Tangisan itu mulai terdengar saat adzan Subuh sudah mulai berkumandang. Tangisan nakal mulai terdengar, lentiknya jemari sudah mulai terlihat. Alhamdulliah Normal dan cantik ibu. Begitu ucap mereka. Tangisan itu makin jelas dan makin keras ku dengar.
Hai anak cantik ini aku ibumu dan ini ayahmu. Selamat datang di dunia sayang..Â
Lalu entah dalam jeda berapa hari, tubuh mungil ini mulai dibawa pergi. Tangisan kesedihan mulai sedikit terdengar. Tidak begitu jelas memang tapi itu ternyata tangisan ibu dan ayah. Mau kemana tubuh mungil ini dibawa? Ah mungkin untuk dipersiapkan untuk menjadi cantik.
Hallo sayang kenalkan ini mamamu. Dan ini papamu. Itu ada kakakmu yah
Mama? Papa? Kakak? Bukankah Ibu dan ayah? Siapa mereka?
Tumbuhlah menjadi dewasa ya nak. Berguna bagi keluarga dan sekitar.
Seiring berjalannya waktu, tubuh mungil ini sudah bisa duduk, tengkurap, berdiri, berjalan dan berlari. Entah sudah berapa lama aku bersama mereka. Setiap harinya aku selalu dihadiahkan barang barang yang bagus, pelukan hangat dari seorang wanita yang ku panggil mama dan papa.
Aku tidak tau menau tentang semua ini. Ah bukan masalah, kembali tiduran dan nikmati susu hangat dalam botol kaca ini.
Bertahun tahun berlalu, bahkan mungkin aku lupa dan tidak tahu kejadian apa yang pernah terjadi dulu. Aku sudah bisa berjalan, berlari dan bermain. Aku sudah mengerti apa yang diucapkan oleh kedua orang tuaku dan orang sekitar.
Rupanya aku sudah mulai tumbuh jadi anak kecil yang nakal. Berlari kesana kesini. Tidak ada beban. Sungguh. Hanya ada tangisan saat tubuh ini terjatuh, atau tangisan karena dimarahi oleh orang tuaku.
Yeay, aku sudah menggenakan seragam putih merah. Aku sudah mengenal pelajaran pelajaran yang membuat otak ini ngebul. 4 tahun berjalan, dan ternyata mama meninggal karena sakit.
Mengapa ia tidur dan tak pernah membuka matanya lagi pah?
Mama sudah bahagia. Kita akan bertemu mama nanti, jika sudah tiba waktunya
Baiklah. Aku tetap tidak mengerti. Seiring dengan berjalannya waktu aku ternyata sudah tumbuh menjadi anak remaja, mulai sedikit nakal, mulai menyukai lawan jenis, mulai melakukan hal hal yang aku temui diluar sana.
Seragamku berubah sekarang wana Putih Biru. Cukup 3 tahun dan aku melewati amsa itu. Yeay aku bahagia karena aku lulus dengan hasil baik dan memuaskan.
Ayo pah kita pilih sekolah SMA yang bagus
Pilihlah nak. Sesuai kemampuan mu. Apapun untuk mu papa berikan.
Tidak ada banyak pesan yang ia tinggalkan, hanya saja saat itu, saat aku sudah duduk di bangku SMA kelas 1 pertengahan itu adalah hari terakhir aku melihat senyum indah dari wajah papaku
Anak papa cantik. semangat belajarnya
Entahlah, apa yang terbesit di pikiran papaku. Tumben nya dia memujiku. Baiklah…. ayo kita belajar.Â
Hari ini pun terlewati. Waktunya pulang kerumah dengan menggunakan kendaraan umum. Semua berjalan seperti biasanya hingga saat itu aku mendegar
Memang sudah tidak bisa disembuhkan ? Sudah tidak bisa diselamatkan?
Ada apa ini? Pikirku
Hai anak cantik ayo ganti baju dan siap siap. Kita pergi
Tanpa banyak tanya akupun bergegas.
Hai. kamu anak om Galih ?
Ya. Ada apa ini?
Cantik sekali.. Yang kuat ya nak. Belajar ikhlas. Papamu sudah tiada
Bagai terkena petir disiang bolong. Hancur dan rapuh yang kurasa. Tangisan mulai terdengan dari berbagai sisi. Sakit namun ternyata ini kenyataan. Berat! Sangat berat rasanya. Aku kehilangan orang orang yang aku cintai. Ya Tuhan. Apa ini ?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”