Bicara soal hati adalah bicara soal rasa, ketika pemisah sebuah rasa cinta dan acuh hanya setipis helaian rambut. Masih terlalu jelas, bagaimana saat senyuman itu jadi satu-satunya milikku, saat genggaman tangan itu hanya milikku saja.
Saat kita bagaikan rasa yang tidak pernah bisa dipisahkan, saat dunia masih milik kita dan saat satu-satunya mimpi yang kita punya adalah hanya bagaimana kita tetap erat di hari-hari di depan sana, dan masa-masa itu berlalu terlalu singkat bagi siapapun yang juga pernah merasa sama denganku, mabuk dan tenggelam sejatuh-jatuhnya dalam sebuah rasa yang disebut cinta.
Masing-masing dari aku dan kamu menyebutnya dengan kata kita, kita yang berdiri tegar di dunia yang keras ini, yang dengan begitu menggebu meraih semua mimpi yang kita punya, yang kita sebut dengan masa depan.
Dan perpisahan yang kamu ciptakan, tentu saja bukan alur cerita yang aku mau. Perpisahan tanpa sepatah kata pun untuk beranjak pergi atau sebuah pelukan terakhir yang hangat untuk melepasmu saja, aku tidak pernah punya kesempatan untuk itu semua.Â
Saat cinta yang begitu hangat, menjadi sebuah rasa yang dingin. Rasa yang menggebu tiba-tiba saja kehilangan gairah, aku hanya bisa diam dan mengajukan seribu atau mungkin berjuta padamu, adakah yang salah dengan apa yang sudah kita perjuangkan selama ini? atau adakah yang salah dengan semua rasa yang kita lalui di masa-masa itu?Â
Berjalan bersamamu selama ini, adalah proses dari perjalanan kehidupan yang aku sebut dengan anugerah. Dan dari perpisahan ini aku sedang berusaha meyakinkan diriku, bahwa ini adalah sebuah pelajaran kehidupan yang harus aku lewati. Karena langit pun memiliki masa dimana terik mentari bisa saja sewaktu-waktu terganti dengan mendung dan hujan deras. Toh pada waktunya, hujan deras itu pun akan berhenti dan walau tidak ada pelangi setelahnya, tapi akan selalu ada sinar mentari yang bisa kembali menghangatkan.Â
Dan bahwa cinta mengajarkan bahwa tidak baik untuk terlalu menggantungkan rasa bahagia diri sendiri pada seseorang, sebaik dan sehebat apapun yang dia yang aku cintai. Karena manusia mungkin saja bisa berjanji dengan begitu manis dan mudahnya saat semuanya berjalan dengan baik. Begitu juga dengan mudahnya melupakan bahwa dulu pernah ada rasa di hati mereka, begitu mudahnya mengingkari sebuh janji untuk tidak akan berubah menjadi seorang yang asing yang nyatanya itu yang kamu lakukan padaku sekarang saat kamu sudah melabuhkan hatimu pada cinta dan rasa yang baru.
Lalu untuk apa air mata itu kamu tunjukkan berulang kali padaku, saat aku telah bersama yang lain dan kamu masih seorang diri setelah perpisahan kita dulu? Kebosanan menghadapi rasa sepi saja kah yang hinggap meradang di hatimu saat itu, hingga kamu mungkin tanpa berpikir panjang memintaku untuk kembali padamu saat aku sudah bersama dengan yang lain? Karena mungkin buatmu, cinta cuma semurah dan semudah itu. Pergi sesukamu dan datang tanpa aku pernah undang untuk kedua kalinya dalam hidupku.
Di akhir aku hanya ingin mengatakan ini, tidak apa buatku saat kamu memilih menjadi orang asing buatku, karena kamu sudah pernah melakukannya padaku saat itu. Jika itu adalah hal yang baik untukmu merangkai sebuah cerita dengan hati yang baru, lakukan saja.
Pada akhirnya aku bersyukur karena mengenalmu danuntuk perpisahan ini. Karenamu, aku menemukan sebuah labuhan hatiku yang terakhir, menemukan seseorang yang juga sungguh-sungguh seratus persen memantapkan langkahnya berjalan beriringan denganku hingga akhir.
Karena pada akhirnya aku pun tahu, mana rasa yang memang layak diperjuangkan hingga akhir, untuk pada waktunya semesta merestui hingga akhir masa.Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”