Lelah?
Sepenggal kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana perasaan yang sedang kurasa. Betapa tidak? Sudah hampir dua tahun lamanya setelah kuliahku selesai, hari-hari yang kujalani masih saja terasa hampa tanpa aktifitas layaknya mereka yang ingin bekerja setelah menamatkan pendidikan sarjananya. Sampai saat ini aku masih belum beruntung mendapatkan itu semua. Berbagai usaha pun telah ku lakukan, setiap doa selalu kuselipkan seusai sujudku pada Sang Rabb, meski begitu aku tak henti-hentinya bersyukur atas kehidupan yang sedang kujalani sekarang. Lelah itu aku ganti menjadi Lillah.
Perjuangan, rintangan bahkan sampai kesedihan pun kerap mewarnai perjalananku dalam meraih kesuksesan. Keikhlasan terkadang membuatku merelakan sesuatu yang memang tak pernah tertakdir untukku. Kekecewaan hadir membuatku merasa lebih kuat. Aku selalu bertanya pada diri ini kenapa masih bertahan? Mengapa dalam diriku masih ada harapan yang begitu menggebu-gebu? Apa mungkin kesabaranku menjadi faktor utamanya? Sebuah harapan besar masih terbentang untukku.
Perjalananku pun masih panjang. Hingga saat ini belum sempat terbenak kata putus asa dipikiran ini, karena aku sadar jika diriku mulai kehilangan semangat maka buyarlah semua mimpiku selama ini, semua akan sia-sia begitu saja. Aku tidak bisa membayangkan kalau saja kejadian itu terjadi. Bagaimana aku bisa mewujudkan segala mimpi yang mulai kurajut dari dulu, jika aku sendiri tidak bisa meyakinkan diri bahwa aku mampu menaklukkan segala rintangan yang menghadang terlebih aku memiliki orang-orang terdekat yang selalu siap untuk menjadi penyemangat dan siap mendampingiku kala suka dan duka.
Sudah hampir puluhan perusahaan pernah kusisipkan lamaran untuk mengisi posisi yang sedang mereka cari dan siap bersaing dengan ratusan bahkan ribuan pelamar lainnya. Tapi tetap saja, aku masih belum beruntung, seberuntung mereka yang bisa lolos sampai pada tahap akhir, pengalaman pertamaku melamar kerja di akhir tahun 2015. Itulah masa-masa yang tidak pernah terlupakan hingga saat ini. Ada perasaan yang beda ketika aku mulai berbicara seputar pekerjaan itu, artinya aku sudah mulai menuju ke jalan impian untuk menjadi orang sukses. Jujur, aku agak sedikit kaku tiap kali membahas masalah pekerjaan. Maklum, aku masih termasuk kategori newbie dalam dunia mencari pekerjaan. Namun demikian, hal itu sama sekali tidak menjadi masalah bagiku. Malah aku berpikir akan mendapatkan banyak pengalaman baru tentang dunia kerja dari hasil bertukar pikiran dengan yang lebih senior dan sudah berpengalaman dariku.
Berawal dari penghujung tahun itulah, saat ada rekrutmen besar-besaran dari sebuah perusahaan dan termasuk ke salah satu perusahaan besar yang sedang melakukan rekrutmen untuk menjadi calon pegawai di perusahaan tersebut. Ada beberapa posisi yang ditawarkan dan aku memilih posisi yang memang sesuai dengan jurusanku. Dari sinilah menjadi catatan awal aku melamar pekerjaan dan langsung mendapat kesempatan melamar di perusahaan ternama. Aku banyak mencari info sendiri tentang lowongan pekerjaan tersebut. Kalau memang ada hal yang tidak kupahami barulah aku bertanya sama yang sudah berpengalaman. Setelah aku membaca semua persyaratan dengan jelas aku langsung memulai untuk mendaftarkan diri di perusahaan tersebut.
Singkat cerita, sekitar seminggu setelah hari pendaftaran, malamnya aku mendapat pemberitahuan dari handphone dan isinya tentang pengumuman kelulusan administrasi di perusahaan tersebut. Aku pun langsung mengecek link tersebut di internet. Alhamdulillah, ternyata ada terselip namaku didaftar peserta yang lolos administrasi dengan 1000 lebih peserta lainnya yang juga lulus seleksi tahap pertama. Kemudian aku membaca informasi mengenai jadwal tes selanjutnya, yaitu Tes Potensi Akademik (TPA) dan Bahasa Inggris. Ini adalah kali pertamanya aku akan mengikuti tes seleksi masuk kerja. Pastinya banyak hal yang sudah ku persiapkan mulai dari belajar untuk menjawab soal-soal yang akan keluar pada saat tes sampai menyiapkan mental, karena aku tahu peserta lainnya pasti sudah lebih berpengalaman dariku. Setelah mengikuti tes kedua, beberapa hari kemudian langsung pengumuman kelulusannya, karena memang jarak ikut tes dan pengumuman tidak terlalu lama. Alhamdulillah, diseleksi kedua aku dinyatakan lolos. Begitu terus selanjutnya sampai pada akhirnya aku gagal ditahap terakhir, yaitu pada tahap wawancara user.
