Cerpen; Peraih Bintang, Apapun yang Ingin Kamu Gapai. Harus Tercapai!

Dina pun bersyukur atas kelulusannya. Ia sangat percaya dengan "Man Jadda Wa Jadda"

Di bawah terik panas matahari, terdapat gadis cantik yang sedang menyampaikan pidato dengan semangat membara bagai api yang membara di hadapan lautan anak SMA. Gadis itu merupakan ketua OSIS di sekolahnya yang dikenal sebagai seorang yang baik hati, pintar, cantik dan memiliki perilaku yang sangat disegani oleh semua warga sekolah. Ia sering menjuarai perlombaan tingkat nasional yang menjadikannya sebagai anak emas di sekolahnya.

Advertisement

Gadis itu bernama Dina. Dina duduk di kelas XI di salah satu sekolah terkenal di Jakarta. Dina berasal dari keluarga sederhana yang hidup di tengah-tengah kemewahan Ibu Kota Jakarta. Dina hidup bersama seorang adik dan kedua orangtuanya. Ayah Dina bekerja sebagai seorang PNS sedangkan ibu Dina sebagai ibu rumah tangga.

Dina begitu menyayangi keluarganya terutama kedua orangtuanya karena mereka telah membesarkannya dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Sejak kecil, Dina sangat hormat dan patuh terhadap orangtuanya. Dina diajarkan supaya menjadi anak yang sopan dan baik hati di lingkungan sekolah, masyarakat, dan di segala tempat.

"Selamat pagi, Dina," ucap pak satpam sembari membuka gerbang.

Advertisement

"Selamat pagi, Pak," jawab Dina dengan sopan sembari mencium tangan satpam.

Semua warga sekolah menghormati Dina, contohnya penjual makanan di kantin,teman-temannya,guru, pegawai TU bahkan satpam penjaga sekolah menghormati Dina karena Dina anak yang sangat sopan.

Advertisement

Decitan sepatu terdengar nyaring di koridor kelas ketika ada seorang perempuan yang lari terbirit-berit menuju kelas karena khawatir dihukum oleh Pak Budi.

"Huhhh capekk banget nih, Din. Gue lari dari depan gerbang ke kelas udah kaya pembalap motor aja gara-gara takut kena hukum sama Pak Budi," ucap Vina dengan terengah-engah dengan banyak keringat bercucuran di lehernya.

"Makannya kalau berangkat jangan mepet bel mulu biar nggak takut telat," jawab Dina sembari tersenyum ke sahabatnya itu.

Dina dan Vina sudah berteman lama dari sejak SMP hingga sekarang. Dina menjadi sosok sahabat yang baik bagi Vina karena Dina sering memberi saran ataupun nasihat kepadanya. Begitu pula sebaliknya.

Waktu pun berlalu begitu cepat berlalu secepat kilat yang menyambar. Dina pun lulus sebagai lulusan terbaik di sekolahnya. Setelah hari kelulusannya, Dina memikirkan akan kemana ia akan melanjutkan jenjang pendidikannnya. Dina memiliki cita-cita sebagai seorang dokter, tetapi ibunya mengharapkan Dina bekerja seperti ayahnya. Sedari kecil, Dina selalu mengikuti apa kemauan orangtuanya.

Namun, kali ini Dina memikirkan lagi kemauan orang tuanya karena ia sangat ingin menjadi dokter bukan menjadi PNS seperti keinginan kedua orangtuanya. Dina menyadari bahwa dia suduh cukup dewasa untuk memutuskan mengenai masa depannya. Orangtua Dina seringkali memaksa Dina meskipun ia tidak menyukainya. Orangtuanya menganggap keputusan mereka akan menjadi keputusan terbaik bagi kehidupan Dina.

"Dina lebih baik kamu menjadi seperti ayahmu saja. Kerjanya terjamin kehidupanmu akan terjamin, Nak," tutur Ibu Dina

"Tapi Bu, Dina ingin sekali menjadi dokter yang akan menyembuhkan dan menolong banyak orang," bujuk Dina.

"Iya nak, tapi biaya menjadi dokter itu mahal dan kuliahnya juga lama. Belum tentu kamu menjadi orang sukes setelah lulus dari jurusan kedoketeran," ucap ibu Dina

"Dina akan berusaha, Bu. Dina sangat yakin dengan keputusanku kali ini," jawab Dina

Dina sangat bimbang mengenai masa depannya. Ia sangat ingin menjadi dokter namun orangtuanya tidak merestuinya untuk menjadi dokter. Ia pun meminta saran dari Vina sahabatnya. Mereka merencanakan akan bertemu di sebuah taman dekat rumah Vina.

