Ini yang Akan Kamu Rasakan Ketika Puasa Media Sosial. Jauh dari Kata Kesepian!

cerita puasa media sosial

Ketika kita mendengar kata “puasa" seringnya hal ini mengingatkan kita akan puasa Ramadan. Akan tetapi, puasa tidaklah hanya tentang puasa Ramadan saja, namun ada puasa media sosial. Walaupun dari kedua istilah tersebut memiliki makna yang sama, tetapi dari pengertiannya sangatlah jauh berbeda.

Advertisement

Jika puasa Ramadan adalah puasa menahan diri dari lapar dan haus, maka berbeda dengan puasa media sosial yang artinya menahan diri dari penggunaan media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan media sosial lainnya. Jadi, maksud dari puasa media sosial adalah menahan diri untuk menggunakan media sosial. Mengistirahatkan atau menarik diri sejenak dari kehidupan di dunia maya.

Zaman sekarang orang-orang sedang hidup berada di dua dunia yang berbeda, dunia nyata dan dunia maya. Mereka saat ini terlihat seperti nyata hidup berada di dunia maya dan lebih memilih memprioritaskan kehidupannya berada di dunia tersebut daripada di dunia nyata. Mereka jauh lebih asyik dan nyaman ketika berada di dunia media sosialnya.

Media sosial itu seperti candu yang sangat sulit sekali untuk dihentikan. Dampaknya, orang-orang seperti itu akan merasa gelisah ketika mereka belum mengirim sesuatu yang terbaru di akun media sosialnya, entah itu update status di Facebook ataupun mengunggah foto di Instagram.

Advertisement

Kebanyakan dari para pengguna media sosial saat ini malah menyalahgunakan fungsi dari media sosial tersebut. Sebagian dari mereka menjadikan akun media sosialnya sebagai ajang pamer terhadap suatu hal yang mereka miliki. Masalah ini tentunya dapat terjadi sebab sebagian besar bagian dari hidup kita semuanya adalah tentang media sosial.

Sehingga, tak sedikit tentunya memunculkan rasa iri maupun insecure pada setiap unggahan foto kebahagiaan hidup orang lain di media sosial, yang akan berujung dengan membandingkan kehidupan dirinya dengan orang-orang yang berada di media sosialnya tersebut.

Advertisement

Saya pernah berada di situasi tersebut sehingga ini menjadikan diri saya sebagai seseorang yang sangat candu terhadap penggunaan media sosial. Saya yakin dan percaya bahwa di dunia ini saya hanya saya yang terjebak dalam keadaan itu. Beberapa dari orang di luar sana mungkin juga merasakan hal yang serupa.

Namun, upaya apa yang dapat saya lakukan untuk bisa keluar dari suasana kondisi kebiasaan itu? Dengan tekad dan niat yang saya miliki, saya memutuskan untuk keluar dari zona tersebut dengan menjalani kehidupan sehari- hari tanpa media sosial atau dikenal dengan puasa media sosial.

Saya menghapus seluruh aplikasi media sosial saya untuk sementara waktu. Instagram, Youtube, Facebook, LINE, dan Twitter. Selama hampir kurang lebih dua bulan lamanya saya menjalani kehidupan tanpa adanya aplikasi media sosial tadi. Saya menjadi tidak tahu tentang sesuatu yang sedang viral di Instagram maupun kehidupan tentang orang lain di media sosial.

Menjalani kehidupan yang seperti itu bagi saya tentunya bukanlah yang mudah. Saya merasakan bosan selama dua minggu pertama. Saya pernah merasakan kehidupan saya yang sangat hampa, pikiran yang berantakan, dan rasa gelisah yang saya rasakan ketika saya harus menahan diri dari media sosial.

Meskipun berada di kondisi tersebut tentunya hal ini tidak membuat saya menyerah. Saya melakukan berbagai aktivitas yang positif selama menjalani puasa media sosial.

Saya mencoba untuk melakukan suatu kegiatan yang sebenarnya tidak saya sukai sejak dahulu yaitu membaca buku. Saya bukanlah orang yang hobi membaca buku. Namun, saat ini hal tersebut justru malah menjadi sebaliknya. Saya merasa nyaman ketika berada di situasi itu. Membaca buku membuat saya semakin sadar bahwasanya ada banyak hal di dunia ini yang tidak saya ketahui.

Orang-orang akan berpendapat bahwa puasa media sosial akan mengubah diri seseorang menjadi kudet atau kurang update. Saya merasa hal tersebut tidak terjadi pada diri saya sepanjang menjalani puasa media sosial ini. Seluruh informasi seputar gosip yang menurut saya tidak ada manfaatnya bagi diri saya, saya lebih memilih mengabaikan semua itu dengan beralih kepada berita di media massa seperti televisi, koran, dan yang lainnya.

Dengan begitu, puasa media sosial tidaklah membatasi hidup saya terhadap dunia luar serta tidak menjadikan diri saya sebagai seseorang yang kurang update. Saya mendapatkan lebih banyak informasi terkait isu-isu terhangat yang sedang terjadi di sekitar.

Tentunya tak itu saja, di waktu kosong ada berbagai hal menyenangkan yang saya kerjakan selama puasa media sosial. Mulai dari belajar mengenal bahasa baru, memasak berbagai jenis makanan dengan menu dan resep yang berbeda hingga membuat sebuah kerajinan tangan yang dapat melatih kreativitas saya untuk berkreasi serta beragam hal lainnya.   

Puasa media sosial membuat saya rindu kepada teman saya di media sosial. Namun, bukan berarti saya harus kembali bermedia sosial lagi. Untuk melepas rindu, saya lebih memilih mendengarkan suara mereka dengan berbincang langsung melalui telepon. Pada faktanya hal tersebut jauh lebih mengasyikkan dibandingkan dengan berbincang melalui chatting.

Kemudian pada minggu ke-3, saya mulai merasa nyaman tanpa mengetahui kabar apapun tentang kehidupan orang lain di media sosial. Bahkan, tidak ada lagi gelisah yang seringkali saya rasakan seperti pada dua minggu pertama saat menjalani puasa media sosial. Perlahan seiring berjalannya waktu, saya mulai menikmati kehidupan dengan damai berada di dunia nyata yang belum pernah saya rasakan sebelumnya bahwa akan menjadi senikmat ini.

Ada banyak sekali perubahan di dalam diri saya yang dapat saya rasakan setelah menjalani puasa media sosial. Saya merasa lebih bersyukur dengan apa yang saya miliki saat ini. Saya menjadi pribadi yang lebih menghargai waktu demi kebersamaan dengan keluarga tercinta dan orang-orang yang saya sayangi. Tak hanya sebatas itu, puasa media sosial berhasil mengubah hidup saya menjadi jauh lebih produktif daripada kehidupan sebelumnya dengan segala aktivitas dan kesibukan yang saya jalani.

Pada dasarnya untuk menghilangkan candu ataupun distraksi terhadap media sosial dengan kita mencoba membiasakan diri dengan membatasi dari penggunaannya secara perlahan tentu kita pasti akan bisa karena kita sudah mulai terbiasa. Oleh sebab itu, ketika kita ingin merasakan nikmatnya kehidupan, maka hiduplah di dunia nyata bukan di dunia maya, karena hidup tidak selalu tentang pamer di dunia media sosial, tapi ada kehidupan realita yang harus kita nikmati juga.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan

Editor

Not that millennial in digital era.