Tentu pandemi Covid-19 ini menjadi momok yang berpengaruh secara signifikan dalam kehidupan akhir-akhir ini. Sehingga kehidupan manusia jadi sangat terbatas, demi terhindar dari paparan virus yang tergolong sangat berbahaya itu. Dengan pembatasan arus mobilitas yang sudah makin tinggi, wajar jika manusia kini banyak yang merasa asing dengan satu sama lain.Â
Menjaga jarak sekian meter dengan manusia lainya dengan alasan agar supaya mencegah penyebaran virus. Virus yang asal muasalnya dari Wuhan China ini. Bagaimanapun juga, kebijakan pemerintah ini berharap agar mampu mengurangi risiko jumlah korban yang terpapar virus Covid-19 ini menjadi berkurang. Namun kini harapan tinggal sisa noda dan duka. Dengan bermacam-macam kebijakan telah dilakukan, propaganda melalui berbagai media yang pada intinya menyarankan masyarakat berdiam diri dalam rumah, sudah begitu membosankan.
Tentu saja, berdiam diri dirumah dalam waktu yang sangat lama akan membuat rasa bosan semakin menjadi-jadi. Ya, walaupun rumah adalah tempat tinggal kita yang membuat kita teduh dan aman, tetap saja jika itu untuk tujuan dengan tidak keluar sama sekali jelas manusia pasti akan jenuh. Ibarat kata, hewan sekalipun pasti akan keluar dari sarangnya untuk mencari makan.
Begitu juga dengan manusia. Manusia secara natural memiliki sifat alamiah ingin merasa bebas melakukan hal-hal yang disukainya. Oleh karena itu, mulai banyak bermunculan pembahasan datangnya Covid-19 yang mayoritas beranggapan memang suatu virus, virus yang menyebalkan. Namun, ada juga segelintir orang yang berpendapat bahwa sebenarnya covid-19 ini tidaklah ada. Sebagian ada yang menganggap nyata namun tak berbahaya. Ada satu hal yang unik, dimana sebagian orang percaya bahwa virus ini konspirasi ada juga yang percaya bahwa kita lah sebagai manusia adalah virus sesungguhnya.
Tidak bisa dipungkiri memang bahwa Covid-19 ini memiliki imbas akan hal lain, seperti ekonomi, sosial bahkan ranah spiritual. Maka dari itu tidak perlu terkejut jika ada yang beranggapan bahwa manusialah yang merupakan virus yang lebih berbahaya dari Covid-19 ini. Dengan didasari bahwa manusia dari zaman terdahulu hingga kini selalu membuat onar di muka bumi, dengan tindakan semena-mena atau juga bisa disebut sebagai tindakan atas dasar asal suka.Â
Merusak alam dengan senangnya tanpa memerdulikan akibat setelahnya dengan dalih pembangunan sedangkan mengganggu kenyamanan makhluk hidup yang lain. Tentu saja para manusia sadar akan hal itu, namun lebih memilih membisu dan berpura-pura gila agar terlihat semuanya tetap baik-baik saja. Begitu egoisnya memang peristiwa-peristiwa yang terjadi karena perbuatan manusia di muka bumi akan hal-hal yang merugikan satu sama lain. Bahkan ada pepatah yang mengatakan bahwa kedamaian yang sejati hanya berada dalam alam mimpi.
Sungguh ironi memang, tapi beginilah adanya. Memang begitulah dunia, selalu menyajikan dua arah mata angin yang berbeda, contoh saja seperti baik dan buruk, benar dan salah, Â dan begitulah seterusnya. Dan juga termasuk manusia. Seperti pisau bermata dunia. Bisa digunakan dalam hal-hal baik seperti memotong wortel untuk di masak, dan juga membawa malapetaka ketika digunakan dalam hal-hal yang salah seperti merampok.Â
Pengalaman bahwa manusia mulai paham jati dirinya yang sebenarnya. Tentu tidak perlu dipungkiri lagi bahwa keadaan terdesak mampu membuat seseorang berhenti berpura-pura. Begitu juga dengan virus Covid-19 ini yang mampu membuat jutaan manusia kalang kabut bersembunyi dalam selimut.Â
Maka dari itu, penanganan Covid-19 untuk menjadikan manusia sebagaimana vaksin, bukan hanya korban, memang perlu perjuangan yang melelahkan. Namun suatu yang melelahkan biasanya akan meninggalkan kenangan. Dan apakah manusia perlu bersyukur atas pandemi covid yang terjadi ini? yang setidaknya sudah mampu membuat manusia tersadar akan pentingnya menghargai waktu dan selalu berbuat baik?.
Tentu manusia sebagai makhluk paling berakal akan memilih kehendaknya sendiri tanpa paksaan antara menjadi virus maupun menjadi vaksin.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”