Suara kicauan burung di taman menemani Dina yang sedang duduk termenung sembari menunggu kedatagan Vina. Setelah beberapa menit kemudian Vina pun datang. Dina kemudian membeberkan mengenai keluh-kesahnya.Vina memberikan nasihat supaya membicarakan lagi dengan orang tuanya.

Saat Dina tiba di rumah, ia pun menemui ayah dan ibunya untuk membicarakan kembali mengenai jurusan yang akan ia ambil. Dina membujuk kedua orang tuanya agar membolehkannya untuk menjadi dokter.

"Ayah… ibu…. Dina ingin sekali menjadi seorang Dokter. Dina sudah mempertimbangkan ini. Untuk masalah biaya Dina usahakan agar mendapat beasiswa dan membuka usaha kecil-kecilan untuk meringankan biaya kuliah kedokteranku," bujuk Dina kepada kedua orang tuanya.

"Ayah tidak setuju apabila kamu menjadi dokter. Bukan hanya masalah biaya tapi masalah lamanya kamu berkuliah juga. Kalau kamu jadi PNS nanti hidupmu sudah terjamin," jawab ayah dengan nada tinggi.

"Dina benar-benar ingin menjadi dokter. Sejak kecil Dina selalu menuruti perkataan Ayah dan Ibu. Tolong kali ini yahh," mohon Dina dengan mata yang berkaca-kaca.

"Sudah ikuti saja apa kata ayah. Ayah tidak mau melihatmu menyesal. Lebih baik turuti perkataan ayah."balas Ayah.

"Tapi yah…" ucap Dina yang kemudian dipotong Ayahnya

"Sudah kamu ikuti saja perkataan ayah daripada kamu akan menyesal nanti," ucap Ayah sembari meninggalkan Dina.

Dina pun kemudian berlari kearah kamarnya. Dibukanya pintu kamar,lalu membantingnya dengan sangat keras. Ia menjatuhkan tubuhnya di kasur sembari menangis dengan sejadi-jadinya. Jantungnya memacu bak genderang perang saat di medan perang. Dina mengurung dirinya di kamar setiap hari bagai beruang yang sedang berhibernasi di kutub. Ibu Dina tidak tega melihat anaknya yang mengurung diri di kamar setiap hari kemudian ia membujuk suaminya agar dapat mengizinkan anaknya menjadi seorang dokter.

"Apakah kamu yakin dengan keputusanmu, Nak?" tanya ayah degan halus.

"Iya yah tapi kalau ayah dan ibu tidak mengizinkan aku akan mencoba untuk mengikhlaskannya," ucap Dina dengan menundukkan wajah

"Baiklah ayah dan ibu sepakat membolehkanmu meraih cita-citamu," jawab Ayah.

"Alhamdulillah. Terimakasih ayah dan ibu. Dina sayang banget sama ayah dan ibu. Dina janji akan menjadi orang yang sukses dan akan membuat kalian bangga," ucap Dina sembari memeluk orang tuanya.

"Iya, Nak," tutur kedua orang tua Dina.

Setelah kedua orangtua Dina mengizinkannya untuk menjadi dokter. Dina kemudian mendaftar di kedokteran UI. Setiap sore, dia bekerja sebagai kasir di kedai kopi sebagai pekerjaan sampingannya untuk meringankan biaya kuliah. Saat berkuliah, Dina selalu giat belajar agar dapat membanggakan kedua orangtuanya.

Setelah beberapa tahun kemudian, Dina pun lulus dengan nilai yang tinggi sehigga banyak rumah sakit yang megincar Dina agar menjadi dokter di rumah sakitnya. Setelah ia lulus, kedua orangtuanya sangat bangga dengannya.

Dina pun bersyukur atas kelulusannya. Ia sangat percaya dengan "Man Jadda Wa Jadda" yang artinya barang siapa bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkan hasil. Selama ini, dia berjuang mulai dari belajar giat, mempertahankan keinginannya dihadapan orang tuanya, samapai sekarang ia lulus dari kedokteran UI. Dina dapat membuktikan kepada kedua orang tuanya bahwa keputusannya pada saat itu adalah benar. Pada akhirnya, Dina menjadi seorang dokter sukses.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis