Untuk kamu yang pertama hadir untuk mengisi kebahagiaanku… Masihkah kau ingat akan kisah kita dulu?
Mengenalmu bisa kubilang sebuah anugerah yang akan selalu kusyukuri. Kau mengajariku hal yang tak pernah kualami sebelumnya dan hal itu akan selalu kukenang dalam benak ini.
Pertemuan kita adalah pertemuan tak terduga. Cerita itu berawal dari Gunung Puntang yang menjadi saksi awal perjalanan kita. Aku yang tak bisa tidur karena tidak membawa perlengkapan yang cukup untuk persiapan kemah, aku yang tak henti memikirkan rumah dan ingin segera pulang namun tak sanggup karena ku harus menyelesaikan perjuangan program ospekku di sana. Suasana indah namun keadaan yang dingin membuatku seakan tak bisa bertahan lagi.
Aku hanyalah mahasiswi baru saat itu dan tak akan berharap banyak untuk mengenal teman baik yang paham keadaanku 🙂 Saat itu seakan harapanku terjawab. Kamu hadir dengan senyumanmu dan menawariku kehangatan berupa jaket. Aku tak menyangka di antara ratusan kerumunan, masih ada seseorang yang berbaik hati dan sejak hari itu juga aku tak bisa tak memikirkanmu.
Sejak itu kita mulai dekat.
Kuyakin juga pada saat itu aku bukanlah tipemu. Aku bukan seorang petualang sejati sepertimu. Bahkan, umur kita pun tak sama. Kau lebih muda dariku tapi entah mengapa alasan itu membuatku seakan percaya perbedaan mampu menyatukan kita.
Perasaanku nyaman setiap saat kamu tersenyum dan dekat denganku. Hari yang awalnya terasa lama seakan menjadi hari yang singkat. Kita melalui hari bersama dan kau adalah orang pertama yang bersamaku melihat indahnya matahari terbit. Dan sejak itu ku terlalu percaya dengan anganku bahwa kau orang terakhir yang akan bersamaku saat melihat indahnya matahari terbenam. Ah, apalah pikiran liar ini. Aku berusaha tepis karena paham aku terlanjur jatuh hati denganmu. Atau jatuh cinta? Apakah dia juga merasakan hal itu di momen di Puntang ini? Ah, cukup cukup, dia tak mungkin mau denganku, wanita manja yang takut dengan dingin yang menurut dia tak apa-apanya dibanding dia, seorang lelaki yang tangguh dan sudah merasakan panas dinginnya dunia.Â
Dua hari berlalu dan hari ketiga merupakan hari terakhir kita di Puntang. Di satu sisi aku cukup bahagia karena mampu menyelesaikan tugasku di sana, namun di sisi lain aku sangat sedih karena memori indah bersamamu berlalu begitu cepatnya, terutama saat memori kita menjadi satu kelompok main dan ku pertama kalinya digendong oleh lelaki pertama selain ayahku sendiri. Hatiku berdesir keras.
Hingga hari terakhir kita ospek, kita masih sempat berfoto dan foto-foto itu masih kusimpan hingga saat ini. Dan ku terus berharap pertemanan kita masih berlanjut karena aku terlanjur nyaman di hubungan ini, aku pun tak berani menanyakan apakah kau menganggapku teman atau lebih dari itu karena ku tak ingin semua kandas begitu juga saat kau tahu perasaanku yang sebenarnya.Â
Beberapa hari setelahnya…
Aku lupa bagaimana kita bertemu lagi di kampus tapi beberapa hal yang kuingat.
Kamu ialah orang pertama yang mengajakku untuk belajar bareng dan pada saat aku tidak fokus, kamu mengingatkanku dengan mengetuk keningku. Aku fokusnya ke kamu sih.Â
Kamu juga yang membuatku semangat untuk belajar tae kwon do walau aku tak suka ini. Tapi aku ingin terlihat wanita tangguh di depanmu.
Kamu juga orang pertama yang peduli dengan keadaanku, termasuk saat aku harus pulang sendiri ke apartemenku. Kau dengan setianya meluangkan waktumu untuk mengantariku meski tempat tinggalmu dekat dengan kampus. Aku berterima kasih sekali padamu, orang pertama yang peduli dengan apapun yang terjadi denganku.
Dan kamu juga orang pertama yang memberiku kejutan di hari ulang tahunku ke-20. Kau mengajakku ke kostanmu dan diam-diam kamu sudah menyiapkan kejutan manis berupa donat dan sepucuk bunga mawar. Bagiku ini sangatlah berarti. Ku tak pernah menyangka di hari spesialku ada orang yang bersedia merayakannya bersamaku. Hari itu ku sangat bahagia dan kita pun sempat foto bareng bersama teman-temanmu.
Bahkan satu hal yang mungkin ku tak pernah ceritakan ke kamu, pada saat ku pulang ke apartemen, aku berfoto-foto lagi dengan mawarmu dan tak berhenti mengagumi betapa indahnya kejutanmu. Kejutan pertama yang kudapatkan selama hidupku sampai saat ini.
Untuk beberapa kata sebelum ku akhiri tulisan ini, ku hanya ingin ucapkan…
Terima kasih untuk orang yang telah menjadi segala pertama untukku. Aku tahu mungkin kita tidak seperti dulu lagi.Â
Dan saat kau memutuskan pergi meninggalkanku, aku paham bahwa memori itu tidak akan hilang dan akan selalu tersimpan selamanya di hati ini.
Terima kasih untuk orang yang mengajariku kesederhanaan itu indah. Maafkan aku yang terlalu lugu untukmu dan tak memahami rasa indah sebelum mengenal dirimu.Â
Dan terima kasih yang dulu telah membuatku jatuh hati hingga terlanjur nyaman bersamamu. Semoga kamu bahagia dengan hidupmu saat ini. Doaku untukmu selalu.Â
Â
Salam bahagia,
Untukmu sang terindah
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”