua tutorial penggunaan skincare aku tonton. Segala macam masker alami aku coba, yang setelah aku cari tahu lebih dalam ternyata masker alami dari bahan-bahan langsung itu tidak baik untuk kulit wajah. Sejak itu aku rutin mempelajari dunia per-skincare-an. Dari mengetahui jenis-jenis kulit, macam-macam produk dan fungsinya, urutan pemakaian, meneliti kandungan di dalam skincare satu per satu, memilah produk yang digunakan untuk jenis kulit tertentu, memahami cara kerja skin barrier, hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dan banyak lagi.
Semakin aku mencari tahu, semakin aku tahu bahwa skincare tidak sekadar dipakai, tapi juga perlu dipelajari. Tidak asal mencuci, mengoleskan, lalu ditepuk-tepuk. Di samping itu aku masih harus menghadapi fase trial and error. Pengetahuan yang kudapat dari berbagai sumber mulai aku praktikkan. Apakah langsung dan selalu berhasil? Oh, tentu tidak. Banyak produk yang tidak habis kupakai karena tidak cocok dengan kandungannya. Kondisi kulit masih belum stabil. Harus terhenti untuk menabung lagi. Mempelajari lagi. Mencatat kandungan dan kegunaannya satu per satu lagi. Membeli lagi. Memakai lagi. Menunggu.
Sempat merasa kesal dan tidak terima mengapa kondisi wajahku tidak seperti perempuan-perempuan lain yang tampak mulus bersih. Sedangkan aku yang telah berusaha segala macam masih begini-begini saja.
Mempelajari skincare tidak hanya membuatku tahu seputar kandungan-kandungan kimia, namun juga membuatku belajar menerima proses. Belajar menunggu. Kulit wajah butuh waktu untuk pulih. Skincare butuh waktu untuk menyerap ke dalam kulit. Aku butuh waktu untuk menerima kondisi kulitku. Aku butuh waktu untuk belajar mengabaikan omongan buruk dari orang lain. Aku butuh waktu untuk meyakinkan diriku bahwa punya jerawat itu normal.
Proses mempelajari skincare yang kukira mudah, ternyata cukup menguras pikiran dan perasaan. Sampai saat ini aku masih terus menambah pemahamanku seputar skincare dan merawat penampilan, terus melakukan percobaan-percobaan baru. Dari skincare aku juga tidak berhenti untuk selalu mensyukuri bagaimanapun kondisiku. Memang tidak mudah dan kadang merasa capek, tapi karena itulah aku berusaha untuk terus belajar. Aku harap kalian yang pernah atau sedang ada di posisi saat ini, jangan berhenti berusaha, ya! Aku yakin kamu kuat.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”