Sejak lama aku sangat percaya dan yakin bahwa cinta adalah anugrah dari Sang Pencipta. Aku sebagai makhluk ciptaan-Nya bahkan tak bisa memilih kapan, dan kepada siapa aku akan jatuh cinta.
Suatu hari ketika hujan, aku berteduh di emperan sebuah toko dan di sana pertama kali aku melihatmu. Kamu dengan jaket basah yang kamu pakai untuk menudungi kepala berlari menerobos hujan dan berhenti di toko itu. Aku yang masih memperhatikan mu saat itu tak mengira tiba-tiba kamu akan menoleh ke arahku. Saat itu duniaku seketika berputar sangat lambat ketika kamu melemparkan senyum padaku. Saat itu aku tau, aku telah menjatuhkan hati bahkan di detik pertama kita bertemu. Terlalu naif, memang.
Itu adalah awal pertemanan kita. Waktu pun berlalu dan aku masih saja menyukai dirimu sama seperti pertama kali kita bertemu, bahkan mungkin semakin lama rasa itu semakin besar. Duniaku terasa berhenti ketika suatu hari kamu mengakui perasaan yang sama denganku. Aku hanya bisa terdiam tanpa sanggup berkata-kata.
Aku mengerti perasaan yang kamu miliki saat itu, dan ingin sekali rasanya aku memelukmu. Tapi satu hal menyentakku, kita memiliki perasaan yang sama namun kita berbeda. Dan kenyataan itu menyakitiku bahkan sebelum kamu menyatakan cinta. Perbedaan keyakinan mungkin terdengar klise, tapi sungguh aku tak pernah mengira akan berada di posisi itu. Saat aku melipat kedua tangan ku dan kamu menengadahkan kedua tangan mu ketikan berdoa, selalu menyadarkan aku tentang tembok besar tak kasat mata yang tidak memungkinkan kita untuk bersama.Â
"Jika cinta adalah anugrah, lantas kenapa keyakinan dan iman justru menjadi penghalang kita untuk bersama?" katamu saat itu.
Aku hanya bisa terdiam dengan pertanyaan yang sama yang tak kunjung kutemukan jawaban nya sejak berbulan-bulan lamanya. Aku tau meski aku sungguh mencintaimu, tapi aku juga sangat mencintai Tuhanku. Ketika kamu pun begitu mencintai-Nya lalu bagaimana bisa aku berdiri diantara kamu dan Tuhanmu dan sebaliknya?
Diamku saat itu kamu artikan sebagai caraku untuk menolak maksudmu. Dan itu menjadi alasan ketika kamu perlahan menjauh dan pergi. Sedangkan aku? Hanya bisa melihat kamu perlahan menghilang dari jangkauan mataku. Di hatiku yang mendadak kosong saat itu, terdengar satu suara kecil berbisik…
"…semoga dia menemukan seseorang dan mencintainya tanpa perbedaan berarti yang akan menghalangi cinta itu."
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”