#CeritaLiburku: Rasanya Menjadi Pekerja dengan Cuti Liburan yang Langka

Apa yang ada di dalam benakmu ketika mendengar kata liburan? Pergi ke tempat wisata? Pergi hangout bareng bestie, ayang, keluarga? Atau rebahan, nyemil makanan favorit sambil nonton drakor maraton? Hal ini tidak berlaku bagi karyawan toko, juga pekerja pelayanan masyarakat lainnya.

Advertisement

Kamu ngerasa gitu, nggak? Apalah daya jika daftar keinginan harus ditunda karena kamu harus melaksanakan tanggung jawabmu dengan profesional, yang tidak bisa seenak dirimu ambil cuti sembarangan. Seperti halnya ceritaku ini atau juga bahkan sedang kamu alami.

Di mana sampai saat ini, lebih kurang 6 tahun aku bekerja di sebuah toko. Di tempat ini bisa dibilang pekerjaanku serabutan, karena ada fotocopy, pembayaran listrik, pulsa, dan lain-lain. Setiap hari kerjaku dari jam setengah 8 pagi sampai 8 malam, kecuali Sabtu sampai jam 5 sore karena malamnya aku ke gereja.

Waktu liburku hanya hari minggu saja. Tidak dimungkiri, bekerja di toko atau pelayanan masyarakat lainnya, membuat jadwal liburan untuk diri sendiri rasanya tidak bisa dinikmati dengan seenaknya, atau kapan pun ada tanggal merah. Bisa dibilang tanggal di kalender rasanya warna hitam semua. Apalagi jika kamu seorang ibu rumah tangga, atau seorang ayah yang tidak bisa setiap waktu menikmati jatah cuti liburnya untuk anak-anak.

Advertisement

Rasanya pasti sedih karena tidak bisa memenuhi janji untuk pergi liburan dengan mereka padahal sudah direncanakan jauh-jauh hari. Bersyukurnya di tempat kerjaku ini, aku bisa kapan pun meminta cuti liburku, meski tidak bisa setiap waktu karena tidak enak juga dengan bos tempatku kerja. Setiap libur yang aku minta pun selalu berkaitan dengan tanggung jawabku yang lain di luar pekerjaan, atau karena kepentingan keluarga juga pribadiku sendiri yang terkadang harus butuh waktu untuk libur mendadak.

Untuk hari libur yang langka ini, yang seringnya hanya di hari Minggu saja, hal atau kegiatan yang aku lakukan di rumah, ya, seputar memaksimalkan kebersamaan dengan keluarga. Entah itu ke rumah nenek, makan rujak, ngobrolin tentang masa depan yang masih kuperjuangkan atau apapun itu dengan orangtua. Karena orangtuaku libur kerja hanya hari minggu juga. Bisa dibilang aku pun ke rumah setiap harinya cuma tidur saja, karena jam kerjaku yang bisa dibilang seharian. Makanya momen ini tidak bisa terjadi setiap hari.  Selain itu, aku mencoba untuk menghubungi teman-temanku yang lain yang masih single, karena diusiaku yang lebih dari seperempat abad ini, temanku sekarang hanya bisa dihitung dengan jari. Kami pergi ke pantai dekat rumah, sharing cerita hidup yang semakin mendewasakan ini. Setidaknya mengurangi beban pikiran dengan usia yang semakin bertambah ini.

Advertisement

Yang paling sering aku lakukan di rumah ketika libur kerja, tak lain tak bukan yaitu dengan re-ba-han. Namun, bukan hanya sekedar rebahan. Seringnya aku mencoba untuk mengistirahatkan pikiran, bahkan bisa seharian tidak main media sosial. Mungkin ada sebagian teman-temanku yang merasa jengkel karena kebiasaanku jarang balas chat atau off dari media sosial.

Namun, bagiku itu adalah self reward untuk diriku sendiri ketika merasa jenuh atau ingin me-refresh kembali pikiranku. Dengan langkanya waktu cuti atau jatah libur yang kamu miliki, apa yang biasanya kamu lakukan? Yang pastinya bagi diri kita yang bekerja sebagai pelayan masyarakat, hari libur adalah waktu yang sangat berharga bisa bersama dengan keluarga yang tidak setiap hari ada, apalagi untukmu yang harus merantau di kota atau negeri orang. Kamu tidak akan menyia-nyiakan waktu yang ada untuk orang tersayang, ya, SoHip :-)

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Bukan sekedar hobi melainkan memberi arti.

Editor

Penikmat buku dan perjalanan