Percayalah aku tidak ke mana-mana. Aku di sini, di balik tirai yang menyaksikan kesakitanmu. Maafin aku untuk cerita yang terjalin 4 tahun ini, namun perempuanmu teramat mencintaimu sejak kau bernafas.
Dari,
Aku kekasih masa lalumu…
Cinta yang sudah terjalin cukup lama untukku, harus rela berakhir dengan cara yang sangat kejam. Aku tidak pernah memutuskannya, hanya saja merelakan dengan cara melepasnya. Aku kalah dengan goncangan yang melanda cinta kita. Aku kalah dengan keadaan yang menyatakan kamu tidak pantas untukku. Aku kalah dengan mimpi buruk yang tidak pernah hadir di mimpi indahku saat itu.
Percayalah karena aku telah memilihmu waktu itu. Aku tidak mudah jatuh cinta, sayang. Namun, denganmu aku merasakan kedamaian dan tidak takut untuk melaluinya. Denganmu duniaku berwarna dengan tautan cerita di setiap hari yang tidak mungkin dengan cepat akan terhapus oleh kejamnya waktu. Perjalanan cinta kita cukuplah kita yang bersaksi, betapa indahnya lantunan kasih mengayunkan hati.
Dirimu bak mentari datang menyinari hati tanpa peduli adanya malam. Kamu satu bintang hadir dalam hidupku. Bagiku anugerah yang sangat indah dari pencipta untuk aku yang malang. Hingga di setiap harinya, tak pernah lepas doa syukur akan dirimu dengan sejuta cintamu untukku.
Ketika kamu berkeinginan untuk melanjutkan hidupmu denganku, seakan seisi dunia menari. Indah hari itu. Bagaimana mungkin aku menolakmu sementara hanya kamu satu satunya yang aku tuju. Bagaimana mungkin aku tidak tersipu malu dengan pancaran mata dan ucapan serius darimu. Bagaimana mungkin aku bisa melupakan momen itu yang saat ini sebagai kenanganku. Bagaimana mungkin kasih? Jelas saja saat itu aku hanya berucap satu kata.Â
"Yes, I will" itulah balasanku pada kalimatmu sebelumnya
Acara sakral juga sudah terucap olehmu, tinggal menunggu perkara waktu. Aku pikir akan sederhana sama dengan langkah yang telah kita lalui 4 tahun ini. Namun, aku salah. Aku salah berpikir semuanya akan baik baik saja kasih. Dengan jelas ibumu menolak kehadiranku. Dengan tegas ayahmu memintaku menjauh darimu. Dengan lantang aku tidak mau.
Aku menentang dengan semua ucapan mereka tanpa kamu ketahui pertemuan kami. Aku berdalih bahwa aku mencintaimu dengan tulus tanpa memandang siapa kamu dan apa jabatanmu. Mereka membentakku kasih, mereka memaksaku untuk menjauhimu dengan cepat.Â
Sejenak aku berpikir.
Apabila cinta ini terus kupaksakan, aku akan bahagia namun melukai banyak pihak, terutama ibu dan ayahnya. Bagaimana mungkin aku menjalin cinta tanpa restu orang tuanya. Bagaimana mungkin aku menjadi pasangannya sementara keluarganya membenciku. Aku diam cukup lama dengan uraian air mata. Benar. Hatiku saat itu membenci waktu, benci dengan keadaan yang berubah 180 derajat menjadi kepedihan.
Balik berpikir tentang bahagiamu, aku yakin kehidupanmu patut untuk bahagia oleh adanya restu ibumu sayang. Kembalilah dengan jalan hidupmu. Percayalah, aku teramat mencintaimu hingga aku tidak sanggup menemuimu sore itu. Percayalah, ada banyak hal yang tidak sanggup aku ungkapkan perihal hati sebagai kekasihmu dan sebagai perempuan layaknya ibumu. Aku berhenti sayang. Berbahagialah.
Dari,
Aku kekasihmu…
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”