Perjuanganku yang hanya tinggal selangkah lagi harus terhenti ditahap keempat. Kecewa sih, sudah pasti kurasakan saat itu, namun aku tidak mau berlarut dalam kekecewaan itu. Pikirku sama sekali tidak ada gunanya menyesali apa yang telah terjadi. Yang di dalam benak, aku harus bangkit dari keterpurukan ini. Takdir rejekiku bukanlah di sini, tapi aku yakin suatu saat aku bisa mendapatkan yang lebih baik dari itu. Aku menguatkan diriku sendiri dan bersyukur, orang tua dan keluarga juga tidak putus memberikan dukungan moril yang memang sangat aku butuhkan saat itu.
Beranjak dari kegagalanku di saat pertama kalinya melamar pekerjaan dan nyaris saja diterima, bukanlah menjadi akhir dari segalanya. Kegagalan itu telah banyak mengajariku hal yang sebelumnya memang belum pernah kudapatkan, yaitu sebuah pengalaman yang memang sangat berharga, yang tidak pernah ku ketahui sebelumnya. Gagal di perusahaan tersebut, aku berniat harus lulus di perusahaan lain yang jauh lebih baik lagi.
Kegagalanku di perusahaan besar itu tidak serta merta membuat nyaliku menciut untuk selanjutnya aku tidak akan melamar lagi di perusahaan-perusahaan besar, karena takut kejadian lalu bakal terulang. Tidak. Sama sekali tidak. Itu bukanlah aku. Jelas sangat jauh dari tipe diriku. Yang harus aku lakukan sekarang adalah bagaimana aku menjadi yang terbaik dari terbaik lainnya, agar nantinya aku pantas bergabung dengan perusahaan yang memang hebat dengan kemampuan yang kumiliki. Itu bisa saja terwujud, tidak lain adalah dengan cara membenahi diri dan memantaskannya agar aku bisa berada ditempat terbaik dengan posisi terbaik pula.
Salah satu hal yang kulakukan saat ini untuk memantaskan diri adalah bagaimana caranya aku menjadi pribadi yang mempunyai jiwa sosial tinggi dan paham teknik berkomunikasi terutama berkomunikasi dalam organisasi. Menurutku, ini akan menjadi hal yang terpenting ketika aku sudah bekerja nantinya. Komunikasi memang terlihat sederhana, namun sebenarnya teramat penting dalam kehidupan sosial ini. Begitu banyak orang gagal paham dan salah persepsi hanya karena komunikasi. Ini adalah sedikit dari banyaknya hal penting yang harus aku persiapkan dalam hidup ini untuk memantaskan diri. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi sekarang telah menuntut setiap individu untuk terus berkembang dan memiliki wawasan yang luas. Terlepas ingin mengikuti atau tidak, itu terserah karena perubahan yang sebenarnya itu dimulai dari diri sendiri bukan dari orang lain.
Kegagalan yang telah kualami, sama sekali tidak mampu menurunkan standarku yang telah kutetapkan ketika masih kuliah dulu. Dengan kegagalan ini malah memotivasiku untuk ingin menambah dan terus menambah kemampuanku dengan seiring berjalannya waktu. Aku yang baru saja menyandang gelar sarjana tidak memungkiri perlu banyak berbenah, memantaskan diri untuk mendapat yang tepat bukan yang cepat. Aku sadar harus terus menggiatkan diri lebih ekstra, demi sebuah perubahan besar dalam hidup ini. Aku tidak boleh terus berdiam diri tanpa ada aksi, kalau memang ingin berubah aku harus mengasah potensi yang sudah kumiliki agar lebih mumpuni dan terus menggali apa yang belum kumiliki untuk pengembangan diri.
Berjuang lebih keras akan kulakukan tanpa peduli sebesar apapun pengorbanannya, yang penting aku bisa menjadi yang terbaik. Setelah semua usaha dan doa kulakukan, selebihnya aku akan mengikuti garis takdir yang telah Tuhan tetapkan untukku. Aku yakin tiada proses yang mengkhianati hasil dan aku yakin apa yang diberikan oleh-Nya itulah yang terbaik bagiku.
Semua yang telah kulakukan untuk menjadi yang lebih baik pasti akan ada hasil yang sebanding dengan usaha yang ku lakukan. Namun, itu semua akan datang pada waktunya sendiri dan seandainya belum juga ada hasil dari jerih payah ku selama ini, aku yakin ini hanya masalah waktu. Datang di waktu cepat atau di waktu yang tepat? Karena bagiku tidak ada kata terlambat, tapi terkadang memang belum waktunya. Mungkin dari lamanya proses penantian ini, aku dapat satu lagi pelajaran berharga jika suatu saat nanti aku mendapatkan pekerjaan, pastinya aku akan lebih menghargai dan loyal terhadap pekerjaanku karena aku tahu untuk mendapatkannya tidaklah mudah dan membutuhkan proses panjang dan penuh perjuangan.
Dan pada akhirnya, ketika semua proses panjang yang telah kujalani dalam memantaskan diri, yang diawali dengan sebuah tekad kuat dan berakhir dengan hasil yang mantap, di saat itu pula aku sudah siap untuk mendapatkan yang tepat bukan yang cepat.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.