Waktu demi waktu berlalu, aku melewati berbagai banyak hal, suka-duka, tangis-tawa, jatuh bangun, dan orang orang yang menemani di sisiku pun datang dan pergi.
kata orang setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya. Munkin itu ungkapan yang tepat untuk menggambarkan journeyku kali ini.
singkat ceritanya, aku mencintai beberapa orang, ada sahabat sahabatku, keluarga, dan juga ada kekasih. Namun, manusia memang kadang sengaja ataupun tidak sengaja mudah menorehkan luka bukan, dan di kecewakan oleh orang tersayang bukankah sangat menyakitkan?
aku melewati berbagai proses kehidupan, terlebih ketika aku memiliki seorang kekasih, aku memiliki perasaan bahagia yang sangat menggebu-nggebu, euforia. sungguh sangat besar dan sangat menyenangkan dan seru. namun, ketika suatu saat kita tidak bisa bersama lagi, rasanya sangat menyakitkan.
Beberapa waktu aku lewati dengan penuh kesedihan, hingga pada akhirnya aku bangkit, dan aku menemukan suatu hal yang berharga.
Yakni aku mempelajari satu hal penting dalam setiap perpisahan dan kekecewaan di dalam hidupku, aku tidak bisa menjadikan manusia, siapa pun manusia itu, sebagai sumber kebahagiaanku.
Dari sini akupun belajar lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, mempelajari tuntunannya, dan aku merasakan betapa dia tidak pernah meninggalkanku sedikitpun.
Tuhan mencintaiku dan juga mencintai semua ciptaannya.
Dahulu aku sempat jengkel ketika dalam firmannya Tuhan berkata bahwa yang perlu sangat di cintai hanyalah dia, bukan siapa atau apapun.
aku rasa, mengapa sih Tuhan begitu egois ingin dicintai sebesar itu dan tak tertandingi oleh siapapun?
tetapi kini aku mengerti, karena segala sesuatu di dunia ini akan hilang, rusak, atau pergi, siapa pun dan apapun itu, dan jika aku sangat mencintai itu, ketika yang kucintai hilang, maka aku akan sangat terjatuh, terpuruk dalam duka.
Sedangkan jika aku mencintai Tuhan, aku akan menjadi seseorang yang tegar, yang tidak mudah terpuruk atau jatuh. Karna, satu satunya yang kekal adalah Tuhan, dan satu satunya yang selalu bisa bersamaku, kapan pun dan di manapun adalah Tuhan.
Dia tak pernah mengecewakanku, tak pernah menghakimiku, dan tak akan pernah pergi dariku.
Munkin Tuhan tidak memberikan euforia cinta seperti saat jatuh cinta, tetapi ketika dewasa, bukankah cinta yang menenangkan lebih kita butuhkan daripada perasaan cinta yang menggebu gebu dan sangat rawan rusak atau hilang?
Akan tetapi, bukan berarti jika mencintai Tuhan lantas tidak perlu mencintai lainnya ya, dalam hal ini, perasaan atau hati yang paling dalam dan paling besar untukku menurutku memang lebih baik ditujukan kepada Tuhan saja.
sedang mencintai manusianya, tetap tulus, tetapi sedang sedang saja, tidak berlebihan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”