Cinta Itu Tergantung Bagaimana Ia Dimulai, Jika Diawali Dusta Maka Akan Berakhir dengan Luka

esensi cinta

Waktu memang bisa membuat banyak perubahan. Dari benci berubah menjadi cinta, pun sebaliknya, dari cinta bisa berubah menjadi benci. Ada sekian banyak kisah romantis yang pada akhirnya berakhir duka. Tetapi juga tidak kalah banyak, cinta yang bermula dari beratnya perjuangan dengan tetesan air mata, berakhir bahagia. Masing-masing bergerak mengikuti alur takdirnya sendiri.

Advertisement

Ada sebuah kisah klasik yang menurut saya punya sarat makna; Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari. Bicara cinta dari sudut pandang masyarakat tempoe doloe, yang ternyata tidak pernah lekang digerus oleh jaman. Meski lampau, tetapi eksistensi cinta ternyata tidak pernah berbeda. Seputar itu-itu juga. Rasa yang berbeda, ketertarikan atas pesona istimewa, ingin bersama, bahagia atau terluka.

Jaka Tarub memulai kisah cintanya dengan prilaku culas, tidak jujur. Membuat bidadari Nawang Wulan terperangkap dalam ketidakberdayaan. Itulah yang dimanfaatkan dengan sangat baik oleh Jaka Tarub, yang memang menawan. Pemuda kampung tetapi memiliki mimpi hebat untuk sosok yang mendampinginya kelak.

Sosok istimewa itu ia temukan, bukan dengan proses pencarian, tetapi ia yang datang. Itulah kenyataan yang seringkali terjadi. Lelah mencari tetapi faktanya, jodoh datang dari lingkungan yang awalnya tidak diduga. Itulah ketentuan semesta, rencana ilahi yang sulit dimengerti oleh manusia. Kisah Joko Tarub dan Nawang Wulan menggambarkannya dengan sangat apik.

Advertisement

Meski terdengar bisa dimaklumi alasan Joko Tarub berbohong, tetapi sepertinya dalam keseluruhan kisah, hal itu bukanlah awal yang baik. Karena hidup tidak berhenti di satu titik, keberlangsungannya adalah proses yang  mempertemukan antara satu titik dengan titik yang lain. Kebohongan awal harus ditutup dengan kebohongan berikutnya. Itulah yang membuat rasa saling percaya itu tergerus. Menilai Nawangwulan yang bicara jujur dengan paradigma tidak jujur yang Joko Tarub miliki. Keingintahuan bahasa positifnya dan curiga bahasa negatifnya membuat Joko Tarub terperangkap dalam lubang yang ia buat sendiri. Ia mengingkari janjinya. Mengungkap rahasia penting yang dari hal itu sebenarnya hubungan keduanya bisa berlangsung lebih lama.

Kebersamaan Joko Tarub dan Nawangwulan memang mendalam. Seperti pepatah, tresno jalaran soko kulino (cinta karena hubungan dalam rutinitas), waktu dan keadaan yang membuat bulir cinta itu tumbuh. Tetapi sebelum ketidakjujuran itu terbongkar.

Advertisement

Joko Tarub menyembunyikan sesuatu yang sangat penting bagi Nawang Wulan, identitasnya sebagai seorang bidadari. Barangkali ilahi sudah memberi jalan bagi hubungan Joko Tarub, seandainya ia tidak menaruh curiga, percaya pada Nawang Wulan yang ia cintai itu. Tetapi jalan ceritanya memang tidak demikian, ia lebih memilih ingkar. Meski cintanya telah membuahkan hasil, Putri yang sangat cantik Nawangsih.

Ketidakjujuran itu memang berbuah petaka. Nawang Wulan menemukan Kembali sesuatu yang menunjukkan siapa dia sesungguhnya. Seorang bidadari. Sosok yang tentu tidak ingin ia lepaskan begitu saja hanya dengan dalih menjadi istri seseorang yang faktanya telah menipunya. Ternyata cinta tidak juga membuat luluh hati sang bidadari. Entahlah mungkin ceritanya akan berbeda seandainya kisah ini difilmkan oleh Hollywood yang memang terbiasa membuat kisahnya happy ending.

Penyesalan tidak berarti apa-apa. Ceritanya Joko Tarub tetap tidak bertemu dengan pujaan hatinya itu. Ia tetap menjadi laki-laki yang hanya mampu merindu. Entahlah bagaimana perasaan Nawang Wulan Ketika melihat fakta itu, tetapi hingga akhir kisah, memang ia tidak datang lagi untuk mengakhiri derita sang pria tampan yang pernah tinggal di hatinya itu. Begitulah akhir sebuah kisah cinta yang diawali dengan dusta.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penulis lepas bisa ditemui di : juliusdeliawan@gmail.com