Kalau dengan mengungkapkan perasaan bisa membuatmu lebih baik, tentu sudah sedari dulu aku akan melakukan itu.
Entah kenapa selalu saja teringat akan dirimu. Mungkin sebab aku kesepian atau bosan dalam kesendirian. Memang seharusnya ini nggak wajar, lagipula aku juga nggak yakin bisa nemu kelanjutannya. Apa karena aku penasaran? Atau sebab terlalu berharap? Padahal, kamu sama sekali nggak merasa.
Apa kali ini semesta memang tengah bercanda? Selalu mengerjaiku habis-habisan tanpa tahu kapan ujungnya. Haha, kalo dipikir-pikir lucu ya. Kita dulu sama sekali nggak saling kenal satu sama lain lho. Tapi ya nyatanya kita memang nggak pernah kenal sih, hanya tahu nama masing-masing dan secuil kisah terdahulu yang perlahan kini terlupakan.
Mungkin memang ini salahku yang memulai sapa, tapi apa dayaku kalau akhirnya seperti ini. Aku tidak tahu kalau rasa iseng bisa memunculkan perasaan yang serius. Aku baru tahu kalau hanya dengan berbasa-basi menginginkan sesuatu yang berisi. Kita bersua hanya lewat chat, tapi entah kenapa rasanya aku pernah berbincang lama denganmu sebelumnya.
Kita memang tidak pernah bertemu, tapi entah kenapa kau selalu menjadi peran utama di setiap mimpiku.
Padahal kau di seberang sana punya kehidupan, pikiran dan perasaanmu sendiri. Aku pun sama. Bedanya di pikiranmu tidak ada aku, sedangkan di pikiranku selalu terngiang olehmu. Kau selalu saja hadir dalam mimpi yang membuatku sangat bahagia. Hingga suatu saat aku berpikir, "Apa kamu sama harapnya denganku?" Tapi tetap saja aku tak yakin akan hal itu. Bahkan kita tak pernah saling bertukar foto dan mendengar suara masing-masing. Karena kita memang tidak pernah bertemu.
Aku tidak seberani itu untuk mengungkapkan perasaan. Selain karena tidak pantas, aku takut kalau itu membuatmu terganggu. Kau memang sudah jauh, tapi aku tidak ingin mengubah semuanya menjadi lebih sulit.
Lagipula, aku tahu kamu memang nggak pernah sekalipun bisa membalas perasaan ini. Ya, rasa itu tidak bisa kita buat, ia hadir dengan tiba-tiba. Dan untuk adanya rasa itu, aku tidak pernah ingin menyalahkanmu, karena itu juga bukan kuasamu.
Justru aku berterima kasih karena kau pernah memberikan sedikit ruang untuk kumasuki. Meski sekarang pintu di ruang itu telah tertutupi seluruhnya. Aku juga tak tahu apa bisa aku membuka pintu itu selain mendobraknya? Karena kamu sudah memasang pintu tapi lupa memberi lubang kunci. Tapi aku tetap bersyukur karena pernah tahu akan sosokmu. Kamu yang pernah membuat hari-hariku mengenali banyak warna dunia ini.
Maafkan sikapku yang terang-terangan mengatakan semua ini. Aku hanya tidak ingin rasa ini menggunung dan memburuk.
Sekarang yang kuharapkan selalu dan tetap sama semoga kamu dalam keadaan baik dan terus bahagia.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”