Untukmu lelaki yang aku kagumi, yang aku nantikan kehadirannya setiap waktu. Mungkin aku bukanlah satu-satunya perempuan yang mengagumimu, tentu masih banyak perempuan lain yang juga mengagumimu. Namun, jika pertanyaannya siapa yang paling mencintaimu, itu jawabannya pastilah aku. Siapa yang selalu mengagumi setiap karya yang kau buat, itu adalah aku. Siapa perempuan yang selalu menyebut namamu dalam doanya, itu juga aku. Siapa yang selalu merindukan senyum dan tawamu yang indah itu, lagi-lagi itu pastilah aku.
Tuhan awalnya mempertemukan kita dalam satu atap. Kau dan aku dipertemukan saat kita berniat ingin menuntut ilmu. Lalu aku menjadi temanmu, begitupun perempuan lainnya. Saat itu perasaanku belum mekar, bahkan mungkin belum ada benih yang tumbuh.
Lalu suatu hari Tuhan membuat kita semakin dekat. Saat itu Tuhan tengah menguji iman dan kesabaranku, berbagai masalah dalam hidup datang silih berganti dan aku terpuruk. Masalah yang ku alami membuatku kehilangan separuh semangat dalam hidup. Tuhan Yang Maha Pengasih lalu mengirimmu untukku. Kau membantuku menemukan secercah cahaya yang pernah hilang.
Setiap hari kau memberikan semangat dan motivasi yang luar biasa untukku. Awalnya aku bingung, mengapa di antara sekian banyak teman yang kupunya, hanya engkau yang paling peduli terhadap apa yang sedang aku alami. Terlebih lagi kau mengenalku tak lebih dari 6 bulan. Aku tidak tahu skenario Tuhan seperti apa yang terjadi selanjutnya.
Setiap hari kita saling berbagi cerita. Tentang novel yang kita suka, penulis buku yang kita idolakan, tentang buku terfavorit yang sudah kita baca, tentang kebahagiaan dan kesedihan di masa lalu. Semua hal menjadi menarik untuk diceritakan saat kita saling berbagi dalam keikhlasan. Engkau yang selalu setia menjadi pendengar, dan aku yang selalu setia menjadi pengagummu.
Aku berharap masa-masa seperti itu tak akan berakhir. Masa-masa saat kau bantu aku bangkit, saat kau bimbing aku dalam segala hal, saat kau menjadi sandaran ketika aku rapuh, saat kita saling berbagi dalam suka dan duka. Tetapi kenyataan lagi-lagi tak sesuai harapan. Kini suaramu sudah jarang kudengar, senyummu sangat jarang kulihat. Jikapun kau tersenyum, senyum itu bukan lagi untuk diriku.
Lalu aku berpikir bahwa mungkin Tuhan mengirimmu hanya sebagai tamu di kehidupanku, kau tak akan selamanya di sini, kau pasti akan pergi. Kau mungkin hanya membantu menyembuhkan luka. Mungkin suatu saat akan ada skenario terbaik dan terindah yang akan Tuhan berikan untukku dan aku menjadi aktornya. Aku tak pernah membenci jarak yang kau ciptakan.
Dari aku, wanita yang selalu menyebut namamu dalam doa. Aku tahu batasan. Aku hanyalah pengagum tanpa bisa menggenggam. Aku hanyalah pendoa agar engkau selalu bahagia. Tidak lebih.